Menjadi Seputih Melati

Ramadhan lagi…
Ramadhan ketiga di negeri ini…
Begitu banyak duri yang Kau beri…
Wahai Ilahi Robbi…
Namun semua tak berarti…
Saat kulihat pesan yang tersembunyi…

Duh Gusti…
Rasanya begitu hina diri ini…
Tapi ternyata janjiMu tak salah lagi…
Kau begitu dekat, sedekat urat nadi
Sungguh nikmat, nikmat sekali
Saat cintaMu mengaliri diri

Jangan…jangan biarkan hanya hari ini…
Sungguh, aku ingin lebih lama lagi…
Meski kulihat gemerlap dunia menghampiri
Bertubi-tubi, bahkan mungkin hingga kumati..
Tapi sungguh Gusti…
KeindahanMu tak tertandingi

Ramadhan lagi
Saatnya aku menempa diri
Entah, aku tak mengerti
Setiap ia datang lagi
Aku seperti berada di puncak gunung tertinggi
Dan ketika ia pergi, aku harus turun dan mendaki lagi

Rhobbi, bantu aku menjadi seputih melati
Agar terang selalu menyinari
Bukan, bukan untuk berbangga hati
Karena kutahu aku hanya melakoni
Sesungguhnya, hidupku tak punya arti
Karena Engkaulah penguasa diri

Seputih melati, itulah cita-citaku tertinggi
Agar ketika kembali
Engkau yang Maha Suci
Menerimaku di tempat tertinggi
Mungkinkah itu terjadi?
Semoga aku tak hanya bermimpi

Awal Ramadhan
23 September 2006
Ketika aku ‘Mabuk’ lagi

5 Replies to “Menjadi Seputih Melati”

  1. Mbak Agnes,

    Walaupun kami penganut nasrani , kami sekeluarga ingin mengucapkan ke Mbak Agnes, suami dan anak-anak “selamat menjalan ibadah puasa “, semoga Mbak sekeluarga di beri kekuatan lahir dan batin oleh Tuhan YME dan juga amal ibadah mbak Agnes ( sekeluarga ) di terima oleh-Nya….Amien.

    Susie

  2. Ita dear,

    Sami-sami nya…maaf lahir batin juga, bisi pernah nggak sengaja bikin ita tersinggung. Mudah-mudahan ramadhan ini lebih baik dari sebelumnya…

    luv
    agnes

  3. Mbak Susie dear,

    Duuh terharu, kadang-kadang agama mengkotak-kotakkan kita ya mbak, padahal sebetulnya di hati ada cinta cie :-) Seneng dpt ucapan dari mbak susie, biar dunia tahu bahwa perbedaan itu indah. Makasih banyak ya mbak :-)

    luv
    agnes

Comments are closed.