When eleventh comes, beyond tenth, our heart’s joy
When eleventh comes, cudlle us, our lips smile
When eleventh comes, wake us up, our soul flies
Continue reading “When Eleventh Comes”
Usia Baru Fase Baru
Kemarin hari ulang tahunku.
Sudah tua rasanya aku.
Begitu cepat hari berlalu,
tiba-tiba saja, anak-anakku sudah bisa merencanakan acara seru.
Aku begitu terharu.
Duh Tuhanku, betapa kufurnya aku kalau tak mensyukuri semua nikmatMu.
Salah satu tahun tersulit dalam hidupku adalah tahun lalu.
Lahir dan batinku rasanya diadu-adu.
Air mataku sering meluncur tak menentu.
Tapi janji Allah tak pernah palsu,
sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, aku sangat yakin itu.
Dan setelah semua berlalu,
ada keindahan, kenikmatan, yang tak terbilang,
bersemayam dalam relung hatiku.
Kadang aku kerap merindukan rasa itu.
Rasa yang munculnya, aneh, selalu ketika hari-hariku sedang kelabu.
Ya, sebetulnya tidak aneh,
bukankah Tuhan beserta orang-orang yang remuk hatinya, kata temanku.
Ya, aku sangat setuju.
Karena pengalamanku juga berbicara begitu.
Kini, tiga bulan berlalu, setelah lewat tahun baru.
Usai semua kejadian itu, aku benar-benar mengalami fase baru.
Kota tempat tinggalku, rumahku, kegiatanku, semua baru.
Dan aku sangat menikmati itu.
Terimakasih Tuhan, janjiMu memang tak pernah palsu
Semoga fase baru ini semakin membuatku bermutu dimataMu
Tanda-tanda?
“Yah ini bagus ga?” Aku kecentilan begaya-gaya di depan suamiku.
“Bagus.” *Kepalanya nengok bentar, terus matanya balik ke kompi.*
“Yah ini kan murah lagi discount, dari 40 euro jadi 5 euro coba, keren kan.”
“Iya Ma. Kereen.” *Ngeliat lagi ke aku bentar, lalu si mata balik lagi depan kompi.*
“Yah, kata temenku beli panci mending yang sekalian mahal biar awet, ga nyampah, kan sayang lingkungan juga kan Yah. Bole ya beli ya.” *ngerayu mode on*
“Iyaa.”
“Mumpung murah ni yah, kalo di toko mahal banget lo, mana ini ongkos kirim gratis lagi, ga pa pa kan Yah, kan pake duit keringetku sendiri ya kan Say.”
“Iya Ma boleeh.” Continue reading “Tanda-tanda?”
Ajari Aku Memeluk Duri
Tuhan,
Rasa ini seperti duri
yang menusuk-nusuk kaki
Tuhan,
Andai aku boleh bilang
Aku ingin selalu terbang
Tuhan,
Duri ini tak nyaman
Tapi aku sungguh paham
Ia adalah tamu kehormatan bukan?
Tuhan,
Ajari aku memeluk duri
Agar aku lagi-lagi tak begini
Tuhan,
Aku juga paham
Tamu-tamu itu Kau pergilirkan bukan?
Namun,
Mengapa aku tak juga belajar
Oh Tuhan, tolong!
Ajari aku memeluk sang duri!