‘Night For Atjeh”

Hari Kamis, tanggal 13 Januari 2005 ada acara “Night for Atjeh” di Grote Mark. Acara ini diselenggarakan oleh PPI Groningen dan bertujuan untuk menggalang dana bagi Aceh. Bunda hanya bisa menyumbang tenaga dengan membuatkan baso tahu dan siomay untuk dijual di acara tersebut. Ayah sebetulnya diminta untuk presentasi tentang rencana jangka panjang bagi Aceh, tapi karena sedang sibuk, ayah hanya menyanggupi untuk membaca puisi.

Acara dimulai jam 5 sore, tapi karena bunda belum selesai membuat siiomay, akhirnya kami baru tiba disana pukul 6 sore. Acara berlangsung di luar ruangan. Wuih dinginnya bukan kepalang… merasuk sampai ke tulang rasanya. Suhu udara saat itu sekitar 2 derajat C. Awalnya, anak-anak tak tahan, selalu mengajak pulang, mungkin karena mereka lapar dan mengantuk. Tapi setelah bertemu kawan-kawan dan acara semakin seru, barulah mereka menikmati acara tersebut.

Bunda hanya membawa siomay 45 buah dan baso tahu 30 buah. Ternyata, tak disangka, hanya dalam hitungan menit, jualan bunda ‘sold out’. Hampir semua makanan yang dijual kali itu memang laris manis dibeli pengunjung. Para pengunjung yang membeli makanan tersebut mungkin malah merasa beruntung karena bisa mencicipi makanan khas Indonesia sekaligus bisa menyumbangkan dana. Pengunjung yang datang sebagian besar adalah warga Indonesia yang tinggal di Groningen. Tapi banyak pula warga belanda yang kebetulan lewat kemudian tertarik menonton acara tersebut dan membeli berbagai panganan yang dijual. Tak lupa pula diedarkan kencleng bagi pengunjung yang ingin menyumbangkan sejumlah uang bagi Aceh. Pengedaran kencleng bagi pengunjung di tempat tersebut sebetulnya sudah dilakukan sejak hari Senin. Kamis malam ini adalah puncak acara. Ternyata, uang yang terkumpul seluruhnya lumayan juga, 3480 Euro, cukup banyak kan…

Hampir seluruh pengunjung berkata sama, acaranya sukses dan cukup menarik. Semacam happening art dengan menyajikan tari Saman dari Aceh, puisi, penjelasan tentang Tsunami, serta sambutan dari bapak walikota Groningen dan Dubes RI untuk Belanda,bapak Mohamad Yusuf. Oh ya, ada pula acara Fashion show, peragaan busana khas Indonesia serta tari garuda yang dibawakan oleh bude Nani. Tak lupa pula lagu-lagu khas Indonesia yang dinyanyikan oleh Tante Opie dan teman-temannya.

Selama acara berlangsung, Lala sibuk berlari-larian dengan teman-temannya. Tapi lucunya, ketika om Buyung maju ke depan untuk mempresentasikan tentang ‘Fisika Tsunami’ Lala malah meninggalkan teman-temannya, dan asyik bertanya ini itu pada ayah.
“Itu apa yah, kalau yang merah itu gambar apa yah?” Wah pokoknya ayah sampai kewalahan menjawabnya.

Oya ketika 3 orang tante sedang menyanyikan lagu daerah Indonesia, kami berputar-putar membentuk lingkaran sambil sedikit berjoget. Seru lho. Lalu dipenghujung acara, semua orang diminta naik ke panggung menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Setelah itu Lala dan Aik malah ingin ikut naik ke panggung, hmm pede juga ya mereka. Sekitar pukul 20.30, acara selesai dan pulanglah kami kerumah dengan lelah dan puas tentu saja.