Ah… ternyata teori itu betul, anak-anak memang makhluk spiritual. Aku sebagai orangtua hanya tinggal memfasilitasi. Aku ingin menanamkan kecintaan pada Allah dalam diri anak-anakku. Aku mencoba teori bab I buku Spiritual parenting. Dalam hal ini, aku dan suamiku memang sepakat dengan buku itu, bahwa Tuhan ada di dalam hati. Ajarkan anak-anak untuk menggali dan merasakan betul kehadiran Tuhan. Bukan mengajarkan siapa Tuhan yang penting, tapi apa yang dilakukan Tuhan, itulah yang lebih berharga. Tuhan bukan sosok yang menyeramkan, yang suka menghukum dan memasukkan manusia ke neraka. Tapi Allah ada dalam hati mereka. Allah sangat sayang kepada mereka. Mereka boleh meminta dan bicara apapun kepada Allah dan Allah akan menjawab. Aku ingin, mereka bisa menjadi pencinta Tuhan. Ya aku hanya berusaha, semoga…Setelah ritual tidur selesai, seperti biasa anak-anak membaca doa sebelum tidur. Lalu aku menyuruh Aik untuk berdoa lagi “Ik, Aik berdoa dong sama Allah yang ada dalam hatinya Aik”. Aku tak menyangka, tiba-tiba dia langsung berdoa “Ya Allah semoga Scoop dan Cucuh cepet sembuh. Soalnya scoop sama cucuh rusak, ngg…nanti mau diplester biar sembuh. Amin” Wow, aku takjub mendengar dia bisa berdoa seperti itu. Doa terpanjang pertama yang keluar dari mulutnya. Scoop adalah mobil pengeruk Bob kesayangannya, dan cucuh adalah boneka beruang kecil yang lucu. Anak-anak memang memberi istilah cucuh untuk lucu. Lala sebetulnya yang menciptakan kata ini.
Tak lama kemudian aku berkata lagi pada Aik “Ik, coba deh dengerin, Allah yang ada dalam hati Aik bilang apa sama Aik?” Eh dia langsung nyaut lagi ” Ng…boleh, tapi nanti nggak boleh dirusakin lagi, nggak boleh disiram pake air lagi. Kalo mau nyiram harus di panci” begitu kata Allah menurut Aik. “Wah Aik piinter sekali berdoanya, bagus sekali! dan Aik udah bisa bicara dan mendengar jawaban Allah, uh Aik hebat!” Langsung kupeluk dan kupuji dia habis-habisan.
Seminggu yang lalu, aku pernah menanyakan hal yang sama. Doanya masih kutuntun, doa supaya Aik tak mimpi buruk. Sewaktu kutanya, “Allah jawab apa ik?” Dia menjawab “Aik jangan suka marah, gitu kataNya”… Aku cukup terkejut karena dia bisa menjawab, tak hanya diam. Anak-anak memang luar biasa, lebih spiritual dari orang dewasa.
Comments are closed.