Phf…Alhamdulillah seneng banget karena akhirnya barusan aku berhasil menyelesaikan vaccinology essay yang ga kelar-kelar padahal udah dimulai sejak sebulan lalu. Ya iyalah selesai, soalnya kepaksa, besok deadline hehe. Kalo ga nyerahin tugas gila aja, bunuh diri namanya, bakal ga lulus dong.
Ini adalah essay academik 5 halaman pertamaku dalam bahasa Inggris (well, aku bikinnya 6 halaman moga-moga diampuni sama dosenku dan ga mengurangi nilaiku). Karena baru pertama kali itu lah jadinya aku cukup kesulitan merangkai ide dan kata-kata. Ternyata sekian tahun menulis artikel dan buku tetap ga membantu, karena menulis academic essay sungguh dunia yang berbeda dengan menulis artikel kesehatan popular apalagi curhat doangan. Setidaknya, satu hal yang membantu adalah logika berpikir kali ya. Dan karena aku sudah terbiasa riset sebelum menulis, ini juga lumayan membantu.
Sepertinya di semester kedua ini pihak universitas memang sengaja membuat assignment dalam bentuk essay dan presentasi. Kalau sebelumnya di berlin, yang ada adalah ujian writing dan oral, sementara essay hampir ga ada, Cuma satu itu pun pendek. Dalam semester ini, dari 5 modul, hampir semuanya tugas kami adalah membuat essay. Ada yang 5 halaman atau sekira 2000 kata, 3000 kata, bahkan 10-20 halaman. Di semester ini juga aku banyak dapat tugas presentasi essay sendiri-sendiri. Sepertinya kami dilatih untuk persiapan menulis thesis dan juga presentasi mempertahankan thesis kami nanti. Meskipun bikin kepala berasap, tapi aku betul-betul merasa dapat skill yang bermanfaat.
Aku memulai mencari ide dan ingin menulis sudah sebulan lalu, tapi ya itu tadi karena pemula dan hobby menunda-nunda juga jadi ga kelar-kelar. Sebetulnya pengen kelar sebelum sampe di Bordeaux, tapi apa daya tak sanggup aku, dan sesampainya di Bordeaux yang ada malah jalan-jalan mulu. Tapi otak pemalas seperti otakku ini tampaknya memang bekerja lebih baik di saat-saat last minutes. Buktinya 3 hari terakhir, dulu yang aku kesulitan, mendadak otak jadi encer, lancar menulis dan kelar hehe.
Dari kesulitan menulis inilah aku ingin berbagi tips bagaimana membuat academic essay bagi student pemula di negeri orang kaya aku gini. Tentu aja ini bukan berarti bahwa aku dapat nilai bagus untuk essayku, malah barangkali aku dapat nilai jelek, ga tau juga. Ya semoga at least mencapai standard lah. Dari pengalaman menulis ini aku juga jadi tahu betapa sulitnya mencari data untuk Indonesia, karena itu aku posting juga essayku di blog ini. Selain semoga bermanfaat buat nambah ilmu, juga semoga bisa memudahkan buat yang lagi perlu cari bahan, karena untuk ngumpulin bahan aja aku butuh seminggu sendiri phf!
Berikut ini step by step dan tips sukses bikin essay (sukses menyelesaikan maksudnya, soal sukses nilai mah wallahualam hehe) :
1. Baca baik-baik petunjuk tugasnya, kalau ada yang ga ngerti tanya. Jangan lupa perhatikan betul kapan deadline dan syarat penulisan. Untuk kasusku, aku diminta untuk membuat essay 5 halaman mulai dari pembukaan, main topic dan kesimpulan. Kesimpulannya harus mengandung intervensi atau saran research untuk pihak terkait. Nanti di akhir aku posting juga deh apa tugas yang diminta.
2. Cari ide dan bahan
Ini bagian yang paling berat dan penting menurutku, karena kalau ide sudah didapat dan bahan ada, kesananya ya lancar. Tipsnya misal sudah punya ide tapi bahan ga ada, kadang percuma juga. Jadi mendingan cari literatur review dulu, setelah dapat gambaran masalahnya apa, bahan yang paling banyak apa, baru putuskan mau nulis apa. Contohnya dalam kasusku, tadinya aku pengen banget nulis tentang PCV vaksin, karena aku tahu ada masalah di Indonesia. Tapi setelah berhari-hari cari bahan, data soal vaksin PCV di Indo susah setengah mati, aku nemunya dari India melulu. Di tengah-tengah kehoplesanku, setelah berhari-hari mabok literatur review, aku terus coba melebarkan sayap, apapun lah yang ada di Indonesia. Dan ternyata aku menemukan cukup banyak penelitian yang dilakukan oleh prof Yati Soenarto soal vaksin rotavirus. Aku nemu ide dan bahan dari pidato pengukuhan beliau waktu diangkat jadi guru besar. Habis baca itu aku bertambah kagum aja sama beliau dan ngimpi jadi pengen kaya beliau, bisa terus berkiprah meski sudah sepuh dalam dunia kesehatan anak dan bisa publish artikel nya di jurnal-jurnal International. Hwaa mupeng aku, meskipun ngimpi banget kayanya, wong aku dosen juga bukan. Tapi ya aku ga pernah tahu masa depan yang jelas, aku jadi menambah daftar list impianku gara-gara terinspirasi sama beliau.
3. Setelah dapat ide dan bahan, bikin outline kasar.
Yang aku lakukan adalah membuat flow alur berpikir apa yang mau aku tulis dan semua bahan, kalimat-kalimat yang aku bakal kutip aku tarok semua di outlineku itu. Misal tulis judul, lalu Introduction. Di bawah Introduction, kutip semua kalimat-kalimat yang kira-kira pengen kita taro sesuai alur yang udah kita pikirin. Begitu juga di ‘main topic’ dan kesimpulan, tulis poin-poin yang mau ditulis dan taro juga kalimat-kalimat yang mau kita kutip alias copy paste, buat sementara aja lho dan jangan sampe lupa untuk deruba kalimat ini kalo engga bisa dianggap plagiat.
4. Tentang paraphrase dan mencegah plagiarisme
Berhubung kalau artikel ilmiah kita harus hati-hati banget sama soal plagiarisme, jadi kemampuan untuk paraphrase kalimat sangat penting. Kami bahkan diwanti-wanti bahwa pihak uni punya alat untuk mendeteksi plagia risme, jadi kalo ketahuan mampus lah pokoknya. Paraphrase ini yang aku kesulitan banget awalnya. Kalo paraphrase kalimat dalam bahasa Indonesia sih gampang, tapi bahasa Inggris jelas lain. Sebetulnya kita juga harus udah bisa karena saat test TOEFL kemampuan paraphrase juga diutamakan, tapi TOEFl kan untuk pencapaian standard, jadi saat menulis assigment ini lah betul-betul diuji kemampuan paraphrase kita. Di awal-awal aku bingung banget, tapi terus aku punya trik begini:
– Dengan bantuan google translator, duh ini malaikat penolongku ini, copas kalimat yang mau kita kutip. Lalu setelah muncul bahasa Indonesianya, paraphrase lah dalam bahasa Indonesia, lalu copas dan translate lagi ke bahasa Inggris. Tapi asli masih banyak salah, jadi harus hati-hati, harus dibenerin lagi hasil translaten ini. Begitu kira-kira tips gampangnya.
– Setelah awalnya pake bantuan google translator, eh ternyata lama-lama kemampuanku mulai terasah kali ya, jadi rada bisa mikir sendiri. Yang aku butuhkan cuma ‘thesaurus’. Ini juga tools yang manjur banget untuk paraphrase. Jadi untuk satu kata misal ‘start’ musti kita ganti kan sama kata lae, carilah di thesaurus’ mana kata yang mirip, tinggal kita ganti misal pake ‘commence’. Hati-hati juga milih kata sebab untuk akademik, pilihan kata harus yang akademik, misalnya ‘get’ harus diganti sama ‘obtain’ , dan lain-lain bisa googling dengan keyword ‘academic English writing.
– Alah bisa karena biasa, moga-moga kalo sering kepaksa nulis mau ga mau udah tinggal lancar menulis paraphrase.
5. Menulis daftar referensi
Aku awalnya agak-agak meremehkan soal ini. Jadi setiap dapat kalimat yang hendak aku kutip, aku Cuma mencantumkan nama penulis dan tahunnya, missal (WHO, 2008). Sementara linknya dan sumber artikelnya berserakan ga keruan ga rapih nyimpennya. Eh ndilalah diakhir pas aku harus bikin daftar referensi aku kelimpungan dan butuh waktu berjam-jam untuk ngumpulin dan nulis referensi. Jadi lesson learnednya adalah: sejak awal ngumpulin data, simpen baik-baik sumbernya dan kalau bisa udah ditulis berdasarkan style yang kita pake.
FYI, ada berbagai macam cara penulisan referensi. Berhubung kami di Eropa, kami dianjurkan untuk pake Harvard style, yang modelnya bukan pake urutan angka 1,2,3 dan seterusnya, tapi berdasarkan alphabet. Dan nulis pas ngutipnya juga ga pake angka, tapi pake nama dan tahun, misal: ( Harjaningrum AT, 2011), begitu tuh cara menulis namaku kalo nanti bisa masuk jurnal, jiaah ngimpi dot com hehe. Kalau authornya ada dua, dan lebih dari 3 juga beda lagi penulisannya, cukup ribet, tapi kalau udah biasa ya biasa juga. Tinggal googling aja cari gimana cara penulisan dengan ‘Harvard style’, sumbernya banyak dimana-mana. Oya sebetulnya ada cara pengorganisasian supaya ga ribet nulis referensi waktu itu aku pernah diajarin sama temanku si meksiko ganteng itu, tapi berhubung kegaptekanku aku lupa lagi dan kudu belajar lagi.
6. Keep update, dan lakukan literatur review sebanyak-banyaknya
Maksudnya, literature review ini sangat penting. Kadang meskipun kita udah dapat outline dan bahan, ada aja yang miss, kalau bisa kita cari literature terbaru untuk melengkapi literature kita. Dan jangan lupa untuk akademik essay, setiap kalimat harus dipertanggungjawabkan ngutip dari siapa, ga bisa pake omongan kita sendir, jadi pastinya literature review ini bakal banyaak banget.
Begitu kira-kira tips yang aku bisa bagi, at least biar aku ga lupa juga makanya aku tulis disini. Hasil essay ku, akan aku posting dalam tulisan tersendiri.