Mimpi dan Titik Sejati

Sepertinya aku harus mengganti mimpi
Sepertinya asa ku terlalu tinggi
Rasanya, aku tidak memijak bumi

Mimpi, aku tak ingin berhenti
Mimpi, bersamamu aku bak bidadari
Mimpi, kau membuat hidupku berseri
Tapi mimpi, bukankah aku harus tahu diri?

Kini, pendulum itu bergerak lagi
Kencang sekali
Membuat langkahku terhenti
Membuat hatiku berguncang, ke kanan dan ke kiri

Haruskah aku mengganti mimpi?
Meski ia bukan pilihan sejati?

Ah, tapi siapa bilang itu tak asli?
Bukankah hidup memang teka teki?

Mimpi, aku tak pernah ingin berhenti
Tanpamu aku bisa mati

Mimpi, hanya satu pintaku kini
Tolong, biarkan pendulum itu tenang lagi
Tolong, tetapkan aku pada satu hati

Tanpa perlu mengorbankan banyak hati?
Ah, kalau ini pasti hanya bualan di siang hari

Mana bisa kita mendaki tanpa pegal pegal di kaki?
Mana bisa kita sampai ke tepi tanpa peluh dan daki?

Ya tapi, kalau semua membuatmu hampir mati
Apa artinya lamunanmu tak terlalu tinggi ?

Ah mimpi, kau membuatku terbang tinggi
Tapi juga menjatuhkan aku ke jurang tak bertepi

Tapi mimpi,
Aku tahu pasti sesungguhnya engkau baik hati

Tolong,
Biarkan sang panah melesat ke titiknya yang sejati

Tolong,
Jangan biarkan aku berhenti mendaki
Karena aku, tak ingin mati…

Bordeaux, 13 Maret 2011
Ketika sang pendulum bak gasing beraksi