Nikmat mana lagi yang Kudustakan

Semalam, ada yang sesak dalam dadaku, ketika kupeluk semua cintaku. Aku begitu terharu. Nikmat mana lagi yang kudustakan? Sepulang dari sekolah malam hari, (karena aku dan suamiku harus bertemu dengan gurunya anak-anak), mereka tetap menagih acara ‘pesta’ untukku. What a surprise! Belum pernah ada pesta ulang tahun untukku selama ini. Mungkin karena dulu anak-anak masih kecil. Tapi sekarang mereka beranjak besar. Dari beberapa hari lalu, aku memang mendengar mereka kasak-kusuk dengan ayahnya, untuk merencanakan acara spesial buatku. Hmm…aku tak menyangka, ternyata mereka serius!.

Balon-balon dipasang di tangga menuju lantai dua rumahku. Di kamar Malik dan Lala, balon warna-warni itu juga bergantugan di lemari dan tempat tidur.
“Sekarang bunda harus pecahin balonnya!” kata mereka.
“Oh oke…waah apa ya isinya.”

Satu persatu aku pecahkan balon itu dengan jeritan kagetku dan anak-anakku. Hmm..seru ya, kataku. Lalu ternyata di dalam balon itu ada isinya! “Ambil kertasnya Bun. Nanti bunda harus kumpulin, dan bikin puzzle. Disitu nanti bunda tau hadiahnya.” Kata Lala dan Malik menjelaskan. “Wow, oke deeh…”

Aku pun melanjutkan memecahkan balon satu persatu. Lala dan Malik menjadi asistenku mengambil kertas-kertas yang berjatuhan keluar dari balon. Sementara suamiku? Asyik menjeprat-jepret ekspresiku. “Satu lagi Bun, moeilijk (susah),” kata Lala. Hmm..dimana balon satu lagi. Ooh..rupanya dalam lemari, ketemuu…DOR! Aku pun memecahkan balon terakhir itu.

Oke, sekarang giliran menyusun puzzle. Hmm…susah juga ya. “Oh kado dari ayah disimpen disini ya,” kataku sambil menunjuk potongan kertas yang sudah tersusun rapi. Malik membantuku menyusunnya. “Dari Aik..ooh bunda tau..di lemari kamar aik ya..” Aik pun menggangguk. Wah dari mba Lala yang paling susah, karena ada pertanyaan tambah-tambahannya segala.

Akhirnya semua petunjuk sudah jelas. Aku mencari kado-kado itu. “Dari ayah disini! Kataku berlari ke dapur. Hmm bunda udah tau..tadi siang bunda ga sengaja liat ini,” kataku nyengir. Dua bungkus kacang almond kesukaanku ada di tanganku sekarang,”Makasih ya ayah..”kucium pipi ayah.

“Dari Aik” hmm..wah panda dari kertas dan game kaya monopoli bikinan aik sendiri! Aik hebat, creatif, kapan aik bikinnya, koq bunda ga liat?”
“Waktu ada Michella temen mba lala datang kesini. Gini cara mainnya Bun,” Aik mencoba menjelaskan. Ada kotak dari karton untuk meletakkan coin-coin kertas bikinannya dan juga 4 orang lakon-lakonnya. Lalu ada selembar kertas penuh garis-garis dan lingkaran di tengah untuk papan mainanya. “Ini aik yang mikir sendiri permainannya?” Aik ngangguk, “Wah Aik kreatif, besok ya kita mainnya pas family time,” kataku.

Dan dari mbak Lala,”Waah kupu-kupu dari stick es krim dan lukisan love di atas kertas gabus.Bagus banget mba..makasih yaa..” Kemudian kacang almond hadiah dari ayah dijadikan taart, dan bekas balon-balon yang belum pecah dijadikan lilin. Mereka pun bernyanyi untukku,”Hip pe depip Hoeraa! Tiup Bun!” Aku pun meniup balon itu,”gefeliciteerd (selamat)…Bunda..” Dan mereka semua lalu memelukku. Kami berpelukan bersama. Hiks…dadaku sesak rasanya..Nikmat mana lagi yang kudustakan?

“Sekarang semua bilang sesuatu buat Bunda dong. Apa yang mba lala dan aik ga suka dari bunda, apa komentar tentang bunda dan apa yang diinginkan dari bunda.”

Bunda is heel lief (bunda baiik banget, ehm), tapi bunda kalo Aik vervelend (menyebalkan) bunda ga usah marah. Dan kalo bunda ga bisa kitik-kitik Aik, Bunda ambil aja boneka pandanya Aik, kasih ke Aik, nanti Aik jadi ga vervelend lagi.”

“Oh gitu ya mba, waah oplosing (solusi) yang bagus sekali.” Rupanya lala tau, aku kadang kesal sama Malik kalau Malik sedang menyebalkan. Sebetulnya ayah bilang, ga usah marahin Aik, langsung aja Aik dikitik-kitik. Tapi kan kalau bunda lagi marah bunda ga bisa kitik-kitik Aik. Jadi mba lala kasih solusi, kasih aja panda ke Aik, mudah-mudahan Aik ga vervelend lagi, begitu loh maksud mba lala. Hehe duuh anak bunda dah besar, pinter deh kasih solusi.

“Oke deh Mba,”Bunda lalu membuat kesepakatan sama Aik, kalau Aik vervelend, bunda akan kasih panda ke Aik.”Ada lagi ga mbak?”
“Bunda suka bilang bunda udah tua. Bunda ga boleh bilang gitu. Bunda belum tua, bunda itu tua kalo bunda udah 40 tahun.”
“Hehehe..oke deh Mba..Bunda nyengir.”Ada lagi mbak?”
“Bunda, sebetulnya bunda harus ganti seprei di kamar bunda, yang kotak-kotak itu ga mecing. Harusnya yang ungu Bun.?”
“Hehehe oke deh Mba, bunda emang belum sempet aja ganti seprei. Makasih ya Sayang.” Aku pun mencium putriku itu.

Sekarang giliran Malik.”Ik vind dat bunda heel lief. Ik wensen dat bunda?.bla..bla bla?(Aik ngomong pake bahasa belanda cepeeet banget, bunda ga ngerti hiks.”
“Pake bahasa Indonesia dong Ik.”
“Aik mau bunda panjang umur dan gelukt (bahagia) dan aik ga mau ada derde oorlog (perang dunia ketiga). Aik mau bunda hidup terus sampe aik besar dan besar,” gitu deh kira-kira. Duh pokoknya kadang aku sering tidak bisa menangkap apa yang malik ucapkan.

“Yang Aik pengen bunda berubah apa Ik?”
“Supaya bunda ga vervelend lagi. Hmm..Aik udah sering bilang gitu. Bunda udah tau.” Katanya nyengir. Bunda? Ikut nyengir dong hehe.

Sekarang ayah! “Bunda itu semangatnya besaar sekali. Ayah seneng deh sama semangatnya bunda. Semangat mau sekolah, semangat belajar bahasa Inggris, semangat mau nulis buku. Tapi..”
“O..o..dia datang juga,” kata lala pake bahasa belanda, lucu deh hehe. Tapi aku lupa bahasa belandanya apa. Intinya lala mau bilang..O..o..bagian jeleknya dateng neh…siap-siap ooi! “Tapi bunda juga gampang putus asa. Tapi sekarang engga lagi koq, bunda udah jauuh berubah. Bunda juga udah jarang banget marah dan kesel, termasuk kalau mau mens. Pokoknya I love u bunda,” kata ayah..

Hiks..hiks..dadaku sesak lagi. “Makasih ya mba Lala, Aik dan Ayah. Bunda terharuuuu… Berpelukaaan! Kami pun berpelukan kayak teletubbies hehe.

Saat mengantarkan anak-anak tidur, dalam ucapan terimakasihnya, Aik bilang,”Terimakasih karena tadi festje (party) bunda.” Dan Lala bilang,”Terimakasih karena tadi bunda ulang tahun. Dan Bunda? “Terimakasih ya Allah..karena bunda dikasih anak-anak yang sholeh, pinter, kasih kado buat bunda dan bikin acara buat bunda.”

Hmm…nikmat mana lagi yang aku dustakan? Terimakasih Allah untuk semua kebahagiaan ini. Sesudah kesulitan ada kemudahan, janjiMu memang selalu benar. Meski jalan di depanku masih tampak terjal, tapi begitulah sejatinya hidup bukan? Hidup tak pernah lekang dari masalah. Bahagia dan derita, seperti siang dan malam, yang akan selalu datang bergantian. Jika saat bahagia dan duka bisa kita jalani dengan sama mesranya, baru lah kita bisa menjadi manusia yang sesungguhnya, begitu kan kata orang bijak. Manusia yang bukan hanya memilih menelan suka dalam hidupnya. Manusia yang disaat didera duka pun masih tetap bisa tersenyum dan berkata,”Nikmat mana lagi yang aku dustakan.” Dan aku…ingin menjadi manusia itu. Bimbing aku selalu Tuhan!

Comments are closed.