Salju, Inspirasi Sebuah Keromantisan

ILU-salju.jpg

Salju memang cantik. Apalagi salju yang tebal. Ketika mata memandang, gumpalannya yang menutupi seluruh jalan dan atap-atap rumah, membuat bibir ini mau tak mau harus bergumam “Subhanallah, indah sekali” Seperti hamparan permadani putih yang menawan. Ya, dia memang cantik ketika tebal. Tapi saat sudah mencair, hiii… jadi jijay bajay deh. Sekalipun begitu, bagiku dia tetap saja menawan. Karena ternyata, dia juga menjadi inspirasi bagi sebuah keromantisan. Keromantisan yang membuat cintaku bersemi lagi dan lagi…

Aku heran, pagi itu suamiku tiba-tiba lari tergopoh-gopoh keluar rumah. Tanpa ba bi bu, tanpa berkata sesuatu. Tak lama, dia pun sudah muncul kembali, sambil berlari dan langsung menuju jendela kamar . “Ma…sini ma… liat sini ma…” Aku yang sedang membersihkan apel di ruang makan cuma menjawab “Iya yah, bentar ya, ini lagi nyuci apel dulu” Hmm penasaran juga nih, si ayah kenapa sih rusuh begitu. Ketika aku menghampirinya ke jendela, disuruhnya aku melihat ke bawah. Wow…aku surprise deh melihatnya “Mmmm…ayah! Ya Allah yah…ayah tadi lari-lari ke bawah tuh mau bikin itu?” kataku takjub sambil sedikit geli. “Hi…hi…hi… ayah…ayah… tapi aku seneng deh, makasih ya ayah…”

Aku menatap lagi ke bawah jendela. Di hamparan salju putih itu, tergores sebuah kalimat singkat “I LOVE U”. Hiks… ayah… dia memang selalu begitu…always make me melt… “Tapi… tadi nggak begitu ma, tadi lebih bagus, kalo itu kan tulisannya ternoda sama goresan ban” kata ayah menjelaskan. Ooo iya ya ada goresan bannya. Sebelumnya memang gimana? Ah, untung ayah sempat membuat fotonya sebelum tulisan itu dilindas jejak ban mobil. Jadi aku masih bisa melihat versi aslinya.

ILU-salju2.jpg

“Sebetulnya, tadi ayah mau tambahin nama mama, tapi terus ngeliat si kakek sama nenek depan rumah udah nyalain lampu mobil. Oh..no! Gawat ! bisa berantakan rencana ayah. Langsung deh ayah naik ke atas, terus ambil foto biar mama bisa liat. Kalo enggak, kan keburu dilindes sama ban mobil. Yaaaa… bisa gagal semua deh” Hi hi hi ayah menceritakan aksi yang telah dilakukannya tadi sambil tersenyum-senyum. Aku jadi ketawa-ketawa mendengar cerita ayah.

Sungguh… walaupun tampaknya sederhana, cuma sekedar tulisan diatas hamparan salju, tapi semua itu tak akan tergantikan dengan emas, permata maupun diamond beribu-ribu karat. Harta, karier, dan gemerlapnya dunia memang penting, namun aku lebih membutuhkan cinta. Dan, dia telah memberikannya, selalu dan selalu… semoga tetap akan begitu… Hiks… “Makasih ayah…buat semua cinta yang telah ayah berikan buatku…”