Masak Berasa Jaga

Membawa kotak makan naik kereta dari Den Haag ke Groningen!
Membawa kotak makan naik kereta dari Den Haag ke Groningen!

Masak sampe nggak tidur dua malem? Ck..ck…ck…kayak jaga malem di rumah sakit aja. Ngapain sampe dibela-belain begitu? Yaa iya lah dibela-belain,kalo enggak bisa ditimpukin ratusan orang hehe. Koq bisa? Iya. Jadi ceritanya tanggal 3-4 Juni lalu, aku diminta bantuin orderan cateringnya mbak Indah, tetanggaku yang jago masak itu. Aku, mbak Indah dan Senaz masing-masing harus masak buat sekitar 90 orang selama dua hari berturut-turut. Jadi total kami masak untuk 245 orang di acara Groenscup 2006 kemarin. Groenscup itu acara pertandingan olahraga antar kota di Belanda, tapi untuk semuah mahasiswa Indonesia.

Wuaah heboh banget deh. Masing-masing mengerahkan para suami dan anak-anak untuk dipekerjakan hehe. Dari seminggu sebelumnya kami udah sibuk. Aku dan keluargaku malah sempet ke Amsterdam cuma buat beli 750 buah stereoform.Sekalian ke pasar Tong-tong sih. Tapi sedih banget, di Groningen nggak ada yang jual steoroform hiks. Untung aku punya kenalan mbak Liliek dan mas Budi yang punya warung di Amsterdam, dan mereka dengan baik hati membelikan kami stereoform itu. Kami tinggal ngangkut ke Groningen, gampang kan.

Gampang? Oh no ternyata tidak! Stereoform sebanyak itu memang ringan, tapi volumenya besaar banget, terbungkus dalam 2 dus besar! Gimana nih, padahal kami bawa 2 anak berikut kereta dorongnya. Untung ‘mac gyver’ku, seperti biasa punya banyak akal hehe. Akhirnya kami bisa bawa stereoform itu naik kereta dari Amsterdam-Groningen, dengan pandangan aneh orang-orang tentu aja. Ada yang bilang,”Mau buka restoran ya? Mau pindah kemana?” Ih..usil juga ya orang Belanda. Hmm…bodo amat deh… yang penting bisa sampe rumah. Soalnya perjalanan ke rumah masih panjaaang. Kami musti naik turun kereta, naik bis lalu naik kereta lagi, karena ada perbaikan jalan kereta. Waah pokoknya bener-bener ribet. Koq ya pas lagi bawa barang sebesar ini ada perbaikan jalan kereta pula. Untung anak-anak bisa diajak kompromi. Mereka mau jalan kaki walaupun kadang ngeluh capek. Dan semua yang berat memang bisa ringan-ringan aja sih, asal kita memandang dengan positif aja kan :-) Jadi, kami betul-betul nikmati aja segala kesulitan yang ada.

Nah setelah acara ngangkut stereoform itu, hari Seninnya, mulailah aku mencicil belanjaan dan mencicil masak. Waktu beli wortel sebanyak 21 kilogram di supermarket, ada nenek iseng yang nyeletuk,”Voor wortel feestje? (buat pesta wortel ya?)” tanyanya lucu. Hehehe aku sih cuma mesam-mesem aja.

Acara belanja beres, mulailah mencicil masak-masak dan motong-motong sayur. Menu catering kami kali ini adalah capcay, ayam panggang dan ayam kare serta telur. Aku sama sekali belum berpengalaman memasak dalam jumlah besar. Dan semua resep tentu saja berasal dari mbak Indah. Alhasil saat membuat ayam panggang dengan panci presto pinjaman, ayamku gosong hiks..hiks…Bumbunya bau anguus banget. Untung setelah dibuang-buang minyaknya bau angusnya nggak terasa, jadi nggak perlu masak lagi. Rasanya setelah ditester oleh mbak Indah juga sudah oke. Yo wis…masakan yang sudah matang dimasukkan ke freezer. Hari H nanti tinggal dianget-angetin.

Dan akhirnya….tarraaa…! Sampailah detik-detik menjelang hari H. Karena hari Sabtu aku juga terima pesanan brokus, serta harus berjualan siomay, aku betul-betul nggak bisa berhenti. Teruus aja nguplek di dapur. Setelah lewat tengah malam, suamiku bilang, “Takut nggak keburu bikin nasi, kita bikin nasi sekarang aja yuk.” Ayuk, siapa takut. Dan urusan nasi serta pengepakan betul-betul beres ditangan suamiku. Dia pun hanya sempat tidur beberapa jam saja. Aku, mungkin cuma satu jam. Soalnya aku khawatir tak sempat membuat capcay dalam porsi sebanyak itu. Jam 6 pagi, aku mulai menumis wok capcay pertama. Untungnya masa pegal-pegal di tangan karena harus terus mengaduk sudah berlalu saat membuat ayam panggang. Lumayan euy, lengan kananku jadi sedikit berotot hehe…

Siang tiba, jemputan catering datang. Alhamdulillah…semua tepat waktu. Setelah itu aku langsung gedabrutan memanggang ayam dan memotong lalapan. Suamiku pun langsung sibuk masak nasi dan memasuk-masukkan nasi serta lauknya. Malam tiba, jemputan catering datang lagi. Alhamdulillah…selesai juga masakan kedua. Dan surprisenya, waktu suamiku ikut mengantarkan catering sekaligus menjual siomay sebanyak 36 porsi (satu porsi berisi 3 siomay) di ACLO. Siomay-siomay ku laris manis! Langsung habis dalam hitungan menit! Wow…tau gitu bikin lebih banyak deh sebulan sebelumnya hehe dasar kemaruk :-)

Malamnya, aku pikir menu kari ayam gampang, aku bisa tidur nyenyak. Eeh..ndilalah waktu aku numis bumbu dan mencicipinya koq ada rasa dan bau yang nggak enak ya. Hu..hu…hu…betul! Paprika yang diblender suamiku sepertinya sudah busuk. Duh kenapa aku tadi nggak cek ya. Suamiku sih mana perhatian. Aku mulai dag dig dug, gimana kalau besok nggak keburu. Bismillah..daripada bikin pelanggan kecewa, kuputuskan malam itu tidak tidur lagi. Aku harus mengulang membuat bumbu yang sudah kubuat. Hiks..hiks…capeeek!. Tapii…ingat..ingat… pelajaran setalah pelatihan ESQ,”Capekku, tangisku, capek batinku, semua buat Allah, bukan buat uang atau buat siapa-siapa. ” Duuh ingetan itu manjur. Capekku perlahan hilang berganti semangat baru.

Pagi menjelang, tinggal masuk-masukin nasi sama lauk. Pukul 12.00 penjemput datang. Alhamdulillah…Beres! bener-bener beres!…Eit, tapi aku harus ikut pergi karena harus jualan siomay ronde kedua. Sambil terkantuk-kantuk aku pun pergi ke ACLO (arena olahraga). Eh kejadian lagi, siomayku dirubung semut hehe salah dirubung pembeli maksudnya. Sekejap langsung habis..bis! Wah senangnya! Malamnya aku langsung tidur puleess sepules pulesnya. Pokoknya betul-betul pengalaman masak yang asyik! Melelahkan, menegangkan tapi sekaligus menyenangkan, serasa jaga malem di rumah sakit! hehehe

5 Replies to “Masak Berasa Jaga”

Comments are closed.