HIV dan Obsessive-Compulsive

Pertanyaan :
Mommies,
Beberapa waktu yg lalu saya sempet ngobrol di telpon sama temen di Surabaya soal virus HIV. Sampelah omong-omong kita ke cara penyebarannya. Dia pernah baca di sebuah artikel kalo jarum suntik yg bekas digunakan seseorang yg menderita HIV kalo dibiarkan saja selama 30 menit, nanti virusnya akan mati sendiri, jadi kita sih tidak usah terlalu “freak-out”. Kurang lebih gitu deh omongan beliau ini.

Tentu aja saya gak setuju, soalnya saya belum pernah dengar soal ini. Akhirnya kita saling ngotot pd pendapat masing-masing. Yg ingin saya tanyakan, betul tidak sih pendapat temen saya tadi? Menurut temen-temen, saya ini agak “freak-out”… selalu khawatir ini-itu… bahkan saya aja gak seneng seandainya pisau dapur jadi bahan pinjem-pinjeman (rada gak tega aja, lagian takut klo orang lain tangannya keiris dan darahnya kena ke pisau terus nyuci pisaunya kurang bersih… hiiiii..). Jangankan soal HIV, katanya lagi saya tuh paling ribut soal kebersihan, dikit-dikit takut gak sterile.. makanya dicibir habis-habisan sama dia. Malah ada temen saya yg bilang kalo saya tuh kayak Monica Geller di film “Friends”… sebel khan? Mosok saya obsessive-compulsive gitu sih?

Saya jadi introspeksi, soalnya kata suami, emang sih saya rada-rada gitu. Dia malahan bilang, mosok nggantung baju aja arahnya harus sama, seisi rumah pengaturannya harus alphabetical order A to Z, cuci tangan tiap menit, sampe tidur di hotel pun khawatir kalo gak bersih dan gak tega ngebayangin bekas dipake orang banyak … itu baru contoh-contoh yg paling terlihat… gitu deh katanya… makin sebel khan saya? Kata suami saya, germphobia…. istilah bikinan dia tuh.. Apa bener saya nih menunjukkan obsessive-compulsive?? (Na’udzubillah deh!)

Mommies di WRM khan banyak yg dokter (mungkin ada juga yg psychiatrist
;-) )… boleh dibantu bagi-bagi infonya. Makasih banyak sebelumnya.

Wassalam,
Mom D di Minneapolis

Jawab:

Dear mom D n moms,

Seperti kita tau, HIV itu menyebar terutama lewat darah, cairan-cairan (sperma/vagina), dan plasenta (ibu ke janin). Jadi, jalur utama penularannya adalah lewat transfusi, jarum suntik dan hub sex.

Pertanyaannya, jarum suntik bekas pakai pengidap HIV kalau dibiarkan 30 menit apakah masih menular? Sebetulnya tergantung jumlah konsentrasi si virus. Kalau dalam konsentrasi sangat tinggi, ada peneliti yang bilang, diluar tubuh, dia bisa hidup dalam hitungan jam/ hari baru kemudian mati.

Tapi prinsipnya virus ini hanya bisa hidup dalam wadah tertutup, tak tahan dengan udara luar. Ketika virus ini terpapar udara luar, bukan udara yang menyebabkan dia mati, tapi paparan udara nya membuat cairan yang
membawa virus jadi kering, sehingga si virus tak tahan dan mati. Virus ini bersifat fragile, mudah sekali rusak oleh perubahan suhu, dan dia butuh oksigen
supaya bisa hidup. Jadi misalnya terkena air panas, sabun, bleaching agent atau alkohol, dia bisa cepat rusak atau mati.

Jadi dalam keadaan lingkungan normal (jumlah konsentrasi virus standard), setelah 30 menit, jarum suntik bekas pakai pengidap HIV memang bisa dikatakan aman karena si virus akan cepat mati. Apalagi penularan sebenarnya baru terjadi kalau si jarum disuntikkan ke tubuh orang lain lewat pembuluh darah. Sebetulnya yang bisa menularkannya adalah sisa darah di syringe/spuit dari jarum suntik bekas pakai tadi (bukan darah sisa di jarumnya). Darah ini ada dalam wadah tertutup (syringe), jadi kalau dipakai lagi oleh orang lain, sangat mungkin akan menularkan virus, karena si virus masih hidup.

Walaupun jarum suntik itu aman dari HIV, tapi tidak aman buat virus hepatitis B/C. Virus hepatitis B/C ini tidak mudah rusak seperti HIV. Jadi kalau misalnya
kita memegang jarum suntik bekas penderita HIV, barangkali aman dari HIV, tapi tetap terancam terinfeksi hepatitis B/C.

Kesimpulannya moms, tetep aja harus hati-hati sama jarum suntik bekas pakai. Oya, kalau masalah alat cukur, atau kena cairan/darah kering pengidap HIV,
sebetulnya kemungkinan tertularnya kecil. Tapi tetap aja harus hati-hati karena, takutnya waktu memegang itu, ada luka kecil di bagian tubuh kita yang kasat
mata, dan si virus bisa masuk lewat situ. Lebih baik mencegah daripada mengobati kan moms :-)

Prinsipnya memang hati-hati, tapi kalau terlalu hati-hati apa nggak jadi obsessive-compulsive ya? :-)

Sebetulnya untuk mendiagnosa seseorang terkena obs-compulsive Disorder (OCD) ini perlu pengamatan dan syarat-syarat yang panjang dan tidak mudah. Mungkin yang lebih sering terjadi adalah obsesive-compulsive personality Disorder (OCPD), karena kalau OCD kondisinya biasanya lebih parah. Disebut OCPD pun bila gejala sudah berlangsung lama (biasanya muncul sejak ABG) dan mengganggu kerja serta hubungan sosial.

Jadi lebih baik berpikir tak terlalu jauh dulu. Tapi sebagai gambaran, ada 8 kriteria gejala, kalau ada 4 gejala atau lebih ada di seseorang, maka kemungkinan dia mengalami OCPD. Kira-kira kriterianya begini moms :
1. Kalau mengerjakan sesuatu maunya detil, rapi, pake daftar, organized dan terjadwal.
2. Merasa banyak ragu dan hati-hati sekali kalau mau melakukan sesuatu
3. Perfeksionis dalam menyelesaikan tugas-tugas
4. Terlalu hati-hati, teliti dan bekerja berlebihan dan tak mau melakukan kegiatan menyenangkan atau berteman.
5. Sangat taat pada aturan sosial
6. Kaku dan keras kepala, pelit
7. Keukeuh , tak mau menerima pendapat orang lain/ suka memaksakan pendapatnya
8. Tanpa alasan menolak melakukan sesuatu jika diminta oleh orang lain, enggan mendelegasikan tugas/ bekerja sama dengan orang lain.

Nah kalau ada 4 kriteria atau lebih, sudah berlangsung lama dan mengganggu hub sosial dan pekerjaan, baru deh ke psikiater :-) Itu pun biasanya therapi nya nggak pake obat, tapi pake terapi behaviour.

Jadi kesimpulannya hati-hati memang perlu ya moms, tapi supaya nggak jadi hati-hati yang berlebihan, mungkin kuncinya pasrah, ikhlas, yakin dan pede aja
insya Allah, Tuhan sayang ama kita kali ya :-). Selama kita selalu di jalanNya, mudah-mudahan dijauhkan dari segala penyakit itu. Amin…

Gitu deh moms, semoga membantu ya, dan maaf lho kalo ada yang kurang berkenan.

Wassalam hangat,

Agnes

27 Tahun Tidak Pernah Haid

Pertanyaan :
Mommies,
Tadi pagi seorang teman sms saya, di tempatnya tinggal (Aceh) entah masih saudara atau tetangga, ada seorang wanita yang sudah berusia 27 tahun tapi belum pernah sekalipun mengalami haid. Teman saya minta cariin informasi tentang hal itu karena di Aceh cukup lemot internetnya. Kira-kira itu kenapa ya, Moms ? Apakah itu berarti dia tidak subur ? Tidak bisa punya anak ? Atau apakah ia ternyata lebih pantas menjadi laki-laki seperti seorang atlet nasional yang dulu sempet heboh ? Bisa bantuin, Moms ? Terutama mommies yang bergelut di bidang kedokteran karena teman saya ini benar-benar memerlukan penjelasan secara medis. Terima kasih banyak sebelumnya.

Love,
Mom N di Jakarta

Mbak N dan mommies,

Dari data yang mbak kasih, menurutku secara medis dia bisa dikategorikan mengalami amenorrhoea primer. Disebut amenore primer bila setelah umur 16 thn, dia belum juga dapat menstruasi. Untuk kasus spt ini harus dicari dulu penyebabnya, apakah karena kelainan vagina seperti hymen imperforata (selaput dara tak terbentuk), atau agenesis vagina (vagina sama sekali
tak terbentuk). Amenore primer bisa juga terjadi karena gangguan fungsi sel telur atau ketidakseimbangan hormon.

Kalau kelainan vaginanya, agenesis vagina, biasanya dia juga nggak punya rahim dan indung telur, terapinya harus pembedahan. Agenesis vagina jg ada yang komplit dan inkomplit. Tapi kasus spt ini umumnya sudah diketahui dari kecil, karena keliatan waktu buang air kecil atau memang ada keluhan penyerta lain. Selama hormonalnya masih banyak hormon perempuan, dan tes kromosomnya jg menunjukkan perempuan, rasanya sih tetep perempuan ya mbak, ga perlu ganti kelamin, tinggal dibuat vagina aja. Memang lebih rumit dan
harus ke dokter ahli bedah.

Tapi kalo termasuk jenis yang hymen imperforata (nggak punya selaput dara), biasanya dia masih mengalami menstruasi, hanya sering mengeluh sakit perut dan kadang teraba benjolan di perut. Terapinya pembedahan jg, dibuat lubang di vagina supaya darah mensnya bisa keluar. Kalo jenis yg ini biasanya dgn pembedahan, semua bisa lancar lagi.

Masalah bisa punya anak/subur atau enggak nya, tergantung penyebab jg mbak Nia. Kalo krn hymen imperforata aja, yg lain2 fungsinya bagus, biasanya
masih bisa punya anak. Tapi kalo gangguan fungsi indung telur/ keseimbangan hormon, harus di terapi dulu, baru bisa punya anak. Jadi tetep aja intinya, harus ketauan dulu penyebabnya.

Kalo ternyata masalahnya di gangguan fungsi ovarium dan ketidakseimbangan hormonal, bisa ke gynekolog aja mbak.

Menurutku, sampai usia 27 thn gini belum diterapi, malu mungkin ya, padahal sebetulnya udah kelamaan lho sampe taunan gini :-). Tapi lebih baik berpikir
penyebab yang ringan2 aja dulu. Jadi mending bawa ke gynekolog aja dulu, dipastiin penyebabnya apa krn gangguan hormon/indung telur atau memang krn ada kelainan vagina. Kalau udah ketauan penyebabnya, insya Allah terapinya jg lebih mudah.

Gitu aja ya sharing dari aku. Semoga membantu…

Wassalam hangat,

Agnes

Radang Usus

Pertanyaan :
Dear mommies,
Mommies.., aku dapet titipan pertanyaan temen, suaminya dibilang dokternya kena radang usus, gejala yg dialaminya seperti diare.., temenku pengen tau ttg radang usus ini, sharing ya..moms…., makasih banyak..sebelumnya.. :)

Mom R di JakartaJawab :

Dokternya mungkin nggak mau pusing-pusing jelasin ya mbak R, jadi dibilang aja radang usus, padahal radang usus itu macem-macem :-)

Secara anatomi mungkin harus diperjelas dulu, bahwa saluran pencernaan itu mulainya dari mulut, esofagus lalu ke lambung, lalu usus kecil, usus besar dan
terakhir rektum dan anus. Soalnya kadang-kadang nggak jelas yg dimaksud sebetulnya radang di usus atau di lambung. Selain itu radang usus/lambung itu ada yang akut (kurang dari 2 minggu) ada jg yang kronis. Masing2 beda perlakuannya. Itulah kenapa jadi harus jelas dulu, lokasi dan lama sakitnya.

Kalo disebut radang usus, berarti ada infeksi di usus, entah usus kecil atau usus besar. Penyebab infeksi usus bisa macam2, bisa karena virus, bakteri, parasit.
Biasanya gejalanya memang ada diare. Penyakit typhoid juga termasuk infeksi usus yang disebabkan oleh kuman typhoid dan menyerang usus. Gejalanya selain panas biasanya jg ada diare atau konstipasi. Tapi istilah radang usus mungkin lebih sering dipake pada penyakit diare krn kuman akibat makan2an yang kurang bersih.

Kalau infeksi nya terjadi di lambung, biasanya disebut gastritis (orang sering bilang maag). Gastritis ini bisa disebabkan oleh infeksi kuman, bisa krn iritasi
(makan2 pedas/jarang makan/obat2 pengiritasi lambung), bisa juga krn autoimmun. Keluhan biasanya mual, rasa tidak nyaman di lambung, cegukan, muntah dan lain-lain.

Jadi, kalo ke dokter lebih baik kayak mom Dita, sampe bawa2 artikel segala hehe (sori Dit,patut dicontoh soalnya :-)), maksudnya proaktif aja n banyak tanya, biar jelas apa yang dimaksud sama si dokter. Kan ke dokter udah bayar ya, mosok jawabnya pelit banget gitu hehe…

Gitu aja sharing dari aku mbak R, semoga membantu yaa…

Wassalam hangat,

Agnes

Test Paps Smear dan Infeksi Saluran Kencing

Pertanyaan :
Assalamuálaikum Wr.Wb
Saudari muslimah yang berbahagia..sehat semuakan? Mau cerita sedikit nih. Tiga minggu yang lalu saya di paps smear (bahasa belandanya apa ya, saya lupa) di huistart dan di Belanda ini pap smear ini merupakan program pemerintah bagi setiap wanita yang sudah berumur 30 tahun dan melahirkan jadi untuk biayanya gratis. Katanya sih kalau sehabis melahirkan akan ada surat untuk membuat janji melakukan papsmear tapi karena saya melahirkan disini pertama kali (anak ke 2) umurnya sudah diatas 30 tahun nggak terima surat itu. Akhirnya saya pergi ke huisart karena katanya bisa sama huisart.

Tapi waktu saya kesana eh..huisartnya minta surat dari sebuah lembaga namanya lupa lagi) yang ngurusin papsmear ini supaya gratis. Alhamdulillah, huisart saya ini cukup baik dan ramah dia keluar ruangan tanya ke koleganya ternyata bisa dilakukan papsmear saat itu dengan surat menyusul. Kalau nggak ada surat itu biayanya kita tanggung sendiri.

Nah setelah selesai dokternya bilang kalau nanti akan ada darah/pendarahan, diminta saya tidak takut. Sehabis dari sana nggak ada darah/pendarahan hanya saja kemaren malam waktu saya buang air kecil kok ada darahnya, apa itu ada hubungannya dengan papsmear yang saya lakukan 3 minggu yll. Karena kalau nggak salah ada yang diambil waktu papsmear itu (benar ya dr agnes dan dr Arie). Saya udah kirim urine ke dokter dan dikasih obat ( utk 3 hari) katanya ada infeksi. Sharingnya donk…

Wassalam
Mbak Y di Groningen

Ass.
Saya belum papsmear nih Mbak…jd pengen tahu juga. Soalnya saya sama seperti Mbak Y nggak dapat surat dari huisart. Ayo ibu-ibu yang udah paps smear mau denger dong pengalamannya. Sakit ga sih??? jadi ngeri nih…

Wass
Mbak D di DenHaag

Jawab :

Kalo baca cerita mbak Y, sepertinya darahnya keluar dari air kencing kan mbak? Biasanya ini dari inf saluran kencing mbak. Mbak Y sudah terdiagnosa inf sal kencing kayaknya, makanya dikasih obat. Mungkin blum bereaksi aja obatnya. Soalnya inf sal kencing kalo dibiarin beberapa hari, biasanya suka campur darah urinenya.

Kalo darah bekas paps smear, biasanya keluar darahnya bukan dari air kencing tp semacam bercak dari vagina gitu… Ga masalah deh mbak, asal ga berlanjut aja keluar darahnya

Mengenai Test Paps smear :

Sebetulnya paps smear memang dianjurkan buat semua wanita yang sudah melakukan aktivitas sexual, jd nggak perlu nunggu melahirkan, dan nggak ada batasan umur.

Tapi bener, kalo belum pernah melahirkan sih mesti lebih ngilu lagi rasanya hehe. Ngaruhnya ke psikologis kali ya. Kalo udah pernah melahirkan udah terbiasa ‘dioprek’ ups maaf istilahnya, soalnya bingung bilangnya gimana hehe. Tapi kalo belum pasti memang akan terasa lebih menyeramkan.

Jadi kalo berani, paps smear aja, tp kalo takut dan nggak ada keluhan apa2, ya mending ntar aja kalo udah pernah ngerasain melahirkan. Sebetulnya tujuan
papsmear kan mau liat ada aktivitas sel yang meningkat atau enggak, untuk mencegah kalo yang terkena kanker biar kedeteksi sejak dini, supaya nggak berlanjut jd stadium lanjut.

Wassalam hangat,
Agnes

Pertanyaan lagi :
Makasih ya..Agnes, mungkin juga sih karena saya sering nahan2x buang air kecil dan jarang minum apalagi kalo udah bepergian. Oh ya bisa mengarah ke ginjal nggak ya? Alhamdulillah sudah agak baikan sekarang malah udah nggak sakit klu buang air kecil. Tapi kenapa langsung keluar darah gitu ya, malah kayak ada gumpalan segala dan sebelumnya nggak ada rasa sakit sama sekali kalau buang air kecil . Terus apa udah cukup ya dengan obat yg dikasih (1x sehari selama 3 hari), perlu konsul lebih lanjut nggak ya ke dokter? Waspada aja utk penyakit lain nih. Memang kesehatan itu nikmat yang paling berharga ya dan kadang baru terasa kalau udah sakit. Mungkin ini teguran Allah untuk saya, Wallahuálam.

Wassalam
Mbak Y

Jawab :

Wanita memang lebih mudah kena inf sal kencing (ISK) dp laki2 mbak, karena punya wanita, saluran dr kandung kencing ke muara pengeluaran ukurannya lebih pendek. Jadi wajar banget kalo wanita sering kena ISK. Kalo nggak diobatin memang bisa jd peny ginjal mbak, tapi kalo diobatin sih nggak masalah koq, cuma paling2 sering berulang aja. Jd pencegahannya emang bener mbak, kalo bisa jgn suka nahan2 kencing, trus musti banyak minum jg.

Mudah2an cepet sembuh ya mbak…
Wassalam hangat,
Agnes

Pertanyaan lagi :
Ngomong-ngomomg soal ISK, aku masih penasaran nih Bu dokter Agnes & Arie…jd dulu waktu ngelahirin Jasmijn aku sempet dikateter 2X karena ga bisa pipis,kyknya sih disini mereka nggak mau mengkateter orang sampe 2X kali ga bener2 mendesak, aku aja sampe nangis minta2 supaya dikateter 2x krn ga tahan sakitnya (perawat di RS wkt itu ga berani krn kebetulan dokternya lg vacancy tahun baru, mana week end pula). Nggak tahu apakah karena takut infeksi? Nah abis itu aku jd ga bisa mengkontrol pipis, ya kalau terasa mau pipis langsung keluar aja tanpa bisa ditahan. Itu terjadi sampai 6 bulan kemudian, nah pas pulkam ibuku nyuruh diurut. Habis diurut (kalo ga salah itu gara2 turun berok – bahasa kampungnya) alhamdulillah sembuh.

Nah pas lahiran hannah jg begitu, aku sempet dikateter lagi tapi cuma 1X, dan lagi-lagi aku ga bisa nahan pipis setelah itu. Alhamdulillah bidan yg datang ke rumah itu pengalaman banget, Katanya itu gara-gara saat lahiran saluran kencing keteken shg ga lancar dan perlu dikateter, untuk bis normal nahan pipis dia nyuruh aku untuk latihan otot-otot vagina/(pipis?) sehari sekitar 5 kali dan memang malah kalau pas mau pipis justru ga boleh ditahan (krn justru malah kuman-kuman bisa jadi penyebab infeksi kl pipis itu ditahan katanya). . Alhamdulillah, bener lho…sekarang aku udah normal lagi pipisnya (cuma untuk saat tertentu kadang nggak bisa nahan jg seperti kl minum2an yg asam). Mmmm katanya juga latihan otot vagina ini bagus dilakukan meskipun aku dah sembuh (waktu aku tanya dia cm bilang baik untuk kamu apalagi setelah nanti umur diatas 40 tahun, kenapa ya?)

Nah pertanyaannya, kalau kejadian nggak bisa nahan pipis setelah melahirkan apakah diurut itu sebenarnya boleh? Disini kan jg ga ada tukang urut berok…hehehe…Kalau seperti yg disarankan bidan disini untuk latihan otot vagina apa hubungannya dg saluran kencing? Terus kenapa ya setelah dikateter itu pipisku malah terlalu “lancar” sampe ga bisa ditahan? Ini penasaran bener lho…

Makasih sebelumnya…

Wass
Mbak D

Jawab :

Aku coba sharing ya mbak. Jadi kalo pertanyaan mbak D ini ga bisa nahan kencingnya sebetulnya berhubungannya sama pasca melahirkan, bukan karena ISK (inf kuman) Soalnya beda banget tuh mbak. Kalo habis melahirkan, kebayang kan habis mengedan luar biasa kayak gitu, semua otot-otot bagian bawah biasanya memang jadi longgar. Seringnya otot seputar anus, biasanya ibunya jadi haemoroid alias ambeien. Tapi banyak juga kasus yang kayak mbak D, otot-otot kandung kencingnya dan otot vagina otomatis jadi longgar juga. Alhasil jadi nggak bisa nahan kencing, malah kadang2 suka ngompol. Karena itu dianjurkan latihan otot2 buat memperkuat otot vagina, otot
kandung kencing dan juga otot seputar anus.

Kalo masalah otot vagina dilatih bagus buat 40 thn, krn biar makin kenceng gitu mbak, kan bisa tambah membahagiakan suami hehe ups maap… (tp gpp lah ya kan ibu-ibu semua hehe). Mungkin alasan lainnya karena usia segitu, biasanya kadar estrogen wanita udah mulai turun, udah teu pararuguh lah gitu, jadi kayak olahraga aja kalo sering dipake olahraga ya semakin baik fungsinya.

Latihan otot vagina hubungannya sama saluran kencing, karena saat kita berlatih menahan otot vagina, otot kandung kencing jg terlatih mbak, jadi yang biasanya kandung kencing nggak bisa nahan alias kadang suka ngompol, akhirnya bisa kerja normal lagi.

Kalo masalah kateter, kalo saat dikateter memang pasti air kencing langsung keluar walopun ditahan juga, soalnya alatnya langsung masuk ke saluran kencing. Tapi kalo pasca kateter masih nggak bisa nahan kencing, itu hubungannya ya sama otot tadi mbak.

Tentang urut mengurut hehe sebenernya sih boleh-boleh aja, tapi kalo hubungannnya secara pasti ngaruh apa enggak, secara medis belum ada penelitiannya mbak, kalo menurutku sih lebih banyak sugesti kali ya. Soalnya yang jelas-jelas berpengaruh itu ya kalo kita sering latihan nahan otot-otot bagian bawah. Kalo diurut, apalagi cuma sekali 2 kali, paling-paling cuma memperlancar peredaran darah aja ya. Tapi nggak tau deh kalo tukang urutnya pake elmu yg laen, soalnya banyak jg tukang urut yang aneh-aneh kan.

Gitu aja sharing dari aku ya mbak…

Wassalam hangat,
Agnes

Tambahan Tentang Paps smear dan General & Gynaecological Check Up dari Dokter Hermin Sewaktu Diskusi di WRMom

General check up yang lengkap adalah sbb:

1. Darah
Pemeriksaan rutin terdiri dari pemeriksaan Hb (kadar sel darah merah), Leukosit (sel darah putih), Trombosit (kadar keping darah), LED (laju endap darah (untuk deteksi infeksi spesifik). Tapi untuk lengkapnya, maka pemeriksaan dengan bahan pemeriksaan darah lebih lanjut diperiksa:
– fungsi ginjal: diperiksa ureum dan kreatinin
– fungsi hati : SGOT dan SGPT
– penyakit metabolisme: gula darah sewaktu dan/atau gula darah puasa (diabetes), kadar lemak (kolesterol dan trigliserida), bisa juga asam urat (ini opsional).
Pemeriksaan darah lebih lanjut dilakukan atas indikasi dan atas hasil
awal dari pemeriksaan diatas.

2. Urin
Pemeriksaan rutin terdiri dari warna, keasaman, bakteri/parasit, gula, protein, darah (maksudnya dalam urin yg diperiksa adakah kandungan bahan-bahan tersebut, dimana kalo positif maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan warning suatu penyakit tertentu), endapan.

3. Rontgen
Yang rutin dilakukan foto paru dan jantung. Jangan lupa temsi dan hitungan nadi.

Selanjutnya maka pemeriksaan dilakukan berdasarkan indikasi, apakah perlu rekam jantung (EKG), atau USG, dimana ini diketahui setelah konsultasi dnega dokter sambil membawa hasil check up tersebut.

Sedangkan untuk Check up ginekologi, harus dibedakan dulu dengan obstetri.
Obstetri segala sesuatu dari A sampai Z tentang kehamilan, maka check up-nya pun yang berhubungan dnegan kehamilan, yaitu antara lain:
1. Darah, untuk rutin mirip dengan general check up cuman ada tambahan sedikit yaitu pemeriksaan kadar Fe dan kadar Ca. Untuk deteksi penyakit infeksi antara lain: TORCH, Hepatitis B dan C, dan HIV (di Jepang ini pemeriksaan rutin).
2. Urin, pemeriksaan sama dengan general check up. Selama kehamilan, periksa darah lengkap dilakukan ketika pemeriksaan yang pertama kali, dan untuk darah rutin diulang saat kehamilan 7 bulan. Untuk urin rutin seharusnya dilakukan setiap kali periksa kehamilan.
3. Pemeriksaan lain, USG intra vaginal, dan paps smear (deteksi dini kanker rahim).

Dan untuk check up ginekologi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan alat reproduksi wanita. Yang paling umum adalah periksa paps smear. Sedangkan pemeriksaan lainnya, berdasarkan indikasi, artinya pemeriksaan dilakukan berdasarkan gejala yang ada. Contoh infertilitas diperiksa kadar hormon, kondisi fisik alat reproduksi dll. Infeksi alat reproduksi, bisa diperiksa infeksi sipilis, gonorhe, herpes dll.

Tentang Paps Smear :

Paps smear merupakan sebuah test pada serviks (leher rahim) untuk memeriksa secara dini kelainan sel serviks. Sebelum dilakukan pemeriksaan paps smear, pasien pada 2 hari sebelumnya tidak boleh menggunakan obat-obat atau zat apapun pada vagina, seperti, deodorant, spermasid, lubrican, etc. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan suami istri (ssst… ini bisa ketahuan lho,.. walopun si pasien nggak ngomong ke dokternnya,..he..he..).Waktu terbaik dilakukannya paps smear saat sebelum atau sesudah menstruasi.

Prosedur paps smear sebenarnya sederhana aja, pasien tidur terlentang dengan psosisi kaki seperti akan melahirkan, kaki diletakkan tiang penyangga, namanya posisi litotomi. Dokter/pegawai lab akan memasukkan alat namanya spekulum, alat ini juga digunakan bila kita akan pasang spiral. Setelah itu dokter/pegawai lab hanya akan mengusapkan sebuah stik kecil berbentuk sikat ke permukaan mulut serviks, kemudian mengusapkannya pada kaca sediaan.
Itu aja kok Mom Vita,.. rasa kurang nyaman dirasakan oleh beberapa pasien, tapi secara umum tidak menyebabkan sakit, mungkin rasa kurang nyaman disebabkan saat dimasukkannya spekulum tadi.

Paps smear sebaiknya dilakukan oleh wanita diatas usia 18 tahun atau usia kurang dari 18 tahun tapi sudah aktif berhubungan seksual, setiap 1 kali setahun. Bila dari hasil pemeriksaan ditemukan suatu perubahan sel maka pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3-6 bulan sekali sampai sel serviks kembali normal. Tapi kalo perubahan sel tersebut mengarah kepada kanker serviks, tentunya harus dilakukan pemeriksaan lebih lengkap berupa kolposkopi atau biopsi jaringan.