Belajar Puasa tanpa Terpaksa

Pikiran Rakyat, 25 September 2005

Klik di sini

“Tapi Bu, aku betul-betul nggak mau makan. Aku anak laki-laki dan sudah besar, aku bisa puasa bu,” kata Thabit pada ibunya. “Kamu juga puasa, Thabit. Anak umur 7 tahun berpuasa dengan sahur di pagi hari, sedikit makan di siang hari, kemudian mereka tidak makan apa pun sampai tiba waktunya berbuka,” kata ibunya lagi. “Tapi Ibu kok tidak berpuasa seperti aku ?” anak lelaki kecil itu memaksa. “Ibu sudah dewasa Thabit, Ibu berpuasa dengan cara orang dewasa.Cuplikan percakapan antara ibu dan anak ini diambil dari sebuah situs Muslim di internet. Membacanya barangkali bisa membuat kening beberapa orang tua berkerut dan bergumam dalam hati, “Lho ibunya Thabit ini bagaimana sih, lha wong anak ingin puasa sehari penuh malah dilarang?” Percakapan di atas memang mungkin terdengar tak lazim, karena yang kerap terjadi malah sebaliknya. Orang tua, secara sadar maupun tidak, sering memaksa anak untuk berpuasa sehari atau sebulan penuh, bahkan sejak usia balita. Orang tua pun bangga bila anaknya mampu berpuasa sehari penuh sejak usia dini.

Salahkah? Tentunya sah-sah saja bila orang tua berbangga hati kepada anaknya, karena mengajarkan puasa pada anak memang tak mudah. Selain itu, belajar puasa sejak kecil tak diragukan lagi manfaatnya. Namun yang perlu diingat, tujuan dalam proses belajar berpuasa bukanlah berhasil atau tidaknya anak berpuasa sehari penuh atau satu bulan berpuasa tamat tanpa batal. Inti dari mengajarkan anak berpuasa sejak kecil adalah agar anak mengenal dan memahami seluk beluk puasa, sehingga menjadi senang berpuasa dan ingin berpuasa dengan kemauannya sendiri tanpa paksaan.

Dalam Alquran disebutkan, anak-anak hingga usia akil balig (12 tahun) belum diwajibkan berpuasa. Namun, sebagian besar ulama sepakat untuk mengajarkan puasa sejak kecil agar di usia akil balig nanti, anak sudah terbiasa berpuasa. Sejak usia berapakah anak mulai dapat diajarkan berpuasa? Dalam agama Islam sendiri, terdapat beragam pendapat mengenai hal ini. Tetapi — seperti halnya hadis untuk mengajarkan salat yang menganjurkan anak dilatih salat saat anak berusia 7 tahun– beberapa ulama pun memakai usia ini sebagai usia awal untuk melatih anak berpuasa.

Dari segi kesehatan, tidak ada patokan baku kapan seorang anak mulai mampu berpuasa. Prof. DR. Dedi Soebardja, dr, Sp.A(K), salah seorang staf pengajar di bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung mengatakan, seorang anak dapat mulai dilatih berpuasa sejak anak tersebut mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan sudah mulai bisa bersosialisasi. Biasanya ini dicapai saat anak berusia 6 atau 7 tahun. Selain itu, mengingat pertumbuhan otak yang optimal berlangsung selama masa balita, latihan puasa dianjurkan pada anak yang telah melewati masa balita.

Sejalan dengan penuturan di atas, Dr. Eva J. Soelaeman, Sp.A menganjurkan, sebaiknya balita jangan terlalu dipaksa berpuasa karena ia masih dalam fase pertumbuhan. Setelah usia enam tahun anak diperbolehkan berpuasa, karena pada usia itu pertumbuhannya sudah melambat.

Lantas, apakah ini berarti seorang anak tidak diperbolehkan diajarkan berpuasa seharian penuh? Tentu saja tidak, karena bagaimana pun anak-anak perlu dilatih berpuasa sejak kecil. Tetapi orang tua perlu berhati-hati dalam mengajarkan anak berpuasa, dan melatihnya pun harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi anak. Orang tualah yang sesungguhnya paling tahu kapan sang anak siap untuk dikenalkan tentang puasa dan mulai berlatih berpuasa.

Apa tindakan orang tua?

Tampaknya perlu dibedakan antara mengenalkan anak tentang puasa dan melatih anak untuk betul-betul mulai berpuasa. Sebelum usia 6 atau 7 tahun, bila Ramadan menjelang, orang tua bisa mengenalkan serta melibatkan anak pada kegiatan-kegiatan di bulan Ramadan seperti buka puasa bersama, mengaji, dan salat tarawih. Selain itu, mendengarkan lagu-lagu tentang puasa, cerita Ramadan atau pengalaman masa kecil orang tua saat berpuasa, secara tidak langsung bisa memotivasi anak untuk belajar puasa.

Menjelang usia 6 atau 7 tahun, saat anak sudah bisa diajak berdialog, diskusi tentang puasa yang dibangun antara anak dan orang tua akan sangat membantu kesiapan mental anak untuk berpuasa. Sebagai contoh, orang tua dapat menjelaskan tentang pentingnya puasa lewat kalimat berikut, “Perut kita seperti blender yang menghaluskan buah-buahan itu, Nak. Bayangkan kalau blender itu harus bekerja terus-menerus menghancurkan makanan, bisa rusak kan? Begitu juga dengan perut kita, karena itulah perut kita perlu beristirahat. Allah tahu betul dengan keadaan tubuh kita, Allah yang membuat tubuh manusia, karena itulah Allah menyuruh manusia berpuasa.”

Sebaiknya anak pun dipersiapkan dengan kondisi-kondisi tak nyaman saat puasa seperti rasa lapar, sedikit lemas, dan harus bisa menahan diri dari berbagai godaan. Bila dialog sudah terbangun, tak ada salahnya orang tua membiarkan anak memutuskan sendiri di usia berapa ia akan mulai berlatih berpuasa. Dengan memberikan pilihan usia 6 atau 7 tahun misalnya, anak akan merasa lebih siap saat berpuasa karena dia telah memilih dengan kesadarannya sendiri.

Berlatih berpuasa tentunya tak bisa simsalabim. Proses belajar ini harus dilakukan bertahap sesuai dengan kemampuan anak. Contohnya, di awal latihan, puasa bisa dilakukan hingga pukul 9.00 WIB atau 10.00 WIB. Setelah makan, puasa dilanjutkan kembali hingga siang hari. Usai batal sejenak di siang hari, puasa bisa dilanjutkan lagi hingga magrib. Kemudian di tahun berikutnya, puasa dapat dilakukan hingga pukul 12.00 WIB, dan seterusnya.

Dari sisi kesehatan, yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mempersiapkan anak berpuasa adalah kecukupan gizi makanan dan waktu tidurnya. Tidur lebih awal akan membuat anak segar dan cukup tidur walaupun harus bangun lebih pagi. Saat makan sahur dan berbuka, hindari makan yang berlebihan serta makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan minyak. Minum teh berlebihan saat sahur dapat meningkatkan produksi air kencing dan mengeluarkan zat-zat mineral dalam tubuh yang diperlukan. Oleh karena itu sebaiknya terlalu banyak minum teh pun perlu dihindari di saat sahur.

Anak-anak harus mendapatkan makanan beragam dan mengandung lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Makanan yang dimakan saat sahur sebaiknya adalah jenis makanan yang kaya serat dan protein. Makanan tinggi serat akan dicerna lebih lama oleh tubuh, sehingga proses pengosongan lambung pun akan lebih lama pula. Makanan semacam ini dapat diperoleh dari kompleks karbohidrat, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kompleks karbohidrat biasanya terdapat dalam makanan seperti gandum, sereal, beras merah, roti berserat, dan lain-lain. Kurma dan pisang juga sangat baik dikonsumsi baik saat sahur maupun berbuka. Kedua jenis makanan ini banyak mengandung mineral dan vitamin yang sangat diperlukan tubuh.

Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kebutuhan cairan anak. Jangan sampai anak mengalami dehidrasi saat berpuasa. Sup dan jus buah saat sahur, dapat menambah kebutuhan cairan dan mineral anak yang berpuasa. Saat berbuka pun anak-anak sebaiknya diingatkan untuk memperbanyak minum. Dengan menjaga asupan makanan anak, dan dengan memperhatikan kesiapan fisik serta mental anak sebelum berlatih berpuasa, semoga anak-anak bisa belajar puasa tanpa terpaksa.***

7 Replies to “Belajar Puasa tanpa Terpaksa”

  1. Teh Agnes,

    Di rumah pembicaraan mengenai puasa kan lagi menjadi tema pavorit nih.. terutama setelah alief dapat tugas dari tknya tentang apa saja yang akan dilakukan dirumah selama liburan. Alief antusias banget, apalagi daftar kegiatannya udah di tempel di white board n setiap kagiatan yang dilaksanakan akan diconteng juga akan dapat reward/bintang dari papah & mamah ntar bintangnya bisa ditukar dengan kaset Nasyid pavoritnya. So dari hari sabtu kemarin bawaannya mau puasa n qiroati melulu. Eh pas tadi kita ngobrol lagi, dengan muka sedih Alief bilang mah..kaka kalau nanti puasa gimana, kalau enggak makan sama minum kaka nantinya lemas, terus enggak bisa main, terus akunya bisa sedih gimana coba??? berhubung ngobrolnya pas mau pergi sekolah n kerja, bahasnya enggak tuntas. Sekarang ita jadi kepikiran ngebayang mukanya yang sedih tadi, bagi kita ini masalah sepele tapi bagi anak ngebayangin lemas terus enggak bisa main pasti masalah besar. duh.. jadi pengen cepet pulang trus ngebahas masalah puasa ini biar kaka Alief enggak khawatir lagi.

  2. Hai Ta, kumaha kaka Alief belajar puasanya sukses yaa :-) Sebenernya aku jg pengen nulis pengalaman ama anak2 nih, tp blum sempet euy. Tita we ditunggu kiriman tulisannya ya :-)

  3. Hi..hi..hi.. pengalamannya lucu-lucu teh..KK udah saur n janji puasa sampai jam 12. e..eh.. pagi2, adenya malah bujukin kaka pake mie gelas, ka..nihh..ka.. sambil nyuapin mie ke mulut kaka, pertama sih tahan, lama-lama suapan ade di sergap juga. Pas ita kasih tau puasanya kaka udah batal, wah enggak terima tuh.. katanya tetep puasa orang yang di makan cuma sedikit he..he.. yang jelas adenya yang suka bikin batal puasa kaka. Tapi Alhamdulillah banyak yang lolos sampai jam 12, walau terkadang jam 11 makan wafer dikit karena enggak tahan. Yah.. aturannya sih masih kaka sendiri yang buat, soalnya klo udah enggak tahan berair tuh mata.. Untuk teraweh minggu ini lagi males beratt, apalagi mamahnya lagi M jadi ada alasan enggak teraweh karena mamah juga enggak.
    Thanks ya teh.. udah ngingetin, soalnya ita juga baru kepikir kenapa enggak di tulis ya pengalaman puasanya anak-anak. Teh.. “program rahasiana” atos sampe mana ???? semoga hati teteh selalu di jaga oleh Allah, biar curahan kata anu kaluar oge murni semata-mata Lillahi ta’ala. Amien

    salam sayang
    ita tea

  4. hi…hi…. jadi inget sama fiki…
    jagoan lho… dia… dah bisa puasa full hampir 80% ramadhan tahun ini…
    batalnya juga karena pergi ke jakarta dan ke blora… orang dewasa juga belum tentu kuat kan…
    Kejadiannya jam sepuluhan di jakarta…
    … Fiko… minta makan. disuapin mamahnya. jadinya pas mamahnya nyuapin fiko… gk sengaja malah masuk ke mulut fiki… eeh… fikinya malah pasrah sambil bengong … kebetulan yang menguntungkan kali buat dia… jadinya aja keterusan buka….

Comments are closed.