Parenting Blues (Part 1)

“Yah, aku lagi kena Parenting Blues nih Yah!” Mendengarnya suamiku langsung mengernyitkan dahi lalu melebarkan senyumnya. “Sekarang penyakit Mama keren-keren ya, canggih-canggih banget, modern banget hehehe. Sekarang parenting blues. Rasanya seminggu yang lalu baru ngeluh kena writing blues deh, sebelumnya lagi baru kena cooking blues, baking blues. He he he…hebat tenan!” Suamiku ngeledek.

Lha koq malah ngeledek. Bener lho, tenan, sueer… aku ini kayaknya lagi kena Syndrom Parenting Blues. Memang sih nama penyakitnya aku karang-karang sendiri, tapi maksudnya kalau yang ada blues-blues nya kan asosiasinya ke arah penyakit depresi alias yang negatif-negatif terhadap sesuatu gitu. Soo..boleh kan aku bikin nama penyakit baru buat diriku sendiri hehe.

Soalnya aku tuh lagi malees banget berurusan sama yang namanya pengasuhan. Baca-baca buku parenting bukannya malah bikin semangat malah bikin aku down. Baca artikel-artikel parenting malees banget. Yang ada aku malah bacain berita-berita dan gosip artis. Duh parah! Lho itu mah biasa atuh, nggak pake acara kena parenting blues juga, emak-emak dimana-mana senengnya pan memang baca gosip hehe.

Iya, tapi selain itu aku juga lagi nggak mood banget mengasuh anak-anak dengan baik yang sesuai teori-teori gitu. Yaa..mengalir begitu aja, malah cenderung ignore kalau inget peer ku sama anak-anak yang bejibun. Kalau lagi kesel akhirnya aku diem aja sama anak-anak. Lebih baik begitu daripada aku marah-marah dan mengeluarkan kata-kata aneh ke anak-anakku.

Hmm…penyebabnya apa ya? Wah penyebabnya banyak deh, sibuk bikin kue pesenan mungkin salah satunya hehe. Tapi yang jelas puncak-puncaknya beberapa hari lalu. Saat itu air mataku sampai bercucuran. Aku sampai meratap sama Allah,”Ya Allah, susah bangeet sih jadi orangtua. Padahal sejak anakku lahir, aku tuh udah berusaha banget ya Allah. Berusahaa banget buat jadi orangtua yang baik. Aku lahap buku-buku dan majalah parenting. Aku ikutin seminar-seminar terbaru. Aku coba terapkan semuanya ke anak-anakku, walaupun tentu aja nggak sempurna, banyak trial error dan mungkin lebih banyak errornya. Tapi koq kayak gini ya hasilnya. Koq rasanya semua percuma….hiks…hiks…hiks…” Begitu ratapanku.

Memangnya ada apa sih sampe segitunya? Ya begitu lah, aku sadar banget koq bahwa anak-anakku itu berbeda, nggak bisa disamain sama orang lain, unik. Aku juga tahu bahwa my daughter itu banyak berbedanya sama anak seusianya. Mungkin karena dia gifted dengan disinkroni tea, atau apa? Ah nggak ngerti, aku juga belum tau pasti. Yang jelas, aku tahu bahwa dia berbeda. Yaa…kalau dalam kondisi normal sih, aku bisa banget memahami dia. Tapi nggak mungkin kan aku selalu dalam kondisi mood. Nah karena aku sedang mengalami parenting blues, lalu dilanjutkan dengan ulah anakku yang bikin ngilu, akhirnya duoor! Meledaklah tangis dan ratapan itu.

Ceritanya, waktu itu aku sama kedua anakku dan teman anakku baru pulang dari belanja. Belanjaanku banyaak banget dan aku harus membawanya naik ke rumahku yang berada di lantai dua. Tanpa diminta, temen anakku itu langsung membantuku membawa barang-barang belanjaanku ke atas dengan riang pula. Sedangkan my daughter? Oh no! Ia hanya melenggang kangkung saja membawa tas dan jacketnya! Duh Allah… ngiluuuu… rasanya hatiku! Hancur semua rasanya. Percuma aku selama ini menerapkan teori-teori pengasuhan yang kubaca, ternyata nggak ngepek! Hiks. Belum lagi kalau inget kejadian-kejadian lain yang menunjukkan betapa cueknya my daughter, Oh!

Padahal aku tahu banget, orangtua temen anakku itu tipe yang nggak neko-neko. Mereka mengasuh anak ya seperti pola pengasuhan orang tua masa lalu. Pola pengasuhan yang aku dan suamiku berusaha hindari. Tapi mengapa didikan yang seperti itu malah bisa menghasilkan anak yang tau menempatkan diri dan punya empati? Sedangkan anakku? Hiks..hiks… Oke! Kalau begitu, percuma aku ngikutin teori! Yang ada aku cuma capek dan capeeek…sedangkan hasilnya? niks! Hu…hu…hu…Aku mutung!

Bukan cuma itu yang bikin ngilu. Waktu diajak sholat malam sebelumnya, my daughter bilang gini sama ayahnya,”Ayah boleh kan aku bilang keinginanku? Aku nggak suka sholat. Aku nggak mau sholat!” Huaaa! Geger gonjang-ganjing! Hatiku semakin teriris rasanya. “Ya Allah…aku capek! Aku berhenti! Aku prustasi! Aku mau sekolah aja ya Allah! Aku nggak mau pusing sama semua ini ya Allaah! HEELP ME….” ratapku lagi.

Untungnya, dalam kondisi seperti itu, selalu saja ada yang menarikku untuk kembali ke dalam diri, mengambil sajadah dan menumpahkan semua kepadaNya. “Engkau sangat dekat kan Allah, sedekat urat nadiku kan Allah. Peluk aku, sirami aku dengan kesejukan itu Allah ku. Tolong aku… Aku tak sanggup mendidik anak-anakku kalau bukan Engkau yang memampukannya ya Allah. La haula walau quwata illah bilah…Mereka milikMu ya Allah…Beri aku kekuatan…beri aku kekuatan….” Seperti debu yang tersapu, perlahan kotoran itu sirna. Tetes-tetes air mendinginkan hatiku.

Boleh lah aku sedang down dalam urusan parenting, tapi ternyata Allah mengulurkan bantuaNya dengan caraNya.Keesokan harinya, ketika aku masih belum ingin menyentuh buku-buku parenting, teori-teori parenting. Ketika semangatku dalam hal parenting belum bangkit, dengan berapi-api suamiku menceritakan tentang buku ‘Google’ yang sedang ia baca.

Suamiku mana sempat baca buku atau artikel parenting. Dia juga kurang minat, ada banyak buku lain yang lebih menarik untuknya. Selama ini dia percaya saja padaku dan menerima saja forward-forward artikel parenting yang aku kirim. Seringnya dia lebih banyak mendengarkan aku ngoceh soal parenting, dan kemudian mengiyakan atau menambah masukan-masukan dalam diskusi kami.

Apa yang terjadi? Suamiku tersengat saat membaca buku ‘Google’! Apa hubungannya ‘Google’ dengan parenting? Jauh memang, tapi banyak hal baru yang dia dapat dan membuatnya bersemangat menerapkan pola-pola baru pengasuhan dalam keluargaku. “Aduuh pusing Yah, aku belum mau diskusi soal parenting. Cerita Google ujung-ujungnya ngomongin rencana ke anak-anak. Biar ngalir aja lah apa adanya Yah. Toh teman anak kita itu, dengan pola pengasuhan masa lalu seperti itu, anaknya juga hasilnya bagus.” Keluhku. Suamiku tak bergeming. “Oke Ma biar Ayah yang mulai terapkan ke anak-anak. Mama santai-santai aja ya,” hiburnya.

Apakah yang membuatnya tersengat itu? Tunggu kelanjutannya di bagian kedua…ceilee…kayak pelem ajah hehe…

7 Replies to “Parenting Blues (Part 1)”

  1. saya tahu saya tahu…
    cerita masa kecil google dan pengaruhnya ke dlm diri google kan?
    *dah ngintip promosi bukunya soalnya…*

    eh, maaf ya kak…asal komen (sok tahu lg)
    slm kenal dr jpg. pernah ikutan smnr ol wrm, trus nyasar kesini…

    makasih sharingnya…
    ditunggu lanjutannya yaa

    smg kita semua dikaruniakan ilmu plus sabar dan pahala ber;impah drNya, termasuk rizki anak2 yg sholeh sholihat, lahir batin…
    aamiin…

  2. Hi Agnes, saya nemuin kamu di extended network. Membaca Parenting Blues kamu, saya seperti ngaca. Walaupun anak saya baru mau satu tahun, saya juga suka stuck di momen seperti itu. Maaf ya Tuhan, bukan saya ga bersyukur dikaruniai anak yang cantik :p, hanya kadang2 kemampuan saya sebagai manusia biasa yang membuat semuanya terbentur. Diagnosa saya :p, parenting blues itu muncul saat kita lelah dengan role playing sebagai ibu…sementara kita juga punya role lainnya…sebagai istri, sebagai individu,dll. Be Tough yak… :D

  3. mba Agnes yang dimata saya punya banyak kelebihan, alhamdulillah disaat saya ngerasa bosen dan beranggapan bahwa teori ttg parenting cuma teori, saya pas mampir kesini. Kalo mba Agnes dah menemukan solusinya, boleh donk di-share ke saya. Thx b4. Oya, saya sering lo mampir kesini cari2 inspirasi, ;)

  4. Hehehe mbak Rieska dah tau ya cerita Google, iya nih blum dilanjutin nunggu mood hehe. Makasih udah mampir, dan makasih juga buat doanya :-)

  5. Mbak Hanny, bener banget diagnosanya mbak, emang jadi ibu ga gampang ya. makasih karna udah nyasar kesini mbak hehe dan makaasih banget buat empatinya, ternyata aku nggak sendirian ya :-)

  6. Hai Meyrinda (aku panggil nama aja ya biar lebih akrab :-), aku kenal dirimu di WRM jg kan :-)). Waduuh pasti lah say aku punya kelebihan tapi kekuranganku juga segudang, dan pasti dirimu juga punya banyaaak kelebihan, aku bantuin ngitung yuk pasti banyakan dirimu hehe.

    Solusinya udah ketemu sih, tapi blum ditulis nunggu mood hehe. Tx ya udah mau mampir kesini, moga-moga inspirasi yang dicari ketemu ya say :-)

Comments are closed.