Aku terhenyak. Tak menyangka kejadian itu bakal menimpaku, persis sehari menjelang ulang tahunku. Kejutan yang membuatku menangis tersedu-sedu, di sebuah siang yang biru. Ya, aku sesenggukan di kamar mandi, sendiri. Sungguh, tak pernah aku mengalami rasa seterkejut ini. Membuat rasanya ingin kututup saja blog milikku ini. Aku bahkan mengirim sms pada suamiku,’Mungkin sudah saatnya aku undur diri dari keramaian, menutup diri, tak usah lagi menulis apapun tentang kisah hidupku.”
Blog ini pengantar karir dalam dunia menulisku, sehingga aku bisa menulis 3 buah buku. Penerbit menghubungiku, tertarik dengan tulisan-tulisanku, lalu terbitlah dua buku. Blog ini melatihku merangkai kata dan makna sehingga banyak orang berkata menulis adalah keahlianku. Blog ini menghilangkan depresiku di awal beratnya kehidupanku di luar negeri. Blog ini kudedikasikan buat anak-anakku, supaya ketika mereka besar nanti mereka makin kenal dengan dirinya, dan bisa menjumput mutiara darinya. Blog ini penyambung lidahku pada belahan hatiku, ketika jarak terpaksa memisahkan kami. Blog ini adalah tempatku menguatkan mimpi. Penyemangatku untuk terus menulis seperti menulis diary tentang studyku, agar aku bisa menulis novel impianku dan buku-buku lain yang kumau. Blog ini tempat aku menggali diri, memotret moment-moment penuh arti, dan mengikat maknanya agar menjadi prinsip dalam hati.
Blog ini memang bukan blog pribadi, aku share untuk umum, karena aku percaya,’life is sharing and sharing is life’. Siapa tahu orang yang nyasar membaca blog aku mendapatkan manfaat dari apa yang aku tulis. Alhamdulillah, sejauh ini nyatanya memang begitu, banyak pesan masuk ke inboxku, betapa mereka suka dengan tulisan-tulisanku, betapa mereka terinspirasi dengan tulisan-tulisanku (Maafkan untuk kenarsisanku ini). Kalau aku lama tak menulis kadang ada saja yang mencolekku, menanyakan kapan aku menulis lagi. Blog ini saksi perjalanan hidupku sebagai ibu, sebagai istri, dan sebagai hamba yang ingin terus padaNya mengabdi.
Aku tidak bisa berhenti, meski saat aku tersedu-sedu itu aku sangat ingin berhenti. Rasanya aku ingin menutup semua lembaran ini, kembali ke masa-masa itu lagi, saat aku sendiri, tanpa pernah sejenak mencatat moment-moment dalam hidup ini . Aku tidak bisa berhenti karena teringat apa kata Pramoedya Ananta,”Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau MENULIS. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan ABADI, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
Aku sungguh tak bisa berhenti. Meski aku tahu menjadi penulis artinya harus siap berbagi, termasuk hal-hal privacy. Aku sudah berusaha menyeleksi, mana yang betul-betul pribadi dan mana yang bisa kubagi. Sebisa mungkin aku selalu mencoba mengemas kata dengan aura positif agar apapun yang kutulis tak menyinggung pihak manapun, meski itu hal sensitif, seperti buku ‘smart patient’. Tapi, seperti filsafah hidup yang tak pernah mati,’Sehati-hati apapun kita berusaha melangkah, kadang musibah tetap tak terhindari, tetap saja ia datang lagi untuk menguatkan jiwa dalam diri.”
Aku hanyalah manusia yang tak lepas dari salah dan alpa. Ada saat-saat dimana aku lupa merangkai kata dan khilaf mengeluarkan semua. Dan ketika kejutan itu membuat wajahku pias seketika, aku cuma bisa tergagap dan berkata,”Maafkan aku…”
Setelah itu, seharian hatiku begitu kelabu, padahal aku harus memasak untuk teman-temanku, masakan Indonesia seperti janjiku. Aku hanya bisa berdoa supaya masakanku tetap enak meski hatiku sedang sendu. Menjelang hari lahirku, aku dan teman-teman mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahunku, juga melepas beban kami selama berminggu-minggu.
Hampir 3 jam aku memasak di dapur mungil kawanku, dan jam delapan malam itu, tersajilah masakan pertamaku sejak aku sejenak berhenti menjadi ibu. Cumi goreng mentega, tumis ikan kuah santan, tumis tahu sayuran, dan semangkuk besar bakmie seafood tersaji untuk kawan-kawanku. Mereka, teman-teman yang begitu baik hati dari 10 negara di belahan bumi ini. Indonesia, Mauritania, Italia, Bosnia, Spain, Republik Dominica, Prancis, Burkina, Rwanda, dan Belanda, berkumpul dalam riuh canda dan tawa tanpa ada prasangka, oh…betapa indahnya dunia.
Dan aku tentu saja bahagia, ketika temanku asal Spanyol berkata,”Enak banget bakmienya, aku belum pernah makan masakan seenak ini!” Teman lain menghampiri, “Délicieux ! Partnerku memuji masakanmu, padahal sulit loh buat orang Prancis muji masakan orang,’ Komentar lain terdengar ditelinga, “Hey, I like your food very much, gimana bikinnya, apa resepnya? Aku belum pernah mencicipi rasa seperti ini, enak banget!” Aku tentu saja klepek-klepek mendengar semuanya, mendung di hatiku perlahan sirna.
Setelah makan, Lisa, yang telah mengijinkan rumahnya untuk dijadikan tempat pesta, menyarankan aku untuk mengontak suami dan anak-anakku lewat skype. Dan dalam layar milik Lisa, suami dan anak-anakku di Belanda melambai-lambaikan tangannya pada semua kawan-kawanku. Kawan-kawanku balas menyapa, tersenyum dan melambaikan tangan bersama-sama melihat keluargaku muncul di depan mata. Oh betapa dahsyatnya penemuan manusia.
Kemudian, ketika jam berdentang 12 kali, hatiku meleleh seketika. Tiba-tiba lampu mati, lilin-lilin kecil tampak menerangi, dalam iringan beberapa kawan yang membawa kue mungil. Serentak mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dalam bahasa Prancis untukku: seorang perempuan berkerudung asal Indonesia, yang kini sedang berada di salah satu belahan dunia, merayakan ulang tahunnya tanpa kehadiran keluarga, di usianya yang tak lagi muda. Seketika, hatiku disergap sebuah rasa yang tak tahu harus kulukiskan dengan apa. Air mataku menggenang tiba-tiba, terisak tak mampu berkata-kata. Tuhan, betapa cintaMu seperti udara, ada dimana-mana. Tuhan betapa Engkau maha pembolak balik jiwa, hariku yang diliputi gulita, sekejap Kau ubah menyala.
Teman-temanku lalu meminta aku meniup lilin-lilin itu, memberikan sebuah bingkisan dan meminta aku membukanya.“Waah buku tebal kumpulan masakan Prancis dalam bahasa Inggris, beserta coklat almond kesukaanku!“ Teman-temanku itu tahu betul apa yang kumau. Duh, aku semakin terharu. Ucapan selamat pun mengalir satu persatu, dari orang-orang baik hati itu. Tak pernah terbayang dalam lamunanku dulu bahwa aku, seorang perempuan pemimpi keras kepala ini (kata suamiku), bisa merasakan semua pengalaman menakjubkan. Dan semua itu hanya akan menjadi tiupan angin kalau tak tertulis dalam catatan harian.
Lewat tengah malam akhirnya aku pulang dengan hati riang. Meski lelah bukan kepalang, di rumah kusempatkan juga membuka laptop tersayang. Kebahagian itu rupanya belum ingin terbang. Air mataku lagi-lagi tumpah tak tertahan, saat membaca dan mendengarkan kiriman lagu dari seseorang.’Happy birthday, Honey. For I cannot give you a kiss tonight, I present you this song. It says what my heart wants to say. I love you.. I miss you.. I need you.. “
http://www.youtube.com/watch?v=NahS_qrW7Bo
“You’re my everything
The sun that shines above you makes the blue bird sing
The stars that twinkle way up in the sky
Tell me I’m in love, when I kiss your lips
I feel the rolling thunder to my finger tips
And all the while my head in a spin
Deep with in I’m in love
You’re my everything and nothing
Really matters but the love you bring
You’re my everything
To see you in the morning with those big brown eyes
You’re my everything
Forever and the day
I need you close to me
You’re my everything …
You never have to worry never fear
For I am near
Lagi-lagi sergapan rasa menyelimuti aku, rasa yang membuat lidahku kelu, tak mampu kulukiskan satu- satu. Betapa cinta membuatku bahagia. Tetesan air berlinang lagi di mataku mengingat semua kejadian itu, namun juga membuat tanya dalam benakku.
Mengapa kali ini hari kelahiranku begitu berbeda? Lama kurenung-renung dan kini mungkin aku tahu jawabnya. Sepertinya Tuhan ingin berkata bahwa semakin tua, akan semakin banyak hal-hal tak terduga. Hari-hari kita akan selalu dipenuhi kejutan-kejutan warna, mulai dari kelabu hingga biru. Tambah satu usia artinya, kita harus bisa kian merasa, bahwa hidup adalah kepingan warna. Kelabu, ungu atau biru, semua rasa itu akan menemani hari-hari kita tanpa pernah kita minta, tanpa pernah kita kuasa menghindarinya. Hidup tak pernah mudah. Hidup penuh pelangi warna. Namun meski begitu berwarna, mampukah hati membuatnya tetap sama? Karena itulah pendidikan jiwa yang sebenarnya, seperti kata seorang bijaksana,” God turns you from one feeling to another and teaches you by means of opposites, so that you will have two wings to fly – not one.” –Jalaludin Rumi.
Hari ini sungguh tak biasa.
Sebuah momen yang tak bisa kulupa.
Semoga sayapku bisa menjadi dua.
Bordeaux 19 Maret, 2011
Sebuah catatan hati, seorang perempuan yang bertambah usia….