Pikiran Rakyat (Minggu, 23 Mei 2004)
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/23/hikmah/lainnya06.htm
USAI salat magrib berjamaah dan mengaji, Pak Fahmi dan Bu Fahmi melangkah ke salah satu sudut di ruang tengah. Sembari duduk di atas karpet kecil warna-warni, mereka mengambil dan membaca beberapa buku dari rak buku. Kedua anak mereka yang masih bersekolah di sekolah dasar tampak heran melihat tingkah polah kedua orang tuanya. Belakangan ini, setelah selesai salat bersama, orang tua mereka selalu mojok di ruang itu sambil asyik membaca buku. Terkadang mereka membaca buku dalam hening, tak lama kemudian dengan suara keras, setelah itu tertawa bersama sambil menunjuk-nunjuk gambar. “Aneh, ada apa gerangan?” pikir mereka bingung. Rupanya Pak Fahmi dan Bu Fahmi sedang memasang strategi, dan mereka berhasil. Beberapa minggu berselang, kegiatan mojok sambil membaca tadi telah menjadi rutinitas yang menyenangkan bagi keluarga mereka.Manfaat menjadi pecinta buku tidak lagi diragukan. Buku mampu membuat anak menjelajahi dunia tanpa harus keluar dari peraduannya yang sempit. Buku adalah jendela pengetahuan. Para pakar pendidikan bahkan menyebutkan, kegemaran membaca dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Minat baca masyarakat Indonesia yang rendah masih menjadi problema bagi upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia. Minat baca tidak dapat begitu saja tercipta, bahkan dengan pencanangan “Hari Buku Nasional ” sekali pun. Kegemaran membaca hanya muncul bila dibiasakan sedari kecil. Orang tua harus berusaha untuk menumbuhkan minat baca anak, seperti yang dilakukan pasangan muda dalam cerita di atas.
Banyak cara yang dapat dilakukan orang tua berkaitan dengan menumbuhkan kegemaran membaca. Secara rutin, anak-anak dapat diajak pergi ke tempat-tempat yang berhubungan dengan buku, misalnya ke toko buku atau meminjam buku di taman bacaan. Menyisihkan uang tabungan untuk membeli buku dan memberi hadiah buku kepada anak juga dapat menjadi pilihan. Tetapi, yang menjadi kunci utama adalah orang tua di rumah. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Lingkungan sekitar dan guru-guru di sekolah tidak dapat diandalkan untuk menanamkan kegemaran ini. Orang tua selayaknya memunyai cara dan memberikan teladan agar kegiatan membaca dapat dilakukan sejak dini, secara rutin, dan menyenangkan. Mengapa? Karena rutinitas yang dilakukan sejak dini pada akhirnya akan menjadi sebuah habit (kebiasaan).
Pepatah Inggris mengatakan we first make our habits, then our habits make us. Sebuah watak akan muncul, bila kita membentuk kebiasaan terlebih dulu. Artinya, bila orang tua ingin seorang anak memunyai kegemaran membaca, kegiatan membaca inilah yang perlu dibiasakan sejak kecil. Dalam bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective Families, Covey menyebutkan, terdapat sebuah riset yang telah menunjukkan alasan utama mengapa anak-anak tidak mau membaca. Jawabannya adalah karena mereka tidak melihat ayah mereka membaca. Hal ini memperlihatkan bahwa kebiasaan dan teladan merupakan faktor yang teramat penting.
Selain hal di atas, tugas lain orang tua adalah membuat ‘formula’ agar membaca dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Bila membaca diidentikan dengan kegiatan yang menyebalkan atau menjadi sebuah paksaan, dalam hitungan menit, anak akan segera menghindar tanpa mau kembali. Sebaliknya, membaca buku bersama penuh canda ceria, membacakan buku di atas pangkuan dengan kasih sayang, perhatian serta cinta yang diberikan orang tua, akan menjadi pengalaman indah yang sangat berkesan bagi anak.
Hal-hal apa yang dapat dijadikan “formula” untuk membentuk kebiasaan membaca secara menyenangkan di rumah? Ema Sukaemah, S.Psi, psikolog yang berkecimpung dalam dunia anak, pada suatu kesempatan menjelaskan, orang tua sebaiknya membuat pojok bacaan atau perpustakaan kecil di rumah. Tak perlu mewah, cukup sediakan karpet atau tikar kecil, rak buku beserta bantal dan pernak-pernik lain yang mendukung. Setiap orang tua dari berbagai kelas ekonomi dapat melakukannya.
“Harga buku-buku bermutu memang belum terjangkau bagi sebagian kalangan. Namun hal ini bukanlah suatu hambatan. Bagi keluarga yang tak sanggup membeli buku-buku bermutu, cukup menyediakan majalah, koran atau buku-buku pinjaman. Dengan kebiasaan orang tua ‘mojok’ di pojok baca, anak akan melihat contoh bahwa orang tuanya suka membaca. Memulai pada anak berusia di atas 5 tahun memang lebih sulit, tetapi anak tak perlu dipaksa. Bila dilakukan dengan cara yang kreatif, sabar dan konsisten, anak pasti akan melirik dan kemudian tertarik. Orang tua dapat mengeraskan bacaan, tertawa melihat gambar, atau membuat skenario dengan pasangan agar anak tertarik datang ke pojok baca. Setelah anak tertarik, orang tua dapat memberikan keleluasaan bagi anak untuk memilih bacaan yang disukai. Berbagi bacaan dan pengalaman yang disukai di pojok baca sambil mengaitkannya dengan buku akan menjadi sebuah acara yang menyenangkan bagi keluarga. Rutinitas seperti ini di pojok baca, setengah sampai satu jam saja sehari akan menumbuhkan minat baca pada anak.” Demikian Ema menuturkan.
Bagi anak yang berusia lebih kecil, untuk menumbuhkan kebiasaan ini situs online childrensworld (childrensworld.com) memberikan saran-saran sebagai berikut. Pertama, orang tua sebaiknya melakukan kebiasaan membaca sejak anak berusia beberapa minggu atau bulan setelah kelahiran. Kedua, selain di pojok baca, buku-buku dapat diletakkan di tempat yang dekat dengan keseharian anak seperti di ruang tidur, kamar mandi, tempat bermain ataupun di dapur. Ketiga, orang tua harus bersuara keras saat membaca buku, majalah maupun koran. Menurut suatu penelitian, membaca dengan suara keras akan meningkatkan penguasaan bahasa pada anak. Selain itu juga agar anak mengetahui bahwa membaca adalah salah satu keahlian . Keempat, membaca sambil duduk di pangkuan ayah atau ibu akan membuat anak merasa nyaman dan dicintai, sehingga menimbulkan memori positif mengenai kegiatan membaca.
Memulai memang bukan perkara mudah. Tetapi demi sebuah bekal berharga di masa datang, mengapa tidak membuat pojok baca di sudut rumah?
Comments are closed.