Aku yakin, tamu memang membawa berkah, seperti kata falsafah. Keberkahan itu kadang bukan dalam bentuk materi, tapi pesan-pesan penting yang seperti sengaja didatangkan Tuhan. Semenjak pindah ke rumah baru di Diemen, setiap sekali atau dua kali sebulan, selalu ada tamu menginap di rumahku. Aku jadi banyak bertemu orang, baik kawan lama maupun baru. Mereka pun datang dengan segala keunikan dan pesan. Bulan November tahun 2009 lalu, rumahku bahkan pernah diinapi oleh Mba Asma Nadia dan bang Isa, yang sebelumnya hanya aku tahu lewat dunia maya.
Tapi kali ini bukan cerita tentang mereka yang ingin aku catat. Semalam, sepasang suami istri menginap di rumahku. Kawan lama dari Groningen. Dia seorang dokter dan ibunya adalah seorang dokter anak terkenal di sebuah kota di Indonesia. Beberapa waktu lalu, ibunya pernah mendapat penghargaan sebagai dokter terbaik se-Asia Tenggara. Ketika membaca beritanya saat itu aku terkagum-kagum, wow hebat sekali ibu dokter ini, sudah sepuh tapi masih energik dan tetap berkarya. Belakangan, aku juga mendapat informasi dari seseorang yang dekat dengan beliau dan mengatakan bahwa beliau adalah dokter yang baik, penuh dedikasi, bersemangat dan terlihat lebih muda dari usia sesungguhnya.
Mendengarnya saat itu, aku segera berkata pada suamiku,”Yah, aku pengen seperti beliau! Aku ingin tetap aktif sampai tua.” Setelah hampir 6 tahun beristirahat berkarir dan lebih banyak di rumah, aku semakin mengenal diriku. Rasanya, aku telah diciptakan Tuhan untuk menjadi seorang Agnes yang ‘mati’ dan ‘depresi’ kalau hanya diam tak melakukan sesuatu yang menantang. I know that I always need intelectual stimulations, itu istilah yang pernah aku temukan dari sebuah kelas bahasa, dan tepat menggambarkan diriku rasanya.
Anak-anakku semakin besar, studi suamiku selesai sudah, sekarang adalah saatnya aku kembali bermimpi dan mengejar mimpi-mimpiku. Perpindahan kami ke Amsterdam dan apa yang kami lakukan kini semuanya dalam rangka memberikan kesempatan padaku untuk mengejar mimpi-mimpiku. Sebuah impian yang di awal rasanya sungguh mustahil, tapi kemudian jalan terbuka pelan-pelan. Dibalik kesulitan ada kemudahan. Tuhan seperti membuka tirai itu perlahan, mengajariku untuk mendalami apa artinya sebuah keimanan dan kesabaran.
Impian lama yang dulu telah kukubur dalam-dalam, tiba-tiba seperti bangkit dari kuburnya dan mendesakku untuk merealisasikannya. Dunia di sekitarku pun seperti kong kalikong mendukung sehingga akhirnya keputusanku bulat, impian lama itu kubuka dan berusaha aku perjuangkan. Namun jeleknya, kadang semua itu membuatku kini sangat berambisi besar, merasa bahwa 6 tahun ku telah terbuang percuma. Padahal aku tahu, keberadaanku selama 6 tahun di Belanda, dan menghabiskan hampir seluruh waktuku untuk suami dan anak-anakku ini telah banyak membawa manfaat yang tak tergantikan dengan apapun.
Lalu tamuku semalam hadir, seolah dikirim Tuhan untuk mengingatkan aku. Aku begitu tersentuh dengan kata-kata yang diucapkannya tentang ibunya. “Ibuku itu nggak Ngoyo Nes. Dia termasuk telat. Dapat gelar profesornya aja pas udah mau pensiun, PhD nya juga pas umur limapuluh lebih. Bagi Dia yang utama adalah keluarga. Ibuku dulu ga pernah praktek sore sampe anak-anaknya sudah besar. Pokoknya aku ga pernah merasa kehilangan ibuku,” kata temanku itu. “Aku juga ambil PhD telat koq dibanding teman-temanku, tapi kata ibuku, pasti ada hal lain yang baik. Ibuku memang selalu positif thinking.”
Apa yang ia ucapkan tentang ibunya itu mungkin tak bermakna baginya atau bagi orang lain yang mendengarnya, tapi kata-kata itu lalu kerap terngiang-ngiang di telingaku, seperti menasehati aku,”See…bagaimanapun keluarga tetap yang utama, ga usah ngoyo.” Mendadak, aku menjadi begitu bersyukur karena telah mendampingi penuh anakku disaat mereka betul-betul membutuhkan aku. Sekarang mereka sudah besar, sungguh waktu ideal bagiku untuk kembali pada karierku. Tapi meski begitu, bukan lantas aku ngoyo dan balas dendam mengabaikan mereka, sampai kapanpun keluarga tetap nomor satu.
Sungguh, tamuku kali ini telah membawa pesan berharga bagiku. Aku semakin mantap dengan pilihanku dan diingatkan untuk tidak keluar dari rambu-rambu. Suamiku selalu bilang,”Kalau sudah jalannya, ga akan kemana.” “Good things come to those who wait,” kata pepatah bahasa Inggris. Tidak perlu ngoyo, kalau sudah jalannya, ya mesti sampe juga, malah mungkin banyak hal lain yang akan didapat, buah dari penantian dan kesabaran. Semoga…