Air Mata untuk ‘Sang Pemimpi’

Hari ini airmataku tak berhenti menetes. Tangis itu sejenak kerap berhenti, tapi tak lama. Saat suamiku bertanya, “Ada apa Sayang?” Air mataku tak mau kompromi. Ia langsung mengucur lagi. Kenapa sih? Bete? Berantem? Kesel? Capek?

Oh bukan! Sungguh bukan. Aku menjadi seperti itu gara-gara membaca sebuah buku! OMG! Aje gile! Segitunya..ck..ck..ck…! Yup! Buku itu memang luar biasa. Pokoknya aku ngefands berat deh sama buku-buku karangan Andrea Hirata itu. Sekarang saja rasanya aku sudah tak sabar ingin membaca buku ketiga dan keempatnya.

Baru saja aku membaca buku “Sang Pemimpi”, buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi. Aku belum sempat membuat review Laskar Pelangi. Tapi kesimpulanku sama, kedua buku ini sungguh memesona. Keduanya sanggup membuatku tertawa dan menangis. Bukan cuma itu, makna yang terselip dari ceritanya, daleem! Makna-makna yang tersebar itu yang membuatku menangis. Dan keunikan cerita yang dikemas dengan humor-humor yang cerdas membuatku kadang tak berhenti tertawa. Aku kagum dengan kemampuan penulis membuat metafora yang juga cerdas dan lucu. Novel ini dituturkan penulisnya berdasarkan kisah nyata. Barangkali ini lah kekuatan lain yang membuat aku sebagai pembaca merasa begitu terpikat.

Aku terheran-heran melihat seorang anak muda yang cinta mati kepada kuda hingga membuatnya lupa makan dan sekolah. Aku tertawa menyaksikan kegilaan anak-anak muda kreatif menjahili gurunya. Aku mengelus dada menyaksikan kekejaman hidup yang harus mereka pikul. Terlahir untuk melarat. Hidup mereka begitu susah bahkan sejak mereka baru bisa membuka mata.

Aku menangis haru, saat menjumpai kebeningan hati mereka. Air mataku menggenang menyaksikan bara api semangat dalam diri mereka. “Tanpa mimpi dan semangat orang seperti kita akan mati.”
“Kita tak ‘kan pernah mendahului nasib!”
“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apapun yang terjadi!”

Mimpi itu membuat mereka setegar karang. Dan air mataku tumpah menyaksikan kebesaran Tuhan di penghujung cerita. Subhanallah..subhanallah..hanya itu yang bisa kuucapkan. Betapa sempurnanya Tuhan mengatur potongan-potongan mozaik hidup mereka. Aku melongok hidupku. Sungguh malu rasanya aku. Diberi hidup senikmat ini tapi kadang masih juga selalu merasa kurang. Lihatlah mereka, hidup begitu kejam pada mereka. Tapi mereka tak berhenti bermimpi, tak berhenti berjuang, tak berhenti berpositive thingking. Dan…tengoklah, kun fayakun! Allahu Akbar! Seperti tongkat Musa membelah laut merah, akhirnya pungguk pun tak lagi merindukan bulan. ‘Hanya’ karena mimpi!

Inspiring! Buku ini membuat aku sebagai pembaca tergerak untuk tak mengabaikan mimpi-mimpiku. Semangat buku ini menulariku untuk berjuang dan terus berjuang seberat apapun tantangan yang menghadang. Dan yang terpenting, buku ini pun membuat ku semakin melihat kebesaran dan keadilan Tuhan pada umatnya. Highly recomended book deh pokoknya! Nggak heran kalo buku ini langsung cetak ulang dalam sepuluh hari!