Selalu ada masa di mana seseorang merasa ‘jatuh’. Kadang memang perlu, sebagai pengingat bahwa proses hidup akan selalu diwarnai dengan jatuh-bangun. Mau pilih mana, tetap terpuruk atau bangkit. Bangkit artinya siap melakukan evaluasi dan memulai lagi rencana-rencana dan mimpi. Bangkit, satu kata yang mudah diucapkan, tapi sulit untuk dijalankan. Selalu saja ada yang dikorbankan saat kita hendak bangkit. Entah air mata, ataupun pergulatan jiwa. Hari ini semua itu kualami lagi. Autumn depresi? ataukah PMS? Entahlah, yang jelas, rasanya aku benar-benar sedang terpuruk. Dan kini kedua buah hatiku menjelma menjadi obat. Menyembuhkan rasa. Menyuntikkan setitik semangat lagi.Seperti biasa, kalau sedang down begini, semua kutumpahkan pada suamiku tercinta. Lewat telepon genggam itu, semua kukeluarkan. Dan tentu saja akan berakhir dengan episode yang sama, menangis. Kedua buah hatiku sedang bermain di sisiku. Mereka sudah terbiasa melihatku menangis. Sesekali aku memang butuh menangis. Menangis itu kadang bisa menyembuhkan luka-luka. Tapi, walaupun terbiasa, mereka pun selalu bertanya,”Kenapa bunda nangis?” Dan Lala mengucapkan pertanyaan serupa tadi. Sedangkan Malik terlihat cuek.
Kuputar otak agar bisa menyampaikan alasan menangisku dengan bahasa sederhana pada Lala.
“Bunda sedih karena kangen sama kerjaan bunda, La” jawabku pelan.
“Kenapa?” tanya Lala lagi.
“Karena disini bunda nggak bisa jadi dokter, bunda nggak bisa kerja.”
“Kenapa?”
“Karena bunda sekolahnya dulu di Indonesia. Jadi, bunda cuma bisa kerja jadi dokter di Indonesia.”
Rupanya jawabanku sudah cukup memuaskan lala. Dia diam dan kembali bermain lagi. Tapi tak kusangka Malik yang sedari tadi terlihat cuek dan tak bertanya apa-apa, tiba-tiba menghampiri aku. Ternyata dia mencerna semuanya.
“Bunda, Aik mau bunda pulang ke Indonesia, biar bunda bisa jadi dokter lagi, biar bunda nggak sedih lagi. Aik sayang sama bunda,” katanya sambil menatapku lugu.
Oh, siapa yang tahan mendengar untaian kata seperti itu dari mulut mungilnya. Seketika hatiku gerimis. Ya Allah, malaikat kecil ini kau hadirkan untuk mengobati hatiku. Mendengar keinginan polosnya, air mataku semakin mengucur deras saja. Haru.
“Hiks..hiks…Iya sayang, Aik sayang sama bunda ya. Aik nggak mau bunda sedih ya,” jawabku sambil memeluknya. Tapi, karena dilihatnya air mataku semakin deras, ia pun mengganti strategi.
“Bunda…., liat Aik. Aik mau hibur bunda.” Saat itu juga, kedua telunjuknya diletakkan di kedua sudut matanya.Ia menarik sudut mata itu, dan tentu saja matanya langsung jadi sipit. Lalu, kedua ibu jarinya dia letakkan di dagu. Wajahnya jadi lucu. Tapi bukannya tertawa, bunda malah semakin menangis. Ya Allah, kau hadirkan bocah ini untuk memperlihatkan betapa aku sangat berharga baginya. Ia bahkan tak ingin aku sedih. Hiks..hiks…bagaimana mungkin bunda bisa tertawa sayang, batinku.
Kupaksakan juga untuk tersenyum. “Makasih sayang, Aik sayang sama bunda ya?”
“Iya Bun. Besok bunda pulang ke Indonesia, biar bunda bisa jadi dokter,”lanjutnya.
“Besok? Bunda pulang sama siapa Ik?”
“Sama kita semua, ber-empat, Bunda, AIk, mbak Lala sama Ayah,” jawabnya yakin.
Lala yang sedang asyik main, tiba-tiba protes,”Mbak Lala nggak mau ke Indonesia! Mbak Lala mau liat ulangtahun Novi.” Bunda jadi geli mendengar jawaban Lala. Ah, anak-anak, kalian memang diciptakan unik dan berbeda. Lala tahu apa arti besok. Sedangkan Malik, ia belum tahu apa itu besok, apa itu kemarin. Masih campur aduk. Dan Lala tak mau kehilangan kesempatan melihat ulangtahun sahabatnya pada tanggal 27 November nanti.
“Aik, bunda nggak punya uang buat ke Indonesia. Ke Indonesia kan harus naik pesawat,” jelasku pada Aik.
“Mm…ayah punya Bun. Nanti ayah suruh bawa uang,” katanya yakin.
“Tapi Ik, uang ayah nggak cukup buat naik pesawat. Naik pesawat ke Indonesia itu mahal. Uang ayah cuma cukup buat makan, buat beli mainan Aik.”
Mendadak, raut wajah Aik langsung berubah. Sudut bibirnya mulai tertarik ke atas. Air mata pun mulai mengambang di matanya. Dan, akhirnya, tangisnya meledak.”Huaaa….Aik nggak mau bunda sedih..Aik sedih kalo bunda sedih… Huaaa… ” Malik menangis keras sekali. Hiks…tangisku pun meluncur lagi. Aku peluk Malik erat-erat.
“Aik sedih ya kalo bunda sedih?”
“Iyaaa…. Aik mau pulang ke Indonesia naik pesawat, Aik kangen yangkung-yangti..huaaa….”
“Ik, bunda udah nggak sedih lagi koq Ik. Bunda seneng dihibur sama Aik. Bunda seneng Aik ikut sedih kalo bunda sedih.”
Tiba-tiba Lala nyeletuk lagi dengan polosnya,”Mbak Lala enggak,” katanya yakin. “Kalo bunda sedih, mbak Lala nggak ngerasa apa-apa,” jawabnya sambil memainkan buku di depannya.
He he he, sekarang tangisku betul-betul berubah menjadi senyum. Karakter kedua anakku memang berbeda. Yang satu penuh empati, yang satu cuek hehe. Tapi Lala pun punya cara sendiri dalam menyampaikan sayangnya.
“Mbak Lala, Aik nya masih sedih, coba dihibur dong sama mbak Lala,” kataku.
Dan Lala pun langsung beraksi. Dengan bondu berbentuk kucing di kepalanya, dia menghampiri Aik. “heri feluthet, tukafelarit…,” katanya dengan suara kecil dan mimik lucu. Entah apa artinya, tapi itulah mantra ajaib yang kerap mereka gunakan untuk saling menghibur. Dan, seketika Malik pun diam.
“Ik houd van je (aku sayang kamu),” kata Lala sambil memeluk Aik.
Dan mereka pun saling berpelukan. Hiks…hiks…aku cuma bisa menghapus air mata lagi, air mata geli dan haru. Ah, malaikat-malaikat kecilku, kemarin kalian hadir sebagai guru. Kini kalian menjelma menjadi obat bagiku….
Hiks.. I love you all, my dears…
Aku lega sekali. Aku bersyukur sekali. Aku bahagia sekali. Dianugerahi bidadari dan malaikat-malaikat kecil. Semoga kelak malaikat-malaikat ini juga menjadi penyejuk hati kita ya sayang, ketika kita kembali kepadaNya. Apa yang kau tanamkan, itu yang kita petik. Terimakasih, istriku, tanpa kenal lelah selalu mengajakku berbicara soal anak-anak menjelang tidur.
Ayah…
dear agnes…ada apa nes..jangan sedih ya…di manapun agnes berada, pasti akan bisa menebar manfaat…sun sayang dari aku di sini..*peluk agnes*
Usap sudah duka mu
Keringkan air matamu
Biarkan senyuman kembali hadir di wajahmu
Sungguh Allah akan memberi jalan lewat cara apa saja
Yang terkadang tidak kau sangka-sangka
Hari ini cukup lewat dua permata
Syukuri dulu yang ada
Insya Allah hari esok akan ditambah lagi dengan yang lebih sempurna
Teh..kangen juga ka teteh, ita ayena nuju ngadamel rumah siga teteh, rumah tempat mengikat segala makna yanga ada. Semuanya tak lepas dari inspirasi yang diberi oleh teteh. Kalo udah siap, ntar singgah ya.. udah jangan sedih cup..cup..cup.. Ita kalo lagi nangis, kaka alief suka bilang gini “udah mah enggak usah sedih..cup..cup..cup, kan udah kaka peluk”. Ita saat ini sedang meluk teteh, seperti yang biasa kaka lakukan ke ita klo lagi sedih. semoga bisa sedikit mengurangi ………
Salam sayang, ita thea
dear Mbak Agnes,
Daku mampir nih…. hiks..hiks… terharu nih bacanya… moga2 skr dah gak sedih lagi yah….