First Exam

Pulang kuliah hari senen lalu, aku dan beberapa orang temenku sengaja ke mall refreshing karena kami baru aja selesai ujian pertama. Dan ya ampuuun asli, aku ga bisa menikmati blas acara refreshing itu yang ada aku kepikiran melulu sama hasil ujian. Kebeneran aku nyasar jadi misah sama temen-temenku, saat itu karena hatiku ga karuan rasanya, aku mutusin untuk duduk di kursi yang disediakan buat istirahat di antara jejeran tas-tas dan sepatu-sepatu di Karstadt shopping mall di Zoologish Garten. Hatiku campur aduk ya bete ya sedih, ketambahan memang lagi PMS juga, ya akhirnya aku Cuma bisa tenger-tenger di kursi sambil melongin hape, sms suamiku. “Yah, help me..aku down banget, perasaan aku udah belajar mati-matian, ga pernah dugem, pulang sekolah belajar, weekend juga belajar, hidupku cuma buat belajar dan belajar tapi koq ujianku hasilnya kacau balau sih hiks hiks.”

Memang sih bukan Cuma aku aja yang ngalamin, rata-rata temen-temenku juga mengeluhkan hal yang sama. Karena, bayangin aja, bahan scabre-abrek, soalnya separo multiple choice, separoh essay. Yang multiple choice sih gampang, tapi yang essay kan harus hapal mati plus ada soal statistik juga. Soal epid dan statistik rada mending karena pengertian, tapi kalau yang hapal mati kan gambling. Memang semua bahan dibaca, tapi kalau cuma baca sekali mana lah bisa menjawab soal essay yang isinya titik-titik harus jawab 5 sampai 8 item. Alhasil kami banyak yang ngerasa kacau deh jawab soal essaynya.

Malemnya aku telpon suamiku minta support. Untungnya seperti biasa deh suamiku tea, selalu mengajakku berpikir positif. Dia bilang,”Ma, kan jalannya memang selalu kaya begini, susah-susah dulu baru terus lancar, semua pengalaman kita bicara begitu kan. Ayah yakin koq mama bakal fine-fine aja, sekarang Cuma diuji aja dulu seperti biasa.” Lalu aku juga diingetin sama video China got talent, yang anak muda ga punya tangan karena waktu umur 10 tahun kecelakaan listrik, tapi semangatnya luar biasa buat main piano. Dan anak itu punya ibu yang hebat yang selalu menyemangati anaknya,”Pilihan hidupku hanya dua, mati sia-sia atau berkarya, dan siapa bilang main piano harus pake tangan?” begitu katanya. Dan akhirnya jadilah dia anak muda yang langka, bermain piano dengan jari-jari kakinya dengan suara yang indaaah banget ga kalah sama yang pake jari tangan.

Video itu bikin aku mikir. Kata-kata suamiku juga bikin aku tambah mikir.“Ga usah pikir orang lain Ma, mau mereka pinter, mau mereka nilainya bagus, semua orang punya tugas masing-masing. Ayah yakin Mama akan berhasil. Lagipula bule-bule itu mereka kan hidupnya dan belajarnya cuma pake pikiran, coba sekarang Mama kaya anak yang main piano itu, belajarnya ga cuma pake pikiran, tapi pake hati. Siapa bilang belajar harus pake pikiran? Serahkan semua ke Allah yang penting udah usaha, sisanya serahkan sama Allah.“ Duh tambah-tambah deh aku mikir semaleman. Tapi akhirnya pelan-pelan semua kata-kata itu meresap dalam diriku. Besoknya aku happy lagi dan semangat sekolah lagi. Ya, aku bisa ada disini karena Dia dan apapun yang terjadi kuserahkanlah padaNya, yang penting aku udah usaha. Tampaknya, hukum alam itu lagi-lagi memang akan terjadi, hukum nari-nyaris, hukum bahwa hidup ga pernah mulus-mulus, hukum bahwa kegagalan hanyalah sukses yang tertunda, asal kita percaya.