Time really flies. Ga kerasa udah akhir Oktober lagi, minggu depan udah mau ujian kedua lagi, dan baru aja anak-anak dan suamiku balik ke Amsterdam setelah mengunjungi aku sejak Rabu lalu. Duh ga kerasa banget, kebersamaan mereka begitu cepat berlalu. Pas jemput mereka hari Rabu malem tanggal 27 Oktober 2010, kami berpelukan dan bertangisan lagi, terharu. Tadi pas aku nganter mereka balik ke Diemen, Malik nangis lagi, aku sebetulnya udah biasa aja, tapi ternyata setelah kereta pergi, air mataku mendesak-desak mau keluar juga hiks berasa separuh jiwaku pergi lagi.
Tapi seru, empat hari bersama di Berlin, kami betul-betul menikmati kota Berlin. Berlin memang kota yang asyik, sejak tinggal di Berlin aku udah jatuh cinta sama Berlin, eh suamiku juga ketularan rupanya. Sebab, banyak banget yang bisa diliat di kota ini, banyak spot tempat menarik, shopping mall yang buka sampai jam delapan atau 10 malam, makanan murah rasa Asia pulak, transportasi gampang dan relative murah juga, plus cuaca juga oke banget dibanding Belanda yang mostly abu-abu dan hujan. Autumn di Berlin kali ini perfect banget, jarang hujan, dingin masih bisa ditolerir, matahari sering bersinar cerah, wah indah banget deh.
Kuliner, Mesjid, dan Shopping Mall
Yang paling asyik di Berlin karena makananya murah meriah jadi bisa wisata kuliner. Makanan dari berbagai bangsa semua kumplit disini. Mau cari Asia, India, meksiko, Italia, Timur Tengah, semua ada deh. Resto halal juga banyak di daerah Gorlitzer, karena disana adalah perkampungan orang Turki, bahkan ada mesjid Turki yang indah dan megah berikut ada menaranya di atas gedungnya, betul-betul satu-satunya mesjid yang boleh pake menara di Berlin sepertinya, karena biasanya menara-menara gitu dilarang. Dan mesjid itu dalamnya betul-betul megah, indah dan bersih, dengan lampu kristal besar-besar disana-sini. Daerah untuk pria terletak di bagian bawah dan untuk wanita di bagian atas. Waktu kami kesana sedang ada dua orang laki-laki mengaji, suaranya merdu sekali. Dan rupanya mau ada kajian Quran juga jam 8 malam. Aku bertemu dengan para wanita Turki berkerudung cantik-cantik, tapi sayangnya mereka ga bisa bahasa Inggris, jadi komunikasi ga lancar deh.
Kami bisa ke mesjid ini karena entah ada angin apa, setelah aku beri tahu bahwa ada Mesjid bagus di Berlin, Malik pengen banget ke mesjid. Dan bener aja setelah di mesjid, Aik sholat Maghrib dan Isya sama ayah, lalu happy banget berguling-gulingan di karpet mesjid, ‘seperti di Indonesia’ gitu katanya. Nah ga taunya lagi, kayanya Aik pengen ke mesjid karena pengen maenin lego barunya. Setelah hari itu Sabtu, kami seharian pergi ke Lego Discovery Berlin, lalu jalan jauuh sepanjang Berlin wall, memang capek banget pastinya, jadi wajar deh kalo Malik ga sabar mau istirahat dan maen lego di mesjid he.
Balik ke kuliner, rabu malam, aku segera mengajak suamiku untuk mencoba Asian Snack di Ostbahnhof dekat tempatku tinggal. Wah nikmeh deh pokoknya, anak-anak juga doyan, ada mie goreng plus tahu, nasi bebek, nasi ayam, sup ala Asia yang per porsinya rata-rata ‘Cuma’ 5 euro doang. Kalo di Belanda mah seorang bisa 10 euroan minimal.
Nah terus besok malemnya, aku ajak mereka makan di ‘Isin’ restaurant Sushi yang kata temenku halal plus murah di Gunzelstrasse, naik U9 (Ubahn-metro bawah tanah) dari Zoologish Garten. Wuah Lala seneng banget makan sushi, bahkan nyobain sushi plus ikan mentah. Aku dan suamiku baru kali itu makan sushi dan makanan Jepang, dan kesimpulan kami, tetep makanan Asia lebih cihuy. Malik seperti biasa, susah bener makannya, dia sangat tidak bisa diajak kuliner, lidahnya Asia banget plus kalo ada sambel-sambel atau kuah dikit aja udah ga dimakan. Yang dimakan biasanya Cuma roti doang atau nasi sama lauk. Duh bikin bete pokoknya. Na kali itu jadinya aik Cuma makan nasi plus tahu yang ga ada rasanya gitu, hmm…ya gimana lagi, nasib anak yang picky eater. Untungnya kalo soal sayur dan buah Aik tetep mau makan, asal ga diapa-apain, direbus doang aja cukup, atau dilalap tanpa apa-apa.
Oya, sebelum ke Isin, kami sempat mampir ke ‘Kadewe’, shopping mall kedua terbesar se Eropa katanya. Dan memang betul sih, tempat ini besar dan glamour banget. Di lantai satu, kami udah ga tahan aja liat harganya yang ribuan euro. Tapi tempat mainan di lantai 3 ternyata ga gitu mahal, malah Aik dapat lego yang diidamkannya dengan harga lebih murah daripada di Belanda. Lalu yang menjadi tempat favoritku adalah foudcourtnya. Bukan untuk makan sih karena tentu aja disini mahal, tapi melihat rupa-rupa jualannya itu loh. Ada corner khusus pasta, khusus coklat dengan beragam coklat lucu-lucu, korner bir, korner Asia, korner cake dan kue yang hiasanya juga lucu-lucu banget, korner seafood yang hiasannya unik-unik dan ga tahan bikin aku pengen motret, plus korner-korner lain yang betul-betul memanja mata deh.
Besok malemnya lagi, kami coba makan di food courtnya Alexa, shopping mall yang berasa di BSM Bandung. Alexa ini terletak di Alexander Plaatz dan di lantai 3 ada foodcourt yang menjual segala macem makanan, mulai dari kebab, masakan mexico, Asia, ikan-ikanan, wuah nikmat deh pokoknya. Nah salah satu favoritku adalah makanan Thailand ‘all you can eat’ yang murah meriah banget. Kita bisa pilih piring besar 6 euro saja atau piring kecil 3,5 euro. Nah dengan piring ini, kita boleh ambil menu apa aja yang disediakan sepenuh-penuhnya piring. Kulihat orang-orang pada ambil sepiring mentung lauk pauk. Bahkan dengan piring kecil pun kalo diiisi mentung-mentung begitu ya kenyang juga lah. Dengan 3,5 euro itu kita bisa isi piring kita dengan menu nasi goreng, mie goreng, atau nasi putih, lalu lauknya ada cumi putih pedes uenak, capcay, krupuk, pisang goreng, lumpia, kroket, ayam goreng, ikan goreng, sayuran goreng, calamaries goreng, nah semua lauk itu bisa dimakan asal cukup ditaro di piring, nikmeh kan, betul-betul murah meriah dengan rasa Asia yang lezat pulak. Oya di Alexa lantai paling atas sebetulnya ada miniatur kereta api, namanya Logg kalo ga salah, bayarnya satu family dengan 3 orang anak 30 euro, untuk setengah hari main-main disitu, sayangnya kami datangnya kemaleman jadi udah tutup deh.
Sabtu malam, malam terakhir di Berlin, tadinya aku mau ajak suamiku ke resto Libanon, El-Reda, resto Afghanistan yang terkenal bener di kalangan orang Indonesia di Berlin. Selain halal, resto ini juga murah meriah. Dengan 5,5 euro kita bisa pesan satu piring kubideh yang isinya nasi gurih banyak banget plus satu tusuk sate kambing besar plus lalapan dan teh alah Timur Tengah. Tapi berhubung udah pernah kesana dan tergiur dengan cerita temanku yang sebelumnya habis makan di resto Barakka, resto Maroko yang tempatnya cozy dan halal juga, akhirnya aku memutuskan pergi ke tempat ini.
Dan ternyata, rasa makananya ga seenak yang di ‘Libanon’ menurutku. Tempatnya memang cozy dengan suasana remang-remang, duduk di kursi pendek dengan hiasan ruangan berhiaskan keramik khas maroko plus dekorasasi Timur-Tengah sana-sini membuat tempat ini memang betul-betul cozy. Kulihat, tamunya bukan hanya kaum muslim Turki yang berkerudung, tapi orang German juga silih berganti makan di tempat ini. Menu favorit yang banyak dipesan adalah menu kumplit satu nampan besar yang berisi nampan-nampan makanan kecil. Isinya ada nasi gurih plus bola daging, ada sayuran hijau yang di blender sampe alus banget, ada falavel kuah yoghurt, ada nasi kuskus, tumis buncis, keju goreng plus salad yang rasanya persis tahu, dan saus-saus yang mostly berasa yoghurt. Ya lumayan sih mencicipi keeksotikan masakan Marokko, tapi tetep aja makanan Asia tak ada duanya.
Nah kan gimana ga betah bisa berwisata kuliner di Berlin, dan itu baru secuil resto, masih banyak banget tempat-tempat lain yang belum kami coba.Karena suamiku betah, aku yang tadinya setelah selesai core course mau balik sendiri ke Diemen eh suamiku kepengen balik lagi jemput aku ke Berlin he, ya dengan senang hati lah aku terima tawarannya. Betul-betul ada yang fall in Love sama Berlin nih rupanya.
Tempat Wisata
Hari Kamisnya, karena aku masih ada kuliah, suamiku membawa anak-anak ke museum Technology Berlin. Dan beruntungnya, aku hanya kuliah setengah hari saat itu, jadi aku bisa susul mereka ke museum itu. Sebetulnya yang menarik di tempat ini adalah science center tapi kami ga sempat ke tempat ini. Di museum ini yang terkenal ada rupa-rupa pesawat pertama kali dulu, kapal-kapal juga computer. Menurut mba lala tempat ini ‘saai’ asyik sedikit, yak arena ga science center padahal yang asik science centernya.
Besoknya, setelah ikut kuliah tentang ‘Binatang beracun’ di TierPark Zoo, kami pergi ke Friederichstrasse. Di sini ada hall marknya Berlin yaitu Brunden Burger Tor, gerbang yang juga didaulat sebagai salah satu landmark paling terkenal di Eropa. Disini anak-anak sempat tertarik menonton pemabok berulah yang ditangkap polisi. Untuk menangkap pemabok satu ini aja polisi satu mobil plus mobil pemadam ambulance turun tangan, gile. Lalu seperti biasa, kami berfoto bersama orang berkostum beruang khas Berlin dan juga orang yang berbaju tentara di depan gerbang ini. Setelah itu, tak lupa juga kami mengunjungi Reistag, parlement building yang juga menjadi salah satu hallmark kota Berlin.
Hari yang paling ditunggu anak-anak adalah hari Sabtu, karena kami udah pesen ticket untuk masuk ke Lego Discovery Centre Berlin. Aik yang maniak lego, dari beberapa hari sebelumnya udah getol aja bikin komik dan selalu menggambar dimana-mana demi mendapatkan tambahan uang untuk beli lego (lagi) yang diidam-idamkannya. Aku kira tempat itu cukup besar dan bisa diubek seharian, tapi rupanya, kecil juga. Ada beberapa spot tempat main seperti Lego fabriek yang kata ayah garing ga sebagus di Lego land, ada acara muter-muter naik semacam kereta mobil melihat kejutan-kejuta monster yang terbuat dari lego, ada nonton film 4D bob the builder dan juga film lego dengan karakter lain, ada tempat Indiana Jones, dan juga ada arena bermain yang semuanya berhiaskan lego. Ada Harry Potter sebesar Aik yang disusun dari lego-lego juga si raksasa Hogwart dan Hermion yang juga tersusun dari lego. Tapi karena tempatnya kecil dan anak-anakku sudah besar, kami hanya butuh waktu 3 jam disana. Jam dua siang kami sudah keluar dari tempat itu. Setelah menikmati sejenak suasana Postdammer Plaatz di area Sony centre tempat si Lego Discovery centre itu berada, lalu kami pun beranjak ke tempat lain.
Tujuan kali ini adalah ke Berlin wall, sisa jaman dulu yang masih dibiarkan utuh di jalan Muhlenstrasse, Warschauer. Dari ujung tempat itu ada tulisan ‘East Side Galery’ lalu setiap dinding terdapat lukisan para artis yang unik-unik dan kreatif. Lukisan ini baru kelar tahun 2009 lalu, tapi ada juga bekas-bekas dinding yang dibiarkan sesuai aslinya penuh coretan. Kami teruus aja berjalan melihat dinding-dinding ini satu persatu, suamiku bahkan mengoleksi fotonya satu persatu. Ada lukisan dua lelaki tua berciuman bibir yang sepertinya cukup terkenal, ada lukisan kumpulan tapak tangan, tapak kaki, tulisan Berlin besar-besar, lukisan mobil butut, lukisan monster wah macem-macem dan unik-unik deh.
Karena ternyata dinding tembok itu panjang dan jauh, Aik udah rewel kecapekan, sampai akhirnya kami melihat stasiun. “Stasiun apa tuh, yuk nanti kita naik metro dari stasiun itu Ik,” kataku menghibur Aik yang rewel. Eh ndilalah, lho koq itu stasiun Ostbahnhof tempatku tinggal, ya ampun ternyata si tembok Berlin itu hanya 5 menit jalan dari dormitory aku, weleh-weleh tau gitu ga usah ke Warschauer dan berarti kami sudah berjalan sejauh satu stasiun.
Ikut Acara Kelas Bunda
Kebetulan sekali, hari Jumat lalu aku ada kuliah tentang ‘Poisonous and Venomous Animals’ alias binatang beracun. Setelah kuliah pagi dari jam 9 hingga jam 12 siang, lalu Prof Mebs, dosen kuliah itu meminta kami untuk berkumpul di TierPark Zoo jam 13.30. Kami akan dibawanya melihat ular-ular di kebun binatang. Wah koq pas kebeneran anak-anakku sedang berkunjung, pasti mereka senang kalau bisa ikut plus pengalaman berharga juga kan buat mereka, bisa mendengarkan kuliah dari professor sambil melihat langsung ular-ular. Mereka antusias sekali pengen ikut, dan setelah aku Tanya ke profesorku, beliau mengijinkan dan boleh gratis pulak, cihuy banget kan!
Alhasil siang itu di depan Tierpark, aku mengenalkan suami dan anak-anakku pada teman-temanku. Malik yang masih sibuk menggambar komik bahkan sambil jalan juga tak lupa menggambar ular-ular yang diperlihatkan oleh professor. Lala dan Malik ikut mendengarkan dengan seksama penjelasan professor ga pake rewel malah antusias banget, betul-betul berasa student hehe. Aik dan lala juga ga mau kalah memegang ular jinak yang membelit tangan professor. Saat itu Prof Mebs menjelaskan tentang rattle snake yang berbahaya, tentang taringnya, anti dotumnya yang harganya mahal banget, berikut penangan gigitan ular, plus memperlihatkan juga pada kami jenis-jenis ular berbahaya dalam kerangkeng. Aik berhasil menggambar ular-ular itu dan bahkan menuliskan nama-nama ular itu juga, keren kan mahasiswa paling kecil hehe.
TierPark dimusim gugur begitu indah. Daun-daun kuning keemasan di pohon berikut yang berguguran di tanah, disertai cuaca yang indah membuat Tierpark semakin menampilkan autumn yang menawan. Jadi kami pun berjalan-jalan sejenak di taman itu sambil melihat-lihat binatang-binatangnya. Aik mengikuti jejak teman-temanku sampai kami sempat terpisah. Pokoknya anak dua itu menikmati sekali acara kuliah bareng prof di kebung binatang dan melihat indahnya autumn di Tierpark.
Sabtu Malamnya, karena ada dua orang temanku, Karl dan Renia asal Yunani yang merayakan ulang tahunnya, aku juga membawa keluargaku ke pesta mereka. Acara baru dimulai jam 9 malam biasa deh partynya orang bule kann begitu. Setelah makan malam kami sempatkan untuk pergi kesana. Dan ternyata anak-anak ga mau pulang karena dapat teman baru dan betah bermain bersama Satyam, anak nya Mayuri temanku asal India. Lala juga senang dan wajahnya ikut dihias seperti monster karena memang hari itu orang-orang ramai merayakan Halloween. Suasana pesta itu begitu meriah, dengan musik keras, orang joget-joget dan bir disana-sini tentu saja. Makanannya, jangan heran, Cuma anggur dan potongan keju yang tersedia, berikut beberapa snack. Begitulah memang party ala mereka, isinya kebanyakan ngobrol sambil minum bir, dansa dansi sampe pagi, makanan betul-betul ga perlu. Setelah ngobrol sana- sini selama dua jam akhirnya jam 12 malam kami pamit pulang. Lala dan Malik senang karena dapat teman baru dan pengalaman baru juga. Aku juga senang karena bisa memperkenalkan keluargaku sama teman-temanku. Kebanyakan komentar mereka sama,“Ya ampun Agnes, aku ga nyangka kamu udah punya anak segede gini, kamu keliatan kecil dan masih muda, tapi ko udah punya anak segede gitu.“ Ehm..ehm…tentu aja aku senang hehe. Malah ada juga teman yang bilang,“ Nes, anak-anakmu tuh bukan kaya anakmu tapi kaya adek-adekmu,“ halah halah ya tambah seneng aja diriku dibilang masih kaya student beneran hehe.
Ya, sayangnya pertemuan sekejap itu harus berlalu, mereka harus pulang lagi ke Diemen dan aku pun harus melanjutkan studiku lagi dan mempersiapkan ujian minggu depan.