Welcome Home

Sepuluh tahun Kawan, bukan waktu yang sebentar.
Tak mudah untuk bilang selamat tinggal.
Terlalu banyak kenangan indah yang tak bisa dilupakan.
Terlalu banyak hal yang dia ajarkan : tentang kemandirian, tentang kerasnya hidup di negeri orang yang mendewasakan, tentang toleransi, tentang kejujuran, tentang peradaban, tentang kemanusiaan, tentang ciptaan Tuhan yang begitu beragam.

Banyak orang bilang, ngapain pulang? Bukankah ia adalah kenyamanan?
Memutuskan pulang itu seperti kau meninggalkan istana yang sudah setengah mati kau bangun lalu kau tinggalkan untuk maju ke medan perang.
Hidupmu kembali bergelombang, bahkan riaknya kadang menyeretmu ke pusaran paling dalam, hingga membuatmu tak mampu lagi berkata-kata selain: Tuhan, hanya Engkau sebaik-baik penolong, tolong aku Tuhan.
Continue reading “Welcome Home”

Membatu

Kawan, pernahkah kau rasakan
Ketika hatimu sudah seperti batu
Sengaja kau buat ia begitu, mengeras dan membatu
Karena habis sudah air matamu

Agar kau bisa bertahan
Agar tak lagi kau rasa yang namanya rindu
Kau tutup rapat-rapat telingamu
Saat mendengar apa yang terjadi pada buah hatimu
Agar kau bisa menelan hari-harimu tanpa pahit dan ngilu
Continue reading “Membatu”