“When you want some thing, all the universe conspires in helping you to achieve it.“ — Paulo coelho
Siapa bilang kita tak mampu berubah, berkarya dan membuat sesuatu yang sepertinya di luar nalar kita? Bila Tuhan berkehendak, tak ada yang tak mungkin! Dititipkannya kehendak itu pada hati-hati kita. Sehingga kemana pun kita melangkah, ingatan tentang kehendak yang telah ‘dititipkanNya’ itu selalu melekat. Asalkan kita berupaya, satu persatu jalan kemudahan akan dibukakanNya bagi kita. Dan kemudian, tiba-tiba saja semua kehendak yang semula hanya angan telah nyata hadir di hadapan kita! Tapi bagaimana kalau kehendak itu ternyata hanya semata nafsu atau bukan murni kehendak dari Nya? Sebetulnya membedakannya mudah saja. Bila Dia yang berkehendak, maka Dia juga lah yang akan ‘bekerja’. Dengan caraNya sendiri, seperti kata Coelho, seluruh alam seperti bergerak dan berpadu membantu kita. Yang perlu kita lakukan adalah meluruskan niat lagi dan lagi, serta membenahi kerja-kerja kita agar tidak keluar dari jalurNya.
Begitulah kekuatan kehendak bekerja! Dan karena kekuatan kehendak itu lah, maka ibu Elly Risman Musa Psi., direktur yayasan kita dan buah hati, pada tanggal 1-3 Juni 2007 bisa datang jauh-jauh dari Jakarta untuk berbicara di Delft, Belanda. Ibu Elly menjadi pembicara pada acara Workshop bertema “Kiat Berkomunikasi Secara Sehat dengan Anak : Menjadi Orangtua yang Pede Bicara Seks dan Bisa Membantu Anak Taat Beribadah dengan Menyenangkan,†yang diselenggarakan oleh Salamaa, sebuah komunitas Muslimah di Belanda.
“Alhamdulillah, kekuatan kehendak membuat kita bertemu. Karena semua bekerja dengan hati, maka semua happy, suasana nyaman dan guyub. Kita bisa menangis bersama dan tertawa bersama. Ruangan yang panas jadi tidak terasa panas. Yang tadinya hanya mau datang sehari jadi dua dan tiga hari. Orang datang pun dengan komentar positif. Itu lah hebatnya kekuatan kehendak,†kata ibu Elly Risman mengomentari acara Workshop Salamaa. Dari feed back yang masuk sebagian besar peserta memang menyatakan puas dan merasakan manfaat dari acara tersebut. Mereka malah meminta agar ibu Elly bisa diundang lagi di lain waktu ke Belanda.
“Sebelum hari H, ada beberapa teman yang menanyakan ke saya, apakah ibu Elly datang sendiri ke Belanda? Kalau iya, berarti jadi pembicara tunggal? Hmm…apakah nanti tidak membosankan, karena acaranya 3 hari penuh ? Saya kesulitan menjawab pertanyaan teman saya tersebut, karena saya sendiri belum pernah melihat bagaimana ibu Elly menyampaikan makalah dan belum tahu bagaimana panitiia men-design acaranya nanti. Tapi ternyata…. Subhanallah…. tidak ada rasa bosan sama sekali, bahkan malah pada semangat mengikuti acara! Pokoke rugi lah ya… yang nggak sempat ikut,†demikian salah satu pernyataan salah seorang peserta workshop.
“Workshop ini menarik dan menggugah, nggak bikin ngantuk! Datang lagi ya Bu ke Belanda. Ditunggu lho Bu…Soalnya disini pada kekurangan ilmu parenting.†Tulis peserta lain dalam pesan dan kesannya. “Alhamdulillah Allah bukakan hati saya untuk datang di workshop Salamaa, walau saya hanya dua hari mengikutinya. Subhanallah betapa bagusnya materi yang disampaikan oleh ibu Elly dan cara menyampaikanya juga bagus! Pokoknya ngga rugilaaaaaaaaaaaaaaaah! Banyak sekali manfaatnya buat diri saya pribadi yang ternyata selama ini banyak kesalahan dalam mendidik anak. Tetapi Alhamdulillah semuanya belum terlambat,†komentar seorang peserta mengungkapkan perasaannya.
Saat workshop, peserta memang ada yang berniat hanya datang pada hari pertama. Tapi setelah melihat kepiawaian ibu Elly dalam menyampaikan materi dan juga pentingnya materi yang disampaikan, beberapa peserta malah bela-belain datang di hari selanjutnya. Sejak pembukaan dimulai, ibu Elly telah berhasil memikat peserta dengan materi yang menarik dan joke-joke yang menyegarkan.
Pembukaan hari pertama, tanggal 1 Juni 2007 diawali dengan sambutan dari ketua Salamaa, Khairina, yang bercerita sedikit tentang latar belakang Salamaa dan juga pentingnya acara workshop. Selanjutnya Mw. Van Bolten, wethouder Delft (pejabat pemerintah daerah yang bertugas seperti menteri tapi untuk level pemda-red), dalam sambutannya mengungkapkan tentang Screen age era. Betapa anak-anak masa kini hidup dalam era ‘layar’. Anak-anak yang seharusnya lebih banyak bergerak dan beraktivitas menjadi pasif, ‘tersihir’ oleh layar TV, layar Hp, layar komputer, dan layar lainnya. Menyambung sambutan Mw Van Bolten, ibu Elly pun mengamini masalah screen age era beserta dampak negatifnya yang detilnya akan dibahas dalam workshop hari kedua. Acara pembukaan ditutup oleh bapak Firdaus, mewakili bapak Duta Besar KBRI Belanda, Junus Effendi Habibie, yang berhalangan hadir. Bapak Firdaus, menyatakan dukungan positifnya terhadap acara workshop yang diselenggarakan oleh Salamaa.
Sesie pertama pada pukul 14.30 dimulai dengan materi ‘Komunikasi Efektif dalam Pengasuhan Anak’. Dalam sesie tersebut ibu Elly memaparkan tentang sepuluh kekeliruan yang kerap dilakukan orangtua dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya. Dengan bersama-sama menyanyikan lagu ‘Berubah Yuk’ ibu Elly mengajak peserta untuk mulai merubah cara berkomunikasi peserta dengan anak. Setelah break sholat ashar dan makan malam, pukul 18.30 peserta mengikuti sesie kedua dengan semangat baru. Pada sesie “Komunikasi dengan Remajaâ€, ibu Elly menekankan pentingnya mengajari anak untuk belajar ‘BMM’ (Berpikir, Memilih, Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut). Ibu Elly juga mengatakan bahwa inti dari pengasuhan adalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan. Di akhir sesie ibu Elly memberikan kiat-kiat bagaimana berkomunikasi dengan remaja. Dan kunci sukses parenting remaja adalah,â€Rubahlah diri kita sendiri dulu!†begitu pesan ibu Elly.
Keesokan harinya, ruangan workshop tampak lebih padat karena sekira 70 orang peserta ditambah beberapa peserta dadakan tak mau ketinggalan mengikuti acara. Sesie hari kedua dibuka dengan topik “Menjadikan Ibadah Anak Kita Menyenangkan.†Pesan terpenting dari sesie ini adalah agar orangtua merubah cara pandang,â€Anak bukan hanya bisa tapi suka beribadah!†Demikian ibu Elly menegaskan. Untuk mencapainya, kita tak bisa membiarkan jiwa-jiwa anak kita kempot. “Bagaimana mau beribadah menyenangkan kalau jiwa-jiwa anak terbengkalai?†Pertanyaan retoris dari ibu Elly tersebut menggambarkan betapa pengasuhan anak itu sesungguhnya bukan pekerjaan main-main. Artinya peran ayah dan ibu sebagai partnership sangat diperlukan untuk menyehatkan jiwa anak-anak. Ibu Elly membeberkan data-data tentang pentingya peran ayah dalam pengasuhan. Sekira sepuluh peserta bapak-bapak yang mengikuti acara mendapat tepuk tangan meriah sebagai penghargaan karena telah mau hadir ke acara workshop dan peduli dalam pengasuhan anak. Selain itu ibu Elly juga menekankan tentang pentingnya ‘ber-3B’ dalam mengasuh anak, yaitu bersungguh-sungguh, berencana dan bersengaja.
Sesie keempat walaupun dimulai pukul 13.30 siang, sepertinya tak membuat peserta mengantuk. Peserta malah enggan meninggalkan kursi walau sejenak, karena di layar monitor diputar potongan adegan film dan sinetron yang seru dan membuat mata peserta terbelalak. Tarikan nafas panjang, wajah-wajah sedih, kaget, gelengan kepala dan kata-kata seperti “Ck…ck..ck..Ya Allah..Astaghfirullahaladzim…,†kerap terdengar dalam sesie kali ini. Tentu saja, karena dalam topik ‘Dampak Negatif Media terhadap Perkembangan Spiritual dan Kejiwaan Anak,†ibu Elly membeberkan fakta-fakta dan data tentang betapa berbahayanya dampak teknologi dan media bagi anak-anak kita. Menit-menit terakhir hari kedua diisi dengan tips-tips yang harus dilakukan oleh orangtua untuk mencegah dampak negatif tersebut.
Berbeda dengan dua hari sebelumnya, hari terakhir workshop diawali dengan suasana haru. Sambil terisak, seorang peserta menceritakan pengalamannya sebagai anak yang merasa menjadi ‘korban’ salah asuhan orangtua yang terlalu diktaktor. “Semoga tidak ada lagi ‘korban-korban’ lainnya, mari kita berubah!†lagi-lagi ibu Elly mengajak peserta untuk melakukan perubahan. Selanjutnya, peserta memasuki topik “Pede Bicara Seks dengan Anak Anda.†Dalam sesie kali ini peserta dibuat tergelak-gelak melihat aksi peserta lain yang diminta maju ke depan. Dalam simulasi ‘anak-orangtua’ yang sedang bertanya soal seks, terjadi banyak kelucuan yang membuktikan bahwa menjawab pertanyaan soal seks itu ternyata memang tak gampang. Tapi agar kita tidak kaku lagi bicara seks dengan anak intinya adalah,â€Tenang, ungkapkan perasaan, cek pemahaman, jelaskan secara singkat dan sederhana, serta kunci dengan agama,†jelas ibu Elly.
Akhirnya, tiga hari berlalu tanpa terasa. Setelah acara bunga rampai selesai, workshop ditutup dengan pemberian cendera mata dan foto bersama. Walaupun padat dan cukup melelahkan, namun beberapa peserta malah merasa kekurangan waktu. â€Alhamdulillah, ilmunya bermanfaat sekali. Tapi waktunya kurang nih, mestinya dibikin empat hari!†begitu ucapnya. Peserta lain yang menyatakan sangat puas dengan workshop ini bahkan mengatakan, “Lebih dari harga berlian yang saya dapatkan!†Wow!
Ya, begitulah. Acara yang bermula dari sebuah kekuatan kehendak itu, selesai sudah. Melihat respon yang masuk, tentu hilang lelah kerja keras panitia. Acara sukses, peserta puas, pembicara pun bahagia. Namun masih ada satu tanda tanya. Mampukah kita menerapkan ilmu yang berguna itu dalam rumah-rumah kita? Berusaha dan berdoa, tentu itu lah yang harus kita lakukan!
Semoga ilmu yang didapat tidak hanya berjejak satu atau dua hari. Tapi semoga bisa menguat mengakar selalu dalam hati. Sehingga manfaatnya akan terus mengalir dalam diri kita, anak-anak kita dan sekeliling kita nanti. Seberat apapun tantangan dalam mengasuh anak-anak kita, dengan ilmu dan bimbinganNya, Dia jua lah yang memudahkan. Karena jika niat terhunjam kuat, lagi-lagi seperti kata Coelho, dengan caranya sendiri semesta akan berkolaborasi mendukung kita! (Agnes Tri Harjaningrum, Belanda)
Comments are closed.