Book Review, ‘Catatan Cinta Sang Istri’ karya Meidya Derni

Sudah lama aku dikirimi buku ini langsung oleh penulisnya dari Amerika, wah seneng banget dong (makasih ya mba Me), tapi baru kali ini aku sempat bikin reviewnya.

Buku ini mengisahkan pengalaman pribadi penulis dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang seperti naik roller coaster, kata penulis. Yang menarik, penulis bukan hanya mengisahkan perjuangan beratnya, suka dukanya melalui pernikahan tahun-tahun pertama, tapi juga ada quote-quote penyemangat, serta tips-tips praktis yang bisa diterapkan untuk menjadi orang yang lebih baik dan mencapai kebahagiaan keluarga.
Continue reading “Book Review, ‘Catatan Cinta Sang Istri’ karya Meidya Derni”

Melahirkan, Pemadam Kebakaran pun Turun Tangan.

Sistem kesehatan di Belanda terkenal sangat rasional. Bagus memang dan patut dicontoh, tapi bagi yang belum terbiasa, pasti ngomel-ngomel, seakan-akan dokter sini cuek bebek banget, pasien udah dying ga dikasih obat, gitu deh kasarnya. Soal Rasional Use of Medicine (RUM) di Belanda, ceritanya panjang, kapan-kapan aku pengen nulis khusus untuk itu. Kali ini, aku mau tulis tentang pengalaman temanku saat melahirkan yang cukup unik. Aku pas denger sampe bengong hehe.
Continue reading “Melahirkan, Pemadam Kebakaran pun Turun Tangan.”

Pernikahan ala Belanda Yang..Ehm…

Sudah lebih dari 5 tahun aku tinggal di Belanda, tapi baru kali ini ada kesempatan diundang menghadiri pernikahan ala orang Belanda. B, teman sekantor suamiku, menikah dengan kekasihnya, E, yang juga orang Belanda. Kebetulan, pernikahan mereka digelar di gereja dekat rumah kami, hanya 5 menit jalan kaki. Sebetulnya, undangannya dua kali, yang pertama ceremonialnya jam dua hingga lima sore. Lalu party nya jam 9 malam hingga tengah malam.

Sejak jauh hari aku sudah bilang ke E,”Aku akan datang di acara yang siangnya aja ya, sebab, partynya terlalu malam buat anak-anakku.” Dan jam setengah satu siang hari, aku jemput anak-anak dari sekolah. Paginya, suamiku sudah minta ijin ke guru mereka di sekolah agar mereka diijinkan bersekolah setengah hari. Lalu menjelang jam dua siang, kami bergegas berjalan kaki menuju tempat acara.
Continue reading “Pernikahan ala Belanda Yang..Ehm…”

Pesta Ulang Tahun ala Anak-anak Belanda

Di Diemen, alhamdulillah kami dapat rumah lebih besar daripada waktu di Groningen. Alhasil, kami bisa mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anak di rumah. Selain ngirit, lebih efisien juga kan. Jadi akhir tahun 2009 dan awal 2010 kemarin adalah kali pertama kami mengundang anak-anak Belanda untuk merayakan pesta ulangtahun Lala dan Malik. Ternyata pestanya anak perempuan dan laki-laki beda bangeet!

Di Ulang tahun Lala, Lala mengundang semua teman perempuan di kelasnya. Di antara 22 orang murid, anak perempuan di kelas Lala memang hanya 6 orang dengan Lala. Alhasil ke 6 orang anak itu sajalah yang di undang. Ada Michella, Demi, Rooselyn, Megan dan Kasmayla. Untungnya semuanya datang pada jam satu siang di hari Sabtu. Karena besoknya Lala mau ke Norway, Lala juga mengundang Mila anaknya tante Nurul, serta Astrid dan Amel, anak tante Popy dari Leiden. Aku sudah siapkan menu khusus untuk anak-anak itu, ada mie goreng, ayam goreng, sup asparagus, capcay, pudding semangka dan dolphin cake pesanan Lala. Dan ternyata kebiasaan anak-anak Belanda kalau party, makanannya tidak terlalu heboh. Anak-anak juga tidak terlalu suka tart. Alhasil yang dimakan hanya ayam goreng dan mie goreng. Untung ada teman-temanku orang Indonesia yang datang juga, jadi makanan lumayan ludes, hanya bersisa sedikit. Mie goreng juga jadi favorit teman-teman Lala.
Continue reading “Pesta Ulang Tahun ala Anak-anak Belanda”