Tak ada gema takbir, tidak tampak pula iring-iringan kawan, tetangga maupun saudara yang beramai-ramai hendak pergi sholat Ied bersama. Hanya hawa dingin serta gerimis yang menemani ketika mengayuh sepeda menuju mesjid Selwerd, tempat dilaksanakannya sholat ied. Alhasil, sepanjang perjalanan malah menyeruakkan kenangan indah, nikmatnya berlebaran di Indonesia. Rindu, sedih dan haru, bercampur menjadi satu. Begini rasanya berlebaran di negeri orang. Apatah lagi, sesampainya di mesjid tampak mobil polisi berjaga-jaga, menghindari terjadinya huru hara. Sejak meledaknya bom molotov di mesjid itu seminggu sebelumnya, mobil polisi seringkali terlihat di sekitar mesjid. Peledakan bom tersebut terjadi sebagai serangan balasan orang Belanda terhadap kasus pembunuhan Theo Van Gogh oleh seorang pemuda muslim asal Maroko. Berita tentang pembunuhan ini belakangan marak diberitakan karena Theo Van Gogh yang seorang sutradara, telah membuat film berjudul The Submission yang ceritanya sangat menyinggung umat Islam. Sungguh suasana lebaran seperti ini memang tidak menyenangkan. Namun tetap tak menggoyahkan semangat umat Islam asal Indonesia, dan umat muslim lainnya yang ingin melaksanakan sholat ied pada hari Sabtu tanggal 13 November 2004 baru lalu di Groningen, kota paling Utara negeri Belanda.
Continue reading “Lebaran di Groningen Pasca Pembunuhan Theo Van Gogh”
PROBLEMA MENDAMPINGI SUAMI BELAJAR DI NEGERI BELANDA
Menemani suami mengenyam pendidikan di negeri Belanda, seolah merupakan kenyataan yang menyenangkan dan membuat iri banyak orang. Namun, mengalaminya tidak lah semudah yang dibayangkan. Apalagi bagi para ibu yang mempunyai anak berusia balita dan terbiasa bekerja di Indonesia. Jika tidak diantisipasi, hal ini bahkan bisa mempengaruhi keberhasilan belajar sang suami. Tak dapat dipungkiri bahwa belajar di luar negeri bagi mereka yang membawa keluarga mempunyai beban tersendiri. Di negeri ini, hanya mahasiswa PhD yang umumnya bisa membawa keluarga. Selain karena lamanya studi yang memakan waktu 4 sampai 5 tahun, jumlah beasiswa yang didapat juga relatif mencukupi untuk bisa membawa keluarga. Dalam kondisi seperti ini istri memegang peranan kunci dalam kesuksesan belajar suami serta menjaga kualitas keharmonisan keluarga.
Continue reading “PROBLEMA MENDAMPINGI SUAMI BELAJAR DI NEGERI BELANDA”
“TAK ADA TAMBANG GORDEN PUN JADI”
( Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang pertama kali di kota Groningen, Belanda)
“Satu..dua..tiga..mulai!” teriakan seorang panitia lomba menggema di lapangan berumput hijau Hanzeborg Zernike complex, ketika mengawali pertandingan tarik tambang pria. Tarik-menarik tali dengan jumlah peserta lima lawan lima orang ini berlangsung cukup alot selama beberapa detik. Namun tiba-tiba…”tass….!” tali itu putus dan tubuh-tubuh kekar berjumpalitan jatuh ke tanah. Salah seorang peserta meringis kesakitan akibat terkena lecutan tali yang putus. Peserta lain tesenyum-senyum sambil menahan nyeri akibat jatuh. Walaupun demikian baik peserta, panitia dan pengunjung yang hadir malah merasa terhibur dan tertawa-tawa menyaksikan adegan yang cukup seru dan lucu ini. Tali putus? kok bisa? Tentu saja, karena tali yang dipergunakan untuk perlombaan tarik tambang itu ternyata adalah… kain gorden!Tak ada rotan akar pun jadi, demikian kata pepatah. Pepatah ini betul-betul digunakan oleh panitia penyelenggara perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke-59 di kota Groningen. Mengingat sempitnya persiapan waktu, pencarian lokasi, serta dana yang terbatas, pihak panitia harus menggunakan dana seefektif dan seefisien mungkin. Karena harga tambang cukup mahal di kota ini, akhirnya panitia memutuskan untuk menggunakan kain gorden rumah yang sudah tidak terpakai untuk dijadikan tali tambang. Kain gorden dipotong memanjang, kemudian dijalin dan diikat sedemikian rupa sehingga dianggap cukup kuat untuk dijadikan tali yang menyerupai tambang.
Continue reading ““TAK ADA TAMBANG GORDEN PUN JADI””