Aku membara
Rasanya ingin berhenti saja
Aku tersiksa
Harus memilih antara dua neraka
Dan hari itu
Kau buat aku tak mengenalmu
Karena kau yang merelakanku pergi
Karena kau yang sangat sibuk mengurus itu ini
Belum lagi urusan rumah dan para kurcaci
yang menguras energimu hingga titik tertinggi
Dan lalu
Aku pun meradang
Mengeluarkan semua perih yang selalu kusimpan
Menumpahkan segala keluh dan tekanan
Namun tak kubaca satu kata pun engkau menyalahkan aku
Tak ada satu kata pun balasmu memarahi aku
Malah diujung suratmu, selalu tak lupa kau bilang, ‘I love you’
Namun hatiku sekeras batu
Ledakan itu seperti peluru lagi-lagi menghampirimu
Hingga kuangkat telepon genggamku
Dan kudengar suaramu lirih memanggilku,
’My princes, maafkan aku…’
Namun aku memang batu
Meski ada yang hangat di hatiku
Kukatup bibirku erat seperti perekat itu
Diam. Membisu.
‘Maafkan aku Cinta, tak seharusnya aku begitu’
Katamu lagi dan lagi
‘Semua salah itu ada padaku
Telah kuijinkan kau pergi menuntut ilmu
Tak seharusnya aku lupa janjiku saat menikahimu dulu
Untuk menafkahi lahir dan batinmu
Apapun yang terjadi, meski jarak terentang jauh
Meski waktu terpisah jauh
Untuk selalu memerhatikanmu
Mendengarkanmu kapanpun kau perlu
Selelah apapun aku, sesibuk apapun diriku
Karena kau adalah tanggungjawabku
Karena mengijinkanmu pergi
artinya adalah merelakan segala bebanmu ada di pundakku.
Jangan, jangan pernah kau salahkan dirimu, Cinta
Kau tak pernah salah. Akulah si salah itu, pemimpin yang sejenak lupa akan ikrarnya dahulu’
Dan aku hanya bisa menangis tergugu
Mendengar semua itu
Tuhan, Kau buat dari apa hatinya?
Dengan segala beban yang kian menggila
Dengan segala amarahku yang bak peluru menembaknya
Masih saja dia seperti itu, seperti belasan tahun lalu
Saat pertama aku mengenalnya dulu.
Tenang bak samudra meski menelan sampah sekotor apa
Tetap menebar cinta meski diserang ribuan bara
Tak kan pernah habis air mataku mengingat semua itu, Cinta
Tak kan pernah habis tinta penaku menulis semua catatan kebaikanmu
Karena kau begitu berharga
Karena kau adalah sejatinya belahan jiwa
Terimakasih Tuhan untuk sebuah cinta dihatiku dan hatinya
Kumohon Engkau tetap jaga
Bubat, 12 Oktober 2012
Untuk belahan jiwaku seorang yang darinya aku belajar arti sejatinya cinta