Ketika Kejujuran Ramai-ramai Digadaikan

Setelah lima tahun tak pulang, tentu aku senang. Meski beberapa keadaan kadang membuatku bimbang. Banyak cerita-cerita yang ingin kutulis sebagai catatan. Tapi baru ini yang sempat tertuang.

Ketika Kejujuran Ramai-ramai Digadaikan

Pernah menyontek? Jujur, aku pernah. Masih tergambar jelas dalam ingatanku, ketika ibu guru matematika SMP ku menghampiri tempat dudukku.”Buka!” Ketusnya. Gemetaran, aku ambil lembar kertas paling atas di depanku. “Buka lagi!” Suaranya makin galak. Aku ikuti perintahnya sambil mengutuki degup jantungku yang bunyinya makin keras. “APA INI?!” Teriaknya. Tubuhku seketika lemas. Mati aku! SRET…SRET…! Ibu guru yang galak itu merobek-robek kertas contekanku. Uuh wajahku mendadak bersemu merah bak kepiting rebus. Ingin rasanya aku berlari sekencang-kencangnya keluar kelas, agar terhindar dari tatapan mata teman-temanku.
Continue reading “Ketika Kejujuran Ramai-ramai Digadaikan”

Bincang-bincang dengan Halla

“Bukan hanya laki-laki dengan perempuan yang boleh menikah Ma. Laki-laki boleh menikah dengan laki-laki dan perempuan juga boleh menikah dengan perempuan. Juf (ibu guru) ku bilang begitu.” Waks! Mendengarnya Haila terhenyak. Rangkaian kalimat itu keluar dari bibir mungil putranya yang berusia 5 tahun.

Haila berkunjung ke rumahku kemarin. Aladin dan Firash putranya adalah teman sekelas Lala dan Malik. Selepas sekolah, pukul 12.00 kami langsung berjalan bersama menuju rumahku. Haila tak bisa naik sepeda,”Ik ben bang (aku takut),” katanya. Karena itu lah, kami berjalan dari sekolah ke rumah. Kami berbicara banyak hal. Lumayan, sekalian memperlancar bahasa Belandaku. Haila tak bisa berbahasa Inggris. Jadi mau tak mau aku harus berbicara selalu dalam bahasa Belanda.
Continue reading “Bincang-bincang dengan Halla”

Kenapa Buka Kerudung?

Perempuan itu cantik, secantik perempuan padang pasir lainnya. Lipstik dan eye shadow berwarna senada menghias wajahnya. Anting-anting besar yang menggelantung ditelinganya, semakin membuat ia terlihat menawan. Ia berasal dari Irak, negara muslim. Namun mengapa rambut coklat bergelombang miliknya ia biarkan tampak? Tak ada penutup kepala disana. Ah itu biasa. Disini, aku sering berjumpa dengan pendatang perempuan asal Iran, Irak, Turki, Maroko yang tak lagi berkerudung. Padahal di negaranya hijab itu selalu mereka pakai. Kenapa ya? Pertanyaan itu sering mampir di kepalaku. Tapi kesempatan untuk berdialog dengan mereka belum kesampaian, hingga hari kemarin.
Continue reading “Kenapa Buka Kerudung?”

Identitas Muslim Part III

Setelah ‘Identitas Muslim Part II’ dapat komentar dari mbak Mamiek, dan dilanjutkan japri, ternyata mbak Mamiek masih cerita lagi tentang pengalamannya di email. Isinya pun menarik. Mbak Mamiek ini tinggal di Arkansas, Amerika Serikat. Jadi, siapa tahu pengalamannya bisa jadi inspirasi buat yang membacanya. Akhirnya setelah minta ijin sama mbak Mamiek, aku pindahkan lah sharingnya mbak Mamiek yang di email kesini. Makasih banyak ya mbak Mamiek, telah ikut menyemarakkan webblogku :-) *waving*
Continue reading “Identitas Muslim Part III”