Istriku kemarilah
Duduklah di depanku
Dengan tenang bernafaslah
Biarkan hatiku mengarungi
Hingga sejuk embun kurasakan
Ketika kaki batinku menyentuh
Samudera keikhlasanmu
Debur hasrat jiwamu
Menjadi sunyi
Di depan mata mungil bersinar
Yang memintamu penuh harap
“Bacakan aku cerita, Bunda”
Bak usapan ombak kepada tepian
Cinta agungmu penuh kesabaran
Mengalir membelai dua pasang telinga
Bersama ribuan kisah yang kau dendangkan
Dibukanya genggaman mungil
Tapi tiada tampak yang dicarinya
Pecahlah tangis di malam sunyi
“Dimana kereta kecilku..hu..hu..”
Suara lembut penuh sayang dan pasti
Sejuk menyirami hati mungil
“Kamu hanya bermimpi, sayang.
Jangan menangis, tidurlah kembali”
Kadang, hanya tiga jam dirimu terlelap
Anak-anak minta dekapan
Menghempaskan istirahatmu malam itu
Adalah pondok kecil
Dibangun di atas suka maupun lara
Menjejak tanah kering maupun lumpur
Yang lampu kecilnya
Memancarkan cahaya menerobos lobang-lobang dinding
Kesanalah kita beristirahat
Istriku tataplah
Sinaran syukur memancar
Dari dada laki-laki di depanmu
Tak akan pernah ada sesal
Hanya cinta semata
Yang menggunung dan menyamudra
Anugerah adalah engkau
Istriku…
by: Ismail Fahmi
Ps: Dia membuatkan puisi ini setelah aku menulis ‘Sound of a Mother’
Comments are closed.