Transportasi di Groningen

Groningen dikenal sebagai kota sepeda (fietsstad). Sepeda rasanya menjadi barang wajib bagi setiap orang. Selain sehat, bersepeda di Groningen tentu saja mengirit ongkos dan waktu. Tapi tentu saja bersepeda menjadi sangat tidak nyaman saat musim gugur dan musim dingin tiba. Menjelang musim dingin, angin sering bertiup kencang. Tidak heran bila negara ini disebut negara kincir angin, karena angin kencang memang kerap bertiup sepanjang tahun.

Saat angin kencang itu datang dari arah yang berlawanan, kadang aku harus berhenti mengayuh sepeda lantaran tak kuat lagi melawan arusnya. Tapi, saat angin datang searah, laju sepedaku mendadak kencang bagaikan terbang. Keduanya sama-sama bikin kesal. Pernah sepedaku oleng dan nyaris terjatuh saking kencangnya angin yang datang. Belum lagi debu dan kotoran yang sering menampar muka dan memedihkan mata, semua sungguh tak nyaman. Bahkan anakku yang sedang berjalan menuju halte bis pernah melayang jatuh terdorong angin hingga beberapa meter saat angin luar biasa kencang menerpa. Peristiwa itu terjadi di awal Januari, ketika musim dingin baru saja menjelang. Untungnya dia baik-baik saja, hanya luka sedikit di telapak tangannya.

Tapi kalau cuaca bersahabat, bersepeda di kota ini sebenarnya mengasyikkan. Jalur khusus sepeda disediakan khusus bagi pengendara sepeda (fietspad). Jalur berwarna merah kecoklatan ini berada di sebelah kanan jalan, karena memang di Belanda, kendaraan berjalan di jalur sebelah kanan. Sangat berbeda dengan jalur mobil yang beraspal hitam. Uniknya lagi, di beberapa lampu lalu lintas kadang disediakan lampu khusus bagi pengendara sepeda. Tempat parkir sepeda yang berupa rak-rak penyimpan sepeda ( fietsrek) pun selalu tersedia di berbagai tempat.

Bagi yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak balita, kemana-mana naik sepeda pun bukan masalah. Tersedia kinderwagen atau fietscart—bentuknya mirip tempat duduk becak dengan tutup—yang dipakai untuk mengangkut 2 orang anak. Kinderwagen ini diberi pengait di bagian depan, sehingga bisa digandengkan dengan bagian belakang sepeda. Bila hujan atau salju turun, anak-anak akan aman dan merasa hangat berada di dalamnya. Selain kinderwagen, bisa juga digunakan tempat duduk kecil semacam jok tambahan yang diletakkan di depan atau diboncengan belakang sepeda. Sehingga, anak-anak tetap nyaman dan aman bersepeda.

Untung saja aku cukup mahir bersepeda, sebab kawanku seorang Lybia sama sekali tak bisa naik sepeda. Kemana-mana ia harus jalan kaki atau naik bis ke tempat-tempat yang jauh. Untuk naik bis kota di Groningen sebetulnya cukup mudah, dan harga relatif terjangkau. Namun bila setiap hari harus naik bis, ongkos satu bulan bisa dipakai untuk membeli sepeda bekas, sayang juga kan uangnya. Bukan hanya ongkos, kalau bis dijadikan pilihan, aku harus menunggu jadwal bis yang baru datang setiap 15 menit atau 30 menit sekali. Tertinggal 1 atau 2 menit saja, terpaksa harus menunggu lebih lama lagi. Dengan sepeda, aku bisa pergi kapanpun aku mau tanpa harus menunggu dan tanpa perlu membayar tentu saja.

Bis kota disini hanya dikendarai oleh seorang supir. Tak ada kondektur yang menagih-nagih uang seperti di Indonesia. Jadi setiap penumpang yang datang lewat pintu depan harus setor karcis kepada supir. Sang supir akan memberikan stempel pada karcis tersebut. Karcis bis bisa dibeli saat itu juga di dalam bis. Namun harganya lebih mahal. Lagipula, jual beli di dalam bis bisa membuat antrian penumpang menjadi panjang. Jadi sebetulnya lebih enak kalau membeli karcis di loket-loket yang sudah disediakan. Nama karcis ini adalah strippenkart. Selain harga yang lebih murah, strippen kart ini bisa dibeli dalam jumlah sekaligus banyak, bisa 15 lembar ataupun 45 lembar tergantung pilihan.

Kalau aku hendak pergi ke luar kota Groningen bagaimana? Aku tak perlu repot, karena kereta api segala jurusan telah siap melayani. Sistem kereta api disini sangat mudah. Aku bisa membeli tiket di box yang sudah disediakan di stasiun. Tinggal pencet sana pencet sini, membayar dengan kartu ATM, keluarlah si karcis mungil. Masalah jadwal kereta pun aku tak perlu khawatir, melalui internet aku tinggal mengetik www.ns.nl. Muncullah pengumuman dan jadwal kereta api yang aku butuhkan lengkap dengan harga yang sudah tertera. Hmm…berkereta api disini memang sangat mudah dan nyaman.

Kartu diskon untuk naik kereta pun disediakan. Dengan membayar 45 Euro pertahun, suamiku akan mendapatkan kartu diskon sehingga kemanapun kami pergi, biaya kereta akan dipotong sebesar 40 %. Bila hendak pergi ke luar negara Belanda, transportasi lewat kereta pun sangat mengasyikkan. Tapi supaya mendapatkan biaya yang lebih murah, aku harus memesan tiket jauh-jauh hari. Biasanya ada harga H-7, H-3, atau H-14. Oh ya, kalau sedang musim liburan, kadang ada paket-paket khusus. Harga kereta turun menjadi jauh lebih murah. Jadi menurutku transportasi di negara ini sudah teratur rapi dan nyaman. Kalau dibandingkan dengan di Indonesia tentu saja jauh berbeda. Kemacetan lalu lintas jarang sekali terjadi karena orang-orang kebanyakan memilih naik sepeda. Naik bis dan kereta api pun serba terjadwal dan teratur.

Oh ya, transportasi lain yang ada di Groningen adalah melalui kapal. Tapi biasanya memang hanya untuk tujuan pelesiran. Karena di Groningen ini terdapat banyak kanal-kanal, maka disepanjang jalan banyak terdapat jembatan. Kapal-kapal seringkali berseliweran di kanal-kanal tersebut. Uniknya, bila kapal akan lewat, penghalang jalan pun otomatis terpasang. Persis seperti saat kereta api akan lewat. Bedanya ini di jalan raya yang memiliki jembatan. Jalan yang semula terbentang lurus, perlahan-lahan akan terbagi 2 dan terangkat keatas. Setelah terangkat sempurna, kapal akan lewat. Kemudian dengan cara yang sama jalan yang terangkat tadi akan turun dan rata seperti semula. Penghalang jalan terbuka, pengguna jalan pun bisa lewat lagi seperti biasa. Anak-anakku terkagum-kagum sewaktu pertama kali melihat jalan yang bisa naik ke atas ini. Ndeso ya? Tapi inilah memang salah satu keuntungan tinggal di negara yang lebih maju, bisa melihat dunia lain dan bisa banyak belajar.