Memahami otak remaja dan apa yang bisa dilakukan dengannya

Otak manusia membutuhkan waktu 25 tahun untuk berkembang sempurna. Dan meski di saat balita anak mengalami perkembangan otak yang cepat juga, tapi di saat remaja inilah otak mengalami ledakan perkembangan yang sangat dahsyat. Ledakan perkembangan otak remaja umumnya mulai di usia 13 tahun dan selesai sempurna di usia 25 tahun. Itu sebabnya anak remaja kelakuannya menjadi unpredictable dan senang melakukan tindakan-tindakan yang beresiko tinggi. Dalam ledakan perkembangan itu otak remaja mengalami pemangkasan sambungan sel sel otak yang tidak perlu, namun juga mengalami penguatan sambungan sel-sel otak yang sering dipakai. Proses kematangan otak ini berlangsung dari bagian belakang otak ke arah depan, berturut-turut mulai dari cerebellum (otak kecil) tempat koordinasi fisik, amygdala tempat pengontrol emosi, nucleus acumbens tempat pengontrol motivasi, dan bagian terdepan yaitu daerah prefrontal cortex , area ‘judgment’, yang mengontrol reasoning and impulses. Area prefrontal cortex ini adalah area yang paling matang belakangan yaitu ketika manusia menginjak 25 tahun.

Apa implikasi dari temuan ini? Dengan kondisi otak remaja diatas, yang perlu dipahami dan bisa dilakukan orangtua adalah sebagai berikut:

1. Memahami bahwa ledakan perkembangan otak tersebut lah yang membuat perilaku anak remaja menjadi berubah, yang menonjol terutama adalah perilaku unpredictable dan taking high risk. Kalau diurai lagi variasinya bisa macam-macam tergantung anaknya seperti impulsive, rebellious (jadi suka melawan), style-obsessed (gaya baju yang berubah, contohnya ABG jaman sekarang jadi senang pake model celana melorot), irritable (sensi abees), tidak komunikatif (ngerem melulu di kamar), friend-centered (teman adalah segalanya), risk-taker, dan sleep deprived (tidur telat banget dan bangun siang). Jadi kalau muncul perubahan-perubahan perilaku seperti itu, jangan heran dan dimaklumi saja. Don’t worry itu bukan salah siapa-siapa, bukan karena salah turunan atau salah makan koq, tapi karena memang ‘salah’ otaknya. Perkembangan otaknya memang lagi meledak, dan sudah menjadi hukum alam bahwa kalau ada ledakan tentu ada dampak-dampak negative yang dimunculkan.

2. Sehubungan dengan pemangkasan sambungan sel-sel otak yang tak perlu dan juga penguatan sambungan sel-sel neuron yang sering dipakai, artinya koneksi sel otak yang jarang dipakai akan rontok namun sebaliknya koneksi sel otak yang sering dipakai akan terhubung semakin kuat. Jadi dalam hal ini sangat penting bagi orangtua untuk menyemangati remajanya agar bisa melakukan aktifitas yang sehat. Semakin lama anak remaja meluangkan waktunya untuk mengaji, belajar music atau berolahraga misalnya, semakin kuat pula sambungan sel-sel otak yang diapat. Begitu pula kalau anak remaja seringnya main game, atau nonton TV ya itu pula nanti keahlian si anak. Artinya kalau tidak ingin anak jadi tukang nge-game atau nonton TV melulu, saat-saat remaja inilah masa golden age untuk melatih otak mereka agar bisa melakukan kegiatan bermanfaat yang sesuai dengan kesukaan mereka. Kenapa sangat penting? Karena dampaknya akan menempel seumur hidup. Artinya lagi, masa golden age otak itu bukan masa balita seperti yang dulu sering digembar-gemborkan ya, sehingga anak balita sudah dipaksa untuk les ini itu dan dijejelin segala macam. Memang betul ada juga masa golden age saat bayi terutama untuk penglihatan dan bahasa, namun masa terbaik untuk menstimulasi perkembangan otaknya secara umum adalah masa remaja ini. Maka, jangan sampai disia-siakan, semangati anak untuk ikut kegiatan-kegiatan positif yang beresiko tinggi sekalipun seperti olahraga balapan atau apapun asal positif dan disukainya.

3. Bukan hanya dampak negative yang muncul dari perkembangan otak remaja, otak dan tubuhnya penuh energy dan idealism meskipun kadang tidak selalu terlihat. Jangan dilawan tapi arahkan. Arahkan untuk mengambil kegiatan beresiko yang sehat. Dari sini otak bagian depan mereka malah akan berkembang dan mendapatkan life skills yang bermanfaat dalam prosesnya. Bantu juga si anak untuk membuat perubahan. Kebanyakan anak remaja punya antusiasme yang tinggi namun ide-ide mereka kurang spesifik. Brainstorming bisa membantu untuk menemukan kegiatan bermanfaat apa yang mereka mau. Beberapa pertanyaan berikut bisa dimulai untuk membantu mereka berpikir:
– Jika kamu punya waktu setahun untuk merubah dunia, apa yang akan kamu lakukan? Gimana kalau kamu Cuma punya waktu seminggu atau sehari?
– Kalau kamu punya uang 1 juta dolar untuk disumbangkan, siapa yang akan kamu kasih uang itu dan mengapa?
– Apa yang kamu rasa bisa membuat lingkungan kita atau negara kita menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup?

Lalu mereka bisa diajak untuk melakukan aktifitas berikut yang dekat rumah: membacakan buku untuk yang buta, mengajari komputer para orangtua, dll

Link-link berikut juga bisa dijadikan ide:
www.dosomething.org
teenink.com/Community
www.bygpub.com/books/tg2rw/volunteer.htm
www.globalroutes.org
www.rootsandshoots.org/campaigns
www.whatkidscando.org

4. Yang perlu sekali dilakukan orangtua untuk membantu perkembangan otak remaja adalah beberapa hal berikut, pertama tahu bagaimana berkomunikasi dengan remaja. Berkomunikasi dengan remaja ada caranya yang bisa dipelajari, contohnya dari sumber tulisan ini dibahas dengan sangat baik bagaimana sebaiknya berkomunikasi dengan remaja. Membicarakan topic ini bahkan bisa sangat panjang dan menjadi tulisan tersendiri. Selain komunikasi perlu juga membuat batasan atau aturan bersama dengan remaja, beri mereka batasan tapi juga beri kebebasan. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang bisa menetapkan aturan yang jelas dan konsisten, tapi juga memberi mereka kebebasan akan memberikan dampak yang baik bagi si remaja di kemudian hari. Remaja yang diperlakukan orangtuanya demikian akan memiliki nilai yang tinggi dalam pelajaran, lebih matang, positif, punya keahlian dalam social situations, serta akan lebih jarang terjerumus dalam masalah narkoba dan alcohol. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu staying involved, selalu terlibat dalam urusan anak remaja. Mungkin si anak akan mengeluh merasa orangtuanya terlalu ikut campur, tapi katakana pada mereka bahwa ini demi kepentingan mereka. Jadi sebisa mungkin kita harus tahu dengan siapa mereka berteman, pergi dengan siapa, apa yang mereka lakukan sepulang sekolah, harus ada waktu untuk bertatap muka dengan mereka missal di meja makan, di mobil dll, tanyakan tentang harinya dan lakukan pula cara-cara lain untuk tetap terlibat dengan kegiatan kesehariannya.

Begitu kira-kira resume singkat tentang otak remaja ini. Tentu masih banyak hal-hal detil yang perlu dipelajari karena teorinya banyak dan tidak akan semudah prakteknya. Yang pasti setiap anak tidak sama tentunya, masing-masing orangtua harus trial error sendiri. Namun dengan memahami secara umum bagaimana otak mereka bekerja dan apa yang kita bisa lakukan untuk membantu mereka, semoga baik orangtuanya dan anaknya bisa melewati masa-masa yang seperti naik ‘roaller coaster’ ini dengan baik.

*Disarikan dari http://teenbrain.drugfree.org/index.html biar ga lupa buat bahan pelajaran naik ‘roaller coaster’ :D*