Ketika usia bertambah satu, ada kesedihan disana, tapi juga diselingi tawa. Sedih karena merasa semakin tua, kalah bersaing dengan anak-anak muda. Tapi tak lupa tertawa karena semakin tua, pikiran dan hati pun kian dewasa. Mestinya begitu, tapi entah pada usia keberapa. Karena tak jarang pula, di usianya yang sudah berkepala lima, enam atau 7, hati dan pikiran manusia tetap seperti balita.
Ketika usia bertambah satu, ada makna yang hadir disana. Betapa selama puluhan tahun mengarungi samudra, Tuhan begitu sayang padanya. DiberiNya ia segala. Kecantikan, ketampanan, kecerdasan, karir yang menjulang, pasangan yang ideal, serta anak-anak yang lucu dan menawan. Namun sayang seribu sayang tak sedikit pula manusia yang tetap saja alpa. Lupa mensyukuri semuanya. Tetap saja kurang, tetap saja bimbang.Ketika usia bertambah satu, mestinya ada pelajaran berharga disana. Saat ujian menghadang, kala hinaan dan cemoohan menyerang, akankah ia tetap tegar? Sewaktu iri dan dengki menyelusup ke relung hati, apakah ia tergerogoti? Saat manusia-manusia lain menariknya kesana kemari, tetapkah ia diam? Bisakah ia tak bergeming, tetap menuju shirotol mustaqim? Sesungguhnya, dikala manusia hanya menanam dan menanam, tanpa ingin dipuji, tanpa takut dimaki, ketika itulah jalan lurus menyertai. Sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untukMu ya Rhobbi… Ketika itulah usia pikiran dan hati betul-betul bertambah lagi.
Comments are closed.