“Pencarian Tuhan ala Bocah”

“Allah itu dibikin dari apa Bun?” tanya Malik polos. Jujur, saat itu saya bingung menjawab pertanyaannya. Semalam saya tak bisa tidur. Iseng-iseng, saya membuka kembali catatan harian tentang perkembangan spiritual anak-anak saya. Saya jadi teringat, tiga bulan lalu, Malik, putra saya yang berusia 4,5 tahun, memang sedang gandrung dengan pertanyaan seputar Allah. Karena bingung, saya balik bertanya,”Menurut Aik, Allah dibikin dari apa?” Tanpa ragu, ia seketika menjawab,”Dari angin Bun.”

Wow dari angin? Saya kaget dengan jawabannya. Tapi saya dan suami meyakini bahwa anak-anak adalah makhluk spiritual. Kami sepakat untuk berusaha memberikan kebebasan berpikir dan membuat mereka tak terkekang dogma. Kami yakin imajinasinya tak perlu dihambat, hanya perlu diarahkan hingga akhirnya ia bisa menemukan sendiri jawabannya. Jadi, jawaban Malik saat itu saya biarkan saja. Saya hanya balas bertanya,”Kenapa Allah terbuat dari angin Ik?” “Karena Angin nggak keliatan Bun, Allah juga nggak keliatan,” balas Malik. Hmm…alasannya memang logis, pikir saya. Tapi karena saya sedang repot, diskusi kami saat itu terhenti. Saya katakan padanya untuk bertanya lain hari pada ayahnya.
Continue reading ““Pencarian Tuhan ala Bocah””

Untuk Sahabat Lama

“Teruslah menjadi penyentuh bagi kekasih-dan permata-hati kalian. Karena orang-orang yang kalian sentuh tidak akan pernah meninggalkan dan melupakan kalian, sekalipun suatu saat mereka jauh. Seperti aku, yang pernah kalian sentuh, meskipun secara tidak sengaja.”

Membacanya, aku tak berhenti mengusap air mata. Dia, seorang sahabat lama, tiba-tiba hadir dalam inboxku. Tulisannya tentang ‘penyentuh’ membuat ku merasa begitu berarti. Aku yang selama ini masih saja tak banyak bersyukur, kini disentil lagi. Betapa syukurku mestinya tak boleh putus, terus dan terus.

Dulu, Allah hadirkan dia kepadaku, agar padanya aku bisa menimba ilmu. Sejujurnya, surat-suratnya dan pemikiran-pemikirannya telah banyak menginspirasi aku. Dia turut andil membuatku menjadi seorang agnes seperti yang sekarang.

Kukutip kata-katanya disini, sebagai pengingat, bila aku sedang ‘kumat’. Mataku semakin terbuka, betapa keserhanaan dan sesuatu yang tak berarti kadang bisa menjadi inspirasi yang begitu kuat menghunjam bagi seseorang. Itulah buah dari kejujuran barangkali.

Ketika aku sudah menikah dan punya anak, dia tetap tak berhenti menginspirasi aku. Dan tulisan yang dikirimkannya hari ini, malah membuat suamiku semakin sayang padaku. Membacanya lagi…air mataku tak juga berhenti. Syukur…dan hanya bersyukur…Rupanya Allah mengirimkan dia hari ini untuk menyampaikan pesan itu lagi. Terimakasih Allah-ku…karena telah kau hadirkan orang-orang seperti dia dalam hidupku…

Terimakasih sahabatku…

Menjadi Seputih Melati

Ramadhan lagi…
Ramadhan ketiga di negeri ini…
Begitu banyak duri yang Kau beri…
Wahai Ilahi Robbi…
Namun semua tak berarti…
Saat kulihat pesan yang tersembunyi…

Duh Gusti…
Rasanya begitu hina diri ini…
Tapi ternyata janjiMu tak salah lagi…
Kau begitu dekat, sedekat urat nadi
Sungguh nikmat, nikmat sekali
Saat cintaMu mengaliri diri

Jangan…jangan biarkan hanya hari ini…
Sungguh, aku ingin lebih lama lagi…
Meski kulihat gemerlap dunia menghampiri
Bertubi-tubi, bahkan mungkin hingga kumati..
Tapi sungguh Gusti…
KeindahanMu tak tertandingi

Ramadhan lagi
Saatnya aku menempa diri
Entah, aku tak mengerti
Setiap ia datang lagi
Aku seperti berada di puncak gunung tertinggi
Dan ketika ia pergi, aku harus turun dan mendaki lagi

Rhobbi, bantu aku menjadi seputih melati
Agar terang selalu menyinari
Bukan, bukan untuk berbangga hati
Karena kutahu aku hanya melakoni
Sesungguhnya, hidupku tak punya arti
Karena Engkaulah penguasa diri

Seputih melati, itulah cita-citaku tertinggi
Agar ketika kembali
Engkau yang Maha Suci
Menerimaku di tempat tertinggi
Mungkinkah itu terjadi?
Semoga aku tak hanya bermimpi

Awal Ramadhan
23 September 2006
Ketika aku ‘Mabuk’ lagi

Rendang Nendang

Rendang
Rendang

Waktu mau liburan ke Itali kemaren aku bikin rendang. Bosen kan kalo bawa ayam goreng melulu. Kucari-cari arsip resep dari NCC, ternyata waktu itu ada resep Rendang Nendang dari mbak Lia Surabaya. Katanya sih enak banget karena rahasianya ada di bunga lawang alias star anise. Kebetulan pas aku ke toko Melati, eeh ada itu si bunga berbentuk bintang. Asyiik..bener-bener kesampean pengen bikin rendang nendang sesuai resep ga pengen ada yang dikurang-kurangi. Continue reading “Rendang Nendang”