‘Jangan sepelekan hal-hal kecil, karena kadang malah dari sesuatu yang simple itulah tersimpan sebuah kekuatan besar.‘‘ Quote tersebut betul-betul menggambarkan hasil paper pertamaku yang alhamdulillah bisa dipublish di jurnal internasional seperti ceritaku dalam tulisan sebelumnya. Pembimbing lapanganku seorang profesor dari Bandung bilang, paperku ini sederhana banget, ‚hanya’deskriptif, tapi ternyata kalau dianalisa dan ditulis secara bagus, bisa lho tembus jurnal internasional. Tentu saja ini bukan berarti menunjukkan bahwa aku pintar menulis, sama sekali bukan, wong ini adalah pengalaman pertamaku je. Kalau boleh kubilang paper yang berhasil di publish ini adalah gabungan dari sebuah kerja keras, keberuntungan dan takdir. Yang layak disebut jagoan sebenarnya adalah salah satu co-authorsku di Bordeaux sana, yang dengan sabar dan telaten masih mau mengoreksi dan membalas email-emailku padahal aku sudah lulus dan tidak lagi menjadi mahasiswanya.
Kembali ke soal sederhana, setelah mendapatkan lagi pelajaran metodologi penelitian lebih mendalam dari sekolahku yang sekarang, aku semakin merasa bahwa penelitian dan paperku itu betul-betul super sederhana. Penelitian deskriptif semacam itu malah kata dosenku hanya boleh untuk mahasiswa S1. Kalau untuk mahasiswa kedokteran S2 penelitiannya harus yang model analitik dan lebih njelimet katanya. Aku sadar bahwa penelitian qualitatif memang sangat berbeda dengan quantitatif, sebetulnya masing-masing punya kekuatan dan bukan berarti deskriptif tidak penting. Tapi memang harus diakui bahwa penelitian analitik itu ya lebih memusingkan hitung-hitungannya dan aku masih belum mudeng soal statistik dan penelitian-penelitian observasional analitik. Karena itulah sekarang aku cukup bersemangat belajar lagi metodologi penelitian dan statistik dalam semester pertama sekolahku sekarang. Aku punya cita-cita, penelitianku yang berikutnya haruslah yang observasional analytik dan kalau bisa, mudah-mudahan bisa dipublish juga, amiin… *Mimpi ga habis-habis*
So, inilah dia paper hasil penelitian super sederhanaku, yang kata Prof pembimbing lapanganku, bakal beliau jadikan contoh untuk mahasiswa-mahasiswa masternya untuk membuktikan bahwa jangan sepelekan hal-hal simple. Meski simple asal dikemas dengan baik, ‚jualannya bisa laku koq, gitu kira-kira. Ssstt… BTW, ini cerita super norak, percaya atau enggak, waktu pertama kali melihat namaku ada di Pubmed itu, hatiku langsung mak dek mak ‘seeer gimanaa gitu, rasa nano-nano yang entah kenapa koq tiba-tiba muncul. Sebagai manusia normal, ya normal lah ya punya perasaan kaya gitu, dulu kan rasanya ngeliat jurnal-jurnal di pubmed dan melihat penulis-penulisnya rasanya kaya memandang langit, lah koq aku bisa ikut ada disana, kan jadinya ya wes ga karu-karuan lah pokoknya noraknya hehe.
Ini dia linknya, semoga bermanfaat: paperku
Vaccine. 2013 Jan 11. pii: S0264-410X(13)00008-X. doi: 10.1016/j.vaccine.2013.01.007. [Epub ahead of print]
A qualitative study on knowledge, perceptions, and attitudes of mothers and health care providers toward pneumococcal conjugate vaccine in Bandung, West Java, Indonesia.
Harjaningrum AT, Kartasasmita C, Orne-Gliemann J, Jutand MA, Goujon N, Koeck JL.
Source
Univ. Bordeaux, ISPED, Centre Inserm U897 – Epidemiologie-Biostatistique, F-33000 Bordeaux, France. Electronic address: bundaagnes@gmail.com.
Abstract
Due to the high burden of pneumonia in Indonesia, the inclusion of pneumococcal conjugate vaccine (PCV) into Indonesia’s National Immunization Program (NIP) is recommended by World Health Organization. Prior to the introduction of new vaccines, it is imperative to assess the perceptions of the public and medical community about the disease and the vaccine. The purpose of this qualitative study was to explore the knowledge, perceptions, and attitudes of mothers and health care providers (HCPs) toward PCV in Bandung, West Java, Indonesia.
METHODOLOGY:
Fifty-five respondents (26 mothers and 29 HCPs) were interviewed at public and private health care facilities in Bandung using semi-structured interviews in May-June 2011. Data were analyzed manually according to pre-defined themes.
RESULTS:
Although most mothers had low knowledge about PCV, did not perceive themselves as susceptible to the disease, perceived that cost was the main barrier to PCV access, and obtained little information on PCV, they considered pneumonia as a severe disease and a priority health problem, perceived benefits of the vaccine, and were likely to adopt it. Similarly, knowledge about PCV among most HCPs was limited. Despite perceiving cost as the main barrier, most HCPs perceived benefits of the vaccine, susceptibility and severity of the disease, regarded pneumonia as a priority health problem, and were likely to suggest the new vaccination.
DISCUSSION/CONCLUSIONS:
Despite the poor knowledge of mothers and HCPs about PCV, they are aware of the high burden of pneumonia and the need for a vaccine in the NIP. Perceived severity and benefits among mothers, and, additionally, perceived susceptibility among HCPs were manifested in the willingness to accept PCV. The findings would contribute to better understanding the factors, which could support decision-making about vaccine introduction, and be utilized for developing suitable messages for mothers and HCPs.