Liputan dari annida online tentang smart patient, 2 Februari 2011, kelupaan ga disimpen buat arsip. Tapi ada bagian yang salah interpretasi pas bagian ‘user fees’, kalimatnya agak jaka sembung sebetulnya.
Buku Ke-Tiga Agnes Tri Harjaningrum
Belajar Jadi Pasien Cerdas
Annida-Online– Untuk jadi dokter cerdas, sudah banyak banget sekolahnya. Tapi untuk jadi pasien cerdas, harus sekolah di mana, ya? Penulis sekaligus dokter ini punya jawabannya!
Agnes Tri Harjaningrum namanya. Di bulan Februari ini, buku ke-tiganya akan segera beredar di toko buku-toko buku di seluruh Indonesia. Judulnya Smart Patient. Buku yang mengupas tentang kesehatan anak, ini dijamin beda dari buku-buku kesehatan pada umumnya. Karena penulis yang berprofesi sebagai dokter, ini memang sengaja menulis buku kesehatan dengan bahasa masyarakat awam.
“Yang saya rasakan, kebanyakan buku-buku kesehatan ditulis dengan gaya yang kaku dan tidak friendly. Sulit dicerna oleh pembaca. Jadi saya ingin mencoba menulis buku dengan topik yang cukup berat tapi dengan bahasa dan gaya lebih ringan supaya lebih kena ke pembaca. Saya tidak tahu apakah keinginan saya ini berhasil tertuang dengan baik di buku ini, tapi mudah-mudahan itulah yang dirasakan pembaca,” ujar penulis yang kini tengah menyelesaikan studi Master of International Health di Berlin dan Bordeaux ini.
Sebagai seorang dokter, ia ingin membagi ilmunya kepada ibu-ibu Indonesia yang sudah semakin terpapar dengan internet, untuk lebih bijak dan rasional ketika menghadapi anak-anaknya yang sedang sakit. Beberapa tahun ikut suami tinggal di Belanda turut menginspirasinya untuk membuat buku ini.
“Maksud pembuatan buku ini bukan untuk pro pasien atau pro dokter, tapi justru ingin supaya dokter dan pasien bisa bergandengan tangan bersama menjadi partner untuk kepentingan semua pihak. Untuk inspirasinya didapat juga salah satunya ketika saya tinggal di Belanda. Berbeda dengan di Indonesia yang sistem pembiayaan kesehatan utamanya adalah “user fees”, di Belanda sistem kesehatannya justru rasional. Dokter cenderung pelit obat, tapi ya memang mestinya begitu, karena obat selain bermanfaat juga punya efek samping, jadi kita harus hati-hati sebelum mengkonsumsinya,” beber Agnes.
Walaupun sebelumnya sudah pernah menulis dua buku, di buku ke-tiga ini Agnes justru mengalami kesulitan yang menyebabkan harus menunda perampungannya hingga tiga tahun!
“Awal nulis 2007, berhubung ini tema yang cukup sensitif, salah-salah tulis bisa “dimusuhin” teman sejawat. Akhirnya setelah merampungkan sebagian, saya putuskan untuk berhenti menulisnya.Lalu di tahun 2009, saya ketemu mbak Dee, CEO Lingkar Pena Publishing House dan menceritakannya. Beliau tertarik dan meminta saya untuk mengirimkannya. Alhamdulillah setelah dapat pengumuman beasiswa di bulan juli, keterima dan tahu bahwa saya akan mulai sekolah di awal september 2010, saya seperti dapat tenaga ekstra. Akhirnya saya selesaikan sisanya dalam waktu 1 bulan,” tuturnya lagi.
Beragam fakta mengejutkan seputar kesehatan dan kedokteran, dipaparkan dengan jernih dan tidak berat sebelah di dalam buku ini. Penulis ingin mengajak kita mengetahui bagaimana menggunakan obat secara rasional, tidak bersikap panik saat jatuh sakit atau berurusan dengan rumah sakit, bersikap kritis terhadap informasi medis yang banyak beredar, plus aneka tips bermanfaat seputar panduan menjadi pasien cerdas.
Jadi makin percaya deh, jadi pasien emang kudu cerdas, ya? Yang masih belum percaya, tunggu saja bukunya, ya! [nurjanah]