Si Jempol Korban Pisau

Aik-jempoldarah.jpg

Pisau memang tajam dan berbahaya bagi si kecil. Tapi ketimbang melarangnya sama sekali mengenal benda itu, lebih baik kita ajarkan cara memakainya dengan benar kan. Kalau tidak, suatu saat pasti mereka penasaran, dan tetap saja mencoba-coba sendiri. Wah lebih bahaya lagi akibatnya. Karena itulah, aku membiarkan anak-anakku belajar memakai pisau, sejak mereka mulai memintanya.

“Aik mau motong wortel bun” kata Aik yakin.

“Oke ik, tapi Aik harus hati-hati ya. Bagian mana yang nggak boleh Aik pegang?”

“Yang ini!” jawab Aik sambil menunjuk bagian pisau yang tajam.

“Kenapa Aik nggak boleh pegang bagian ini?”

“Karena… nanti Aik bisa mati” jawab Aik lagi dengan pe-de nya

“He he, kalo yang tajem ini kena tangan Aik, bisa luka dan berdarah Ik, bahaya ya. Jadi Aik pegang gagangnya aja ya”

“Iya!” katanya sambil lansung memotong wortel satu persatu

Aik-motongwortel.jpg

“Wah, Aik hebat ya udah pinter motong wortel, bunda mau ke kamar dulu sebentar, Aik hati-hati ya” Lalu aku meninggalkan Aik memotong wortel sendirian, karena Aik memang sudah beberapa kali memotong sayur sendiri. Ternyata…jreng…jreng…

“Aik berdarah sedikit bun…” sahut Aik tiba-tiba. Tapi suaranya begitu tenang, wajahnya pun tidak meringis kesakitan. Waktu aku melihatnya, O…O…kejadian deh… Jempol Aik tergores pisau dan berdarah! “Wah, berdarah ya Ik, Aik hebat ya berdarah sedikit nggak nangis. Dikasih obat ya Ik. Motong wortel nya udahan aja ya…” aku berusaha untuk tidak heboh, padahal hatiku agak kebat-kebit juga melihat lukanya. Ternyata, Aik melihat perubahan ekspresi wajahku yang mungkin tampak agak panik. Anak-anak memang pintar baca bahasa tubuh ya :-). Jadi, wajah Aik langsung merengut sambil bilang ” Aik, masih mau motong wortel…, bunda kesana! Bunda nggak boleh liat Aik” katanya galak.

Wuadoh bingung, ini anak, jempolnya sudah berdarah-darah begitu, masih keukeuh mau melanjutkan acara motong wortel. “Mmm tapi tangan Aik berdarah Ik, udahan aja ya motongnya” pintaku.

“Enggak! Aik mau bunda kekamar!” lanjut Aik galak. Wajahnya pun mulai nyureng seperti biasa.

Ya sudah, akhirnya aku melanjutkan cek-cek email di kamarku. Eh… ternyata koq malah ada yang marah besar.

“Bunda! Aik bilang… bunda kesana. Ke kamar ayah, bukan di kamar sini!” kata Aik mencak-mencak.

“Oh, bunda disuruh ke kamar ayah to…” aku bingung juga, apa maunya ini anak ya. Aku pikir, Aik tak mau dilihat waktu memotong wortel, makanya aku disuruh pergi. Ya, kesempatan deh buat melototin komputer lagi di kamar kerja ayah hehe, dasar bunda, ijo nih matanya kalo liat kompi hehe. Ternyata lagi… wah ada yang marah lebih besar lagi!

“Hua…bunda…kenapa bunda ngetik… hua… Aik marah sama bunda. Kenapa bunda nggak ambil kassa huaa…”

Ha ha ha… aku kaget campur geli waktu tiba-tiba Aik masuk kamar ayah dan menangis sambil mencak-mencak. “Oh…jadi maksud Aik, bunda suruh masuk kamar ayah tuh suruh ngambil kassa ya. Buat jempolnya Aik yang berdarah?”

“Hu hu..hu… iya… iya..bun…”

Hi hi…Aik…Aik… ada-ada saja. Entah kenapa dia menyuruhku mengambil kassa dengan cara muter-muter begitu. Mungkin dia merasa bersalah karena tangannya berdarah. Atau mungkin juga dia tak mau melihat aku panik. Aik kan memang penuh perhatian sama bunda hehe. Entahlah, aku masih tak tahu apa penyebab Aik muter-muter begitu, yang jelas, dia memang tahu betul bahwa tempat kassa ada di kamar kerja ayah. Akhirnya lukanya aku beri obat dan aku tutup pakai kassa. Ini memang ritual wajib bagi Aik kalau tangannya berdarah, selalu harus dibungkus kassa. Lha koq akunya ini yang malah nggak ngeh :-), jadi lah Aik marah besar tadi :-) Setelah itu, karena khawatir Aik trauma memakai pisau, aku ajak dia ngobrol lagi setelah tangisnya reda.

Aik-kassa.jpg

“Jempol Aik masih sakit Ik?”

“Enggak bun, tadi Aik nangis karena marah sama bunda, karena bunda nggak ambilin kassa”

“Oh iya ya, bundanya nggak ngerti ya,jadi Aiknya marah deh. Trus laen kali Aik masih mau motong wortel lagi nggak?”

“Mau bun, tapi harus sama bunda, Aik nggak mau kalo nggak sama bunda, Aik nggak mau sendirian…”

Hmm alhamdulillah, ternyata Aik tidak trauma. Walaupun acara belajar menggunakan pisau ini memakan korban jempol Aik, tapi mudah-mudahan dari situ dia jadi belajar banyak hal.

2 Replies to “Si Jempol Korban Pisau”

  1. hihihihi..aik ada ada aja deh :)..bener nes..biar aik belajar memperlakukan hal2 yang berbahaya dengan hati hati :)..learning by doing ya nak ;)

Comments are closed.