Malik Pergi ke Thuiszorg

Hari ini Malik bolos sekolah karena harus pergi ke Thuiszorg di Corpus de horn. Thuiszorg itu adalah semacam klinik untuk anak-anak berusia 0 sampai 4 tahun. Disana ada perawat dan dokter yang akan selalu memeriksa tumbuh kembang anak, dan imunisasi anak. Jadi semua urusan mulai dari sulit makan, tidur, pertumbuhan TB dan BB anak, semua di lakukan disitu. Mungkin seperti posyandu di Indonesia barangkali ya. Tapi kalau yang ini mengurusi anak satu kota, lebih lengkap dan gratis lagi. Tiap anak pasti dijadwal untuk bertemu dokter dan perawat tiap beberapa bulan sekali tergantung keperluannya.Waktu baru datang ke Groningen ini, kami dikirimi surat untuk mengisi lembaran imunisasi apa saja yang sudah didapat sama Malik. Tapi karena aku masih pusing dengan masalah adaptasi, lalu baca artikel-artikel tentang vaksinasi yang masih pro kontra, jadinya aku cuekin si surat itu. Ternyata, seorang perawat dari sana datang ke rumahku. Dia heran kenapa aku tak membalas surat itu. Wah aku bilang “Sory, I didn’t answer because I’m still confused to decide whether I will give vactination for my son or not”. Ya, kami ngobrol seputar tumbuh kembang Malik dari lahir, mulai dari berat lahir, panjang badan, apgar, kapan dia mulai bicara, jalan, dan lain-lain. Aku ingat betul semua tentang Malik karena aku mencatatnya, tapi lupa, semua catatan itu tak kubawa.

Tadi, kami menemui suster itu lagi. Dia bertanya, “Do you have any question or any problem about Malik?” Ayah yang mulai tanya, tentang feeding, sama sleeping time nya Aik. Anak-anak kan suka tidurnya jam 9 atau 10 malem, sedangkan anak sini tidurnya jam 7 atau jam 8 malam. Ya, suster itu hanya bilang, itu masalah kebiasaan atau aturan yang harus ditegakkan. Aku juga sudah tahu teorinya, anak harus punya koridor, aturan. Anak usia egosentris memang selalu melawan, negativistik, tapi orangtua tetap harus memberi aturan dan koridor. Anak akan merasa lebih nyaman dan aman ketika hidupnya teratur.

Informasi lain yang penting dari suster tadi, karena disini cahaya matahari kurang, anak sampai 4 tahun harus diberi tambahan vitamin D. Untuk vitamin lain, Huisart sendiri tidak menganjurkan apapun bila makanan anak dirasa sudah cukup. Tapi, untuk vitamin D aku pikir memang perlu ya.

Oya tadi aku juga bertanya, kemana aku bisa mencari psikolog untuk lala. Suster itu menganjurkan aku bertanya pada pihak sekolah, karena di sekolah tersedia katanya.

Setelah itu, kami harus menunggu agak lama, baru kemudian bertemu dokter. Dokternya masih muda, bahasa Inggrisnya aku pikir juga kurang bagus. Dia banyak tak mengerti apa yang ku bilang. Dia juga berkata sama, apakah aku punya pertanyaan tentang Malik atau tidak. Malik diperiksa mata tadi. Disuruh pakai kacamata kuda he he, warna coklat besar, satu mata ditutup, bergantian. Malik pintar ketika disuruh menunjuk semua benda yang ada, dia bisa menjawab dengan tepat seperti clock, house,cat, dan auto. Campur-campur pakai bahasa Inggris dan Belanda. Setelah itu diperiksa mata pakai opthalmoscop, diraba leher, dperiksa suara paru-paru, perut , scrotum dan penis.

Oya, tadi aku sempat sedikit bersitegang dengan si dokter. Walaupun WHO, IDAI sudah memberikan penjelasan tentang amannya MMR dan thimerosal. Tapi aku ingin mendapat penjelasan lebih dari dokter disini. Aku bilang, aku masih belum bisa memutuskan apakah anakku mau divaksinasi BMR atau tidak. Aku bilang, waktu malik usia 15 bulan, saat seharusnya di MMR, waktu itu sedang booming pro kontra MMR menyebabkan autism. Si dokter bilang, “it’s good”. Aku bilang, ya aku tahu bagus, tapi kenapa ada banyak dokter, yang tidak setuju. Aku baca dari internet. Terus dia bilang, “You know internet…” Dalam hati aku agak-agak kesal. Whats wrong with internet?.

Aku bilang juga akhirnya,” aku juga baca dari buku dok. Kenapa buku itu ada, kalau kasusnya tidak ada?” Maksudku, aku ingin dia menjelaskan bagusnya dimana dan kenapa, tapi dia cuma bilang bagus. Ya akhirnya aku bilang, aku perlu informasi untuk bahan pertimbangan. Oke akhirnya dia kasih, tapi dalam bahasa belanda. Walah bahasa Belandaku baru level 1 euy…
Ya…akhirnya, Malik akan disuruh balik lagi ketika usianya 3 tahun 9 bulan nanti. Rencananya mau divaksin DPT ulang. Begitulah cerita Thuiszorg hari ini….

Lala sakit lagi

Kemarin, lala nggak masuk sekolah lagi. Sebetulnya sih karena ayah telat bangun gara-gara nyambangi tamu sampe after midnight. Tapi juga karena hidung lala mulai meler dan batuk. Sakit lagi….sakit lagi. Hari ini dia bolos lagi, karena batuknya semakin menjadi. Jam 10 pagi aku antar dia ke huisart, dokter keluarga. Awalnya si dokter cuma tanya ke aku ‘Do you know how many times children get sick every year?” Aku bilang, “I don’t know exactly, 5 time maybe”. He he terus dia ketawa, “You should read a journal, children get sick 12 time a year. Its common in children, viral infection”.“O, ya, it means children can get sick one time a month, but lala, one time a week dok… I’m just worried about her school, she always absent every week”. Baru deh dia agak-agak mikir, bete juga sih tadi karena hampir disuruh pulang begitu saja tanpa dikasih apa-apa. Waktu aku bilang ” She has asma in Indonesia dok, is it possible that her cough happen because her asma, mild asma maybe?” Wah aku bener-bener belagak pasien bodoh aja. Padahal aku tau betul dari buku Tatalaksana terbaru asma, bila ditemukan gejala tunggal hanya batuk persisten saja, tanpa ada gejala klasik asma lain seperti wheezing dan sesak, harus dipertimbangkan adanya suatu hipereaktif jalan nafas (HRB) yang merupakan suatu gejala serangan asma. Therapinya juga sama dengan terapi asma klasik. Buktinya, tiap lala batuk sering gitu, terus aku kasih obatnya Malik mendingan tuh. Aku pinginnya lala dirujuk ke spesialis biar dapat obat kaya Malik juga, biar ga minta punya Malik. Tapi si dokter nggak berpikir ke arah asma, sebel deh.

Si dokter terus meriksa lala, karena dia tidak menemukan suara apapun di paru-paru lala, dia cuma bilang,” that is not asma, there is nothing on her lung”. Hmh sebel deh, iya dok..iya…tapi… aduh tadi aku lupa pula istilah HRB, yang jelas aku pingin lala dirujuk ke spesialis anak. Akhirnya aku tanya lagi, “It could be there is something in her imune system dok..?” Terus dia bilang, biasanya gejalanya more severe kalo ada gangguan sistem imun. Dia cerita “My doughter has system imune disease an get a bone marrow transplantation, but the case is very rare”. Karena aku keukeuh , worrie about her school, akhirnya dia kasih aku surat buat ke laboratorium, buat periksa darah rutin sama CRP. Ya lumayan lah daripada suruh pulang nganggur. Harusnya sih periksa sekarang, tapi kan ayah lagi ke Utrech, jadi paling baru besok deh…