Pikiran Rakyat, 10 Juli 2005
Klik di sini
Ini Versi aslinya, di PR banyak yang di edit tampaknya karena terlalu panjang.
Setiap anak adalah unik. Namun, apakah setiap anak pada dasarnya cerdas, jenius atau berbakat seperti yang sering digembar gemborkan belakangan ini? Apa Sebetulnya yang dimaksud dengan anak berbakat? Bagaimana ciri-cirinya, dan bagaimana pula mendeteksi serta menanganinya? Dalam Seminar Online We R Mommies Indonesia yang ke-3 pertengahan Juni lalu, permasalahan anak berbakat ini dikupas secara mendalam. Selama 6 hari, peserta menyimak uraian dari nara sumber, melakukan tanya jawab, dan saling berdiskusi diantara sesama peserta secara online dari komputer masing-masing. Tiga orang nara sumber yang terdiri dari ibu Ike R. Sugianto Psi., dr. Waldi Nurhamzah SpA., dan juga ibu Dr.drg. Julia VanTiel, Ms, mendapatkan �banjir� pertanyaan dari para peserta.We R Mommies Indonesia sendiri merupakan sebuah mailing list yang didirikan untuk berbagi informasi, pengetahuan dan ketrampilan seputar kehidupan ibu, calon ibu dan wanita umumnya. Kali ini, WRM menyelenggarakan seminar online dengan topik �Deteksi Dini dan Penanganan Anak Berbakat�. Topik ini tampaknya begitu diminati masyarakat, terbukti dengan jumlah peserta seminar online yang mencapai 509 orang. Sebagian besar peserta berasal dari Jakarta. Sisanya adalah masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru dunia seperti Amerika Serikat, Belanda, Hongkong, Singapura, Jepang, Jerman, Myanmar, Malaysia dan Australia.
Dalam tulisannya yang berjudul �Repotnya Ilmu Keberbakatan�, ibu Julia Van Tiel�yang juga memiliki anak berbakat dengan disinkroni perkembangan� menegaskan bahwa keberbakatan adalah suatu potensi bawaan (genetik/nature). Sesuai dengan teori nature dan nuture yang kini menjadi pegangan para ahli anak berbakat diseluruh dunia, potensi bawaan ini memerlukan pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan dan personalitas yang dipunyai setiap anak berbakat (nurture). Jadi setiap anak memang terlahir unik. Tapi apakah setiap anak terlahir cerdas? Belum tentu jawabnya.
Dalam makalahnya, lebih lanjut ibu Julia mengatakan bahwa keberbakatan mempunyai pengertian yang sangat kompleks dan bukan merupakan faktor tunggal. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah giftedness dan untuk anak berbakat digunakan istilah gifted children. Lantaran anak-anak balita belum bisa dikatakan sebagai anak berbakat (gifted children) �karena belum dapat dilakukan tes IQ padanya�maka di Belanda anak-anak ini disebut anak yang mengalami loncatan perkembangan (kinderen met ontwikkeling voorsprong).
Konsep anak berbakat yang sering dipakai adalah milik Renzulli, yang mengidentifikasikan bahwa seorang anak dapat dikatakan sebagai anak berbakat jika ia mempunyai: inteligensia yang tinggi di atas rata-rata (IQ lebih dari 130) ; kreativitas yang tinggi; serta motivasi dan ketahanan kerja yang tinggi pula. Namun M�nks menambahkan potensi itu tidak akan terwujud jika tidak ada dukungan dari keluarga, sekolah, dan lingkungan. Dari kedua ahli ini maka dilengkapilah pengertian keberbakatan dengan ringkasan yang disebut Triadik Renzulli-M�nks.
Deteksi Dini
Lalu bagaimanakah cara dokter mendeteksi secara dini keberbakatan seorang anak? Dokter Waldi Nurhamzah SpA. yang juga staf pengajar di FKUI ini menjelaskan bahwa dalam pendidikan bidang kedokteran anak (pediatri, S2) para siswa-didik tidak mendapatkan pendidikan kemampuan untuk melakukaan penilaian (assesment) terhadap anak-berbakat. Materi pembelajaran di bidang pediatri yg ditempuh selama 4 tahun di Indonesia mencakup persoalan pediatri yg masih mengemuka di Indonesia (“must know”)�seperti penyakit infeksi yang masih merupakan penyakit mayoritas. Alhasil persoalan dengan insidens kecil lazimnya merupakan pembelajaran yg “nice to know” saja.
�Konsekuensinya, para dokter anak (sebagai produknya) juga tidak mengetahui masalah anak-berbakat. Hanya dokter yang tertarik saja mungkin yang mendalaminya sendiri. Jadi bila dalam asesment pediatri timbul gangguan perkembangan yang mengarah ke lingkup psikologi, maka kasus tersebut dirujuk ke psikolog atau psikiater.� Tutur dokter Waldi menjelaskan.
Melanjutkan pendapat dokter Waldi, ibu Julia yang kini aktif mengasuh mailing list anak berbakat ini menekankan tentang pentingnya masalah deteksi dini anak berbakat. �Deteksi dini tentu saja memerlukan berbagai pendekatan dari beragam keilmuan terutama psikolog, dokter, pedagog, juga bantuan guru dan orang tua dalam pengamatannya. Deteksi dini sangat penting, karena akhir-akhir ini di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, banyak diantara anak-anak ini terjerat diagnosa berbagai gangguan baik gangguan perilaku bermasalah, maupun gangguan mental. Mereka kemudian mendapatkan terapi yang sesungguhnya tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Pada akhirnya terapi tersebut malah akan menyebabkan potensi keberbakatan yang dimilikinya tidak terpupuk dengan baik. Kondisi tersebut bahkan bisa menyebabkan anak menjadi frustasi, marah, tidak percaya diri, memiliki rasa takut yang hebat, mengalamai psikosomatis dan berbagai problem lainnya .� Paparnya dalam makalahnya.
Lantas, apa yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam mendeteksi anak berbakat? Ibu Ike R.Sugianto Psi. yang saat ini bekerja di klinik Anakku Greenville mengemukakan tentang metode pengukuran dalam ilmu psikologi. Biasanya akan dilakukan observasi, wawancara dan tes untuk seorang anak. Namun tes hanya bisa dilakukan oleh ahlinya. Observasi sebetulnya bisa dilakukan oleh orang tua dengan cara membandingkan perilaku anak dengan ciri-ciri anak berbakat. Tapi tentu saja, kondisi ideal adalah dengan melakukan ketiga metoda tersebut.
Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan seputar cara untuk mengetahui bakat anak, ibu Ike menegaskan bahwa tidak ada tes yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi bakat anak. Tes IQ tidak digunakan untuk melihat minat dan bakat anak. Sesuai dengan namanya, tes ini lebih diarahkan kepada pengukuran intelektual (intelligency Quotient). Sedangkan tes minat dan bakat yang dilakukan dengan battery psikologi, lebih tepat dikenakan pada anak-anak diatas tingkat SMP untuk penjurusan atau memantapkan pemilihan studi di perguruan tinggi. Jadi yang perlu dilakukan oleh orangtua bukanlah mengidentifikasi bakat apa, tetapi memperhatikan minat anak dengan memperkenalkan secara bertahap pada anak.
Mengenai bakat serta minat anak ini, ibu Julia menekankan, jika anak secara intens melakukan kegiatan dengan dorongan internalnya (motivasi) dan dilakukannya dengan enjoy, maka kemungkinan besar itulah minat dan bakatnya. Selain itu untuk membedakan mana anak berbakat dan bukan dapat diketahui dari kemampuan anak untuk secara mandiri mengembangkan minatnya tersebut. Anak berbakat (gifted) selain mempunyai tempo yang cepat dalam belajar, juga bisa dilepas (mandiri) dan mampu menggubah lagi dengan motivasi dari dalam diri yang kuat.
Penanganan
�Bila anak saya (usia 3,5 tahun) mempunyai tanda-tanda anak berbakat, apa yang harus saya lakukan?� Tanya salah seorang peserta seminar. Ternyata anak usia 3,5 tahun belum bisa dikatakan anak berbakat, karena seringkali hasil testnya belum bisa dipercaya karena ia masih berkembang. Anak tersebut dikatakan mengalami loncatan perkembangan. Sebaiknya orangtua dengan anak seperti ini mencari sumber-sumber bacaan tentang perkembangan anak berbakat dan mempelajari betul bagaimana perkembangan kognitif serta otak anak-anak. Hal ini penting guna mengetahui lebih dalam tentang personalitasnya, agar bisa lebih luwes mengasuhnya. Tentu saja literatur yang dibaca pun tidak bisa sembarangan. Sumber bacaan harus dipilih dari berbagai literatur yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.
Lebih lanjut tentang penanganan anak berbakat ini, ibu Julia menjelaskan �Begitu kita tahu bahwa anak kita mempunyai loncatan perkembangan intelektualitas, maka ia memerlukan pengasuhan dan pendidikan yang terstruktur yang tidak mencegat perkembangannya. Karena anak-anak ini mempunyai dorongan internal untuk mengembangkan intelektualitas sangat besar, keras kepala, dan sangat perfeksionis, serta mempunyai cara berfikir (cognitive style) yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Latihan program akselerasi umumnya digunakan dalam proyek pengembangan anak berbakat, namun sebetulnya akselerasi dimaksudkan sebagai upaya percepatan. Disamping akselarasi juga perlu diadakan pengkayaan (enrichment), dan pendalaman.
Bagaimana penanganan untuk anak berbakat yang juga penyandang masalah seperti ketertinggalan perkembangan kemampuan bahasa, atau learning disabilities (misalnya disleksia) ? Bagi anak seperti ini, kondisinya memang cukup membingungkan, apalagi di Indonesia. Orangtua perlu memeriksakan anaknya lebih lanjut kepada psikolog perkembangan. Di Amerika, anak-anak seperti ini umumnya tidak bisa dimasukkan program gifted children (karena punya masalah), juga tidak bisa masuk sekolah reguler (karena punya masalah). Jadi harus masuk dahulu ke sekolah luar biasa. Inilah yang menyebabkan kebingungan para orang tua, karena di sekolah itu tidak mendapatkan perhatian sebagai anak berbakat.
Penanganan anak berbakat memang cukup rumit, apalagi di Indonesia. Tetapi dengan memahami keunikannya, menambah sumber-sumber bacaan yang memadai, selalu berusaha dan tentu saja berdoa, semoga dapat menjadikan orangtua sebagai fasilitator yang baik sehingga anak-anak tersebut kelak dapat berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya.(Agnes Tri Harjaningrum, Dokter, ibu 2 orang anak, tinggal di Belanda)
assalamu’alaikum mbak ..
salam kenal…wah blognya seru banget , saya jadi betah bacanya.Mo rencana dibuat buku diary2nya?saya mau tanya kalo mambacakan buku untuk anak caranya seperti mendongeng(mengambil inti cerita) atau membaca scr harfiah(mengeja tulisan). Dalam memilih bacaan untuk anak, apa harus buku yang bergambar ,ato segala macam buku ?
wassalam
Mamanya Hammam
Halo mamanya Hammam, salam kenal jg yaa…
Tentang bacain buku, kalo aku sih variasi aja mbak, kadang dongeng inti cerita, kadang bacain sambil nunjuk tulisannya. Masing2 punya kelebihan ya kayaknya. Kalo dongeng inti cerita, bisa lebih hidup apalagi kalo pake rubah2 suara kita bacainnya, anak jg pasti nggak bosen. Kalo sambil nunjuk tulisan biasanya cenderung mbosenin ya, tp ini bagus biar anak yg belum bisa baca tau,” oo ternyata tulisan tuh bisa bunyi, ada maksudnya to” Buat anak yg lagi belajar baca, ini jg bagus ngelancarin mereka juga trus biar mereka tau intonasi, kalo koma gimana, tanda tanya gimana. Selain itu dengan bacain tulisannya biasanya variasi huruf lebih banyak ketimbang dongeng kita sendiri ya, jd mereka lebih banyak belajar kata baru.
Jadi kalo aku sih diselang seling aja mbak, kadang ayahnya yg dongeng, aku yg bacain ato selang sehari jg oke.
Masalah milih bacaan, rasanya tergantung umur si anak ya. Tp mostly, anak balita (blum bisa baca) maunya buku yg gambarnya buesar dan buanyak, tp tulisannya dikit hehe. Lebih menarik buat mereka. Tp kalo sekedar ngenalin buku, nggak masalah di kenalin beragam buku jg. Kalo pengalamanku sih ujung2nya tetep aja mereka cari gambar hehe.
Oke, selamat bacain buku buat Hamam yaa :-)
Assalamu’alaikum Bude Tri…
Apa kabar di sana??Mbak Lala+Mas Aik+Pakde Is baek2 aja kan??
Bude,mama Aby suka bacain Aby dongeng.Gambarnya gede2,berwarna juga.Aby seneng deh ngeliatnya.Walopun Aby gak ngerti apa yg diomong mama Aby,hehe…
Kalo mama Aby selesai dongeng,Aby nangis..kemana warna-warna yg Aby suka??
Aby mo nanya Bude,Aby kan dah sering didongengin sama mama Aby.Bisa ngebantu Aby cepet bicara gak ya??
Bude,Aby mo bobo dulu ya..mo digendong Yangti.hehe..
Wassalamu’alaikum Wr.Wb..
Salam bwt Pakde Ismail,Mbak Lala,Mas Aik ya..
Hai mama Aby,
Bagi foto Aby terbaru dong, biar Aik ma Lala bisa kenal adeknya. mereka tuh seneng banget ama baby lo :-), kalo ada baby pasti dikitik2 diajak maen hehe.
Wah bagus dong kalo Aby udah rajin didongengin dan dibacain buku jg kan. Insya Allah, kalo semuanya baek, dongeng dan baca buku bikin perbendaharaan kata tambah banyak, pengalaman ama ke dua anakku sih, mereka jd pada cepet ngomong dan banyak perbendaharaannya. Tp teteup perkecualian mah ada ya, kaya anak2 yg telat ngomong krn ternyata gifted ato krn ada masalah lainnya, ya itu mah beda cerita lagi, walopun emaknya rajin dongeng jg teteup ngomongnya telat hehe. Tp bgmnapun,dongeng n bacain buku bagus banget deh buat anak.
Semoga Aby cepet ngomong ya, biar emak bapaknya makin kesengsem deh liat lucunya pas belajar ngomong :-)
bagus sekali artikelnya.