Pada Akhirnya, Hanyalah Antara Kita dengan Tuhan

Aku tersentak di suatu pagi, membaca personal message yang masuk ke inboxku dan berbunyi:
“Bu Agnes yang baik, saya pengikut setia blog bu dokter. Jika heading dari blog Ibu adalah ‘mengenal diri berbagi inspirasi’ maka saya adalah bagian dari orang-orang yang telah terinspirasi dari tulisan Ibu, termasuk terinspirasi dalam mengejar mimpi, tentang konsistensi dalam menulis dan belajar menulis academic writing.
Saya hanya ibu rumah tangga biasa yang kebetulan berkesempatan kerja serabutan di ***. Karena seringnya saya baca blog bu dokter, akhirnya ikut-ikutanlah belajar nulis, belajar bahasa inggris dan iseng-iseng ikut call for paper dan akhirnya abstrak saya lulus. Memang baru abstrak. Dari abstrak saya yang lulus tersebut saya diminta membuat paper berbahasa inggris yang akan dipresentasikan dalam konferensi asean di jakarta awal April nanti. Tapi….dstnya”

Membacanya, tiba-tiba saja kedua bola mataku basah. Glek, kutelan ludahku berkali-kali. Diam. Haru. Tuhan..sebegitunya kah?
Continue reading “Pada Akhirnya, Hanyalah Antara Kita dengan Tuhan”

Tugas Tepat, Belajar Bahasa jadi Cepat

Aw maluuu, si gw kalah euy bahasa Inggrisnya sama Lala, anak kelas 2 SMP yang sudah bisa nulis cerita in English dengan grammar yang oke. Sementara si gw yang mengaku sudah belajar bahasa Inggris sejak jaman dahulu kala ini, kalo disuruh ngomong dan nulis in English, teteep aja grammar nya masih banyaaak errornya phf….

Memang harus diakui bahasa Indonesia memiliki akar bahasa yang beda dengan bahasa-bahasa di Eropa, tapi tentunya faktor  bagaimana sistem mengajarkan bahasa tersebut juga berpengaruh terhadap kecepatan dan  ketepatan berbahasa si Anak.  Anak-anak di sekolah Belanda baru mulai belajar bahasa Inggris sejak kelas 5 SD, tapi mungkin karena sistem mengajarnya tidak melulu mengajarkan grammar (ga seperti emaknya yang dulu rasanya belajar bahasa Inggris sejak SMP isinya kebanyakan grammar melulu :D),  jadinya di kelas 2 SMP Lala dan temen-temennya sudah pada lancar ngomong dan nulis in English. Waktu kelas 1 SMP, Lala mengundang 5 orang temennya untuk bikin ‘pijama’s party’di hari ulang tahunnya di rumah dan mereka semua waktu diajak ngobrol dalam bahasa Inggris udah lancar cas cis cus gitu, padahal ya itu tadi, officially mereka baru belajar bahasa Inggris di sekolah sejak kelas 5 SD lho.

Continue reading “Tugas Tepat, Belajar Bahasa jadi Cepat”

Link Paperku

‘Jangan sepelekan hal-hal kecil, karena kadang malah dari sesuatu yang simple itulah tersimpan sebuah kekuatan besar.‘‘ Quote tersebut betul-betul menggambarkan hasil paper pertamaku yang alhamdulillah bisa dipublish di jurnal internasional seperti ceritaku dalam tulisan sebelumnya. Pembimbing lapanganku seorang profesor dari Bandung bilang, paperku ini sederhana banget, ‚hanya’deskriptif, tapi ternyata kalau dianalisa dan ditulis secara bagus, bisa lho tembus jurnal internasional. Tentu saja ini bukan berarti menunjukkan bahwa aku pintar menulis, sama sekali bukan, wong ini adalah pengalaman pertamaku je. Kalau boleh kubilang paper yang berhasil di publish ini adalah gabungan dari sebuah kerja keras, keberuntungan dan takdir. Yang layak disebut jagoan sebenarnya adalah salah satu co-authorsku di Bordeaux sana, yang dengan sabar dan telaten masih mau mengoreksi dan membalas email-emailku padahal aku sudah lulus dan tidak lagi menjadi mahasiswanya.
Continue reading “Link Paperku”

Klarifikasi tentang Salah Persepsi Akibat Tulisan ‘Malik dan dokter Belanda (Dimana salahnya)’ dan juga buku ‘Smart Patient’

Sebetulnya sudah sejak lama saya sering mendapatkan kiriman pesan baik langsung maupun tidak langsung, baik positif atau negative, akibat cuplikan bagian I buku ‘smart patient’ (yang tentang cerita malik dan dokter Belanda berjudul ‘Dimana Salahnya’) tersebar di dunia maya tanpa bisa saya kontrol. Akibatnya selain laporan tentang dampak positifnya, timbul juga beberapa persepsi dari pembaca seperti: jadi anti antibiotic dan anti obat kimia. Saya pun menerima masukan bahwa pasien menjadikan buku saya sebagai pegangan untuk tidak percaya pada dokter, dll.
Continue reading “Klarifikasi tentang Salah Persepsi Akibat Tulisan ‘Malik dan dokter Belanda (Dimana salahnya)’ dan juga buku ‘Smart Patient’”