Luka Membawa Permata

“Setangguh apapun seseorang membentengi dirinya dengan waspada dan kehati-hatian, sesekali luka pasti datang berkunjung, entah fisik maupun psikis. Tapi sesungguhnya, luka membawa permata, bila manusia bisa menemukannya.” begitu tutur Gede Prama dalam sebuah bukunya.

Bukan hidup namanya kalau tak berpelangi. Selagi senyum tersungging di pintu dapur, sang tangis telah menanti di kamar tidur. Saat duka kian melanda di ruang tamu, bahagia telah menunggu di ujung ruang lainnya.

Hidupku pun dipenuhi pelangi. Bahagia selalu ada, duka pun tak bisa kutolak. Sekuat apapun aku berusaha menghindar, luka tetap datang menghampiriku. Bisakah aku menemukan permata? Luka selalu membawa tangis dan air mata, yang tak kunjung sirna. Luka begitu pedih, perih, nyeri, dan sakit sekali. Namun semua luka adalah pupuk bagi jiwa. Pupuk tak pernah indah, kotoran pembuatnya. Semakin sering diberi pupuk, kian suburlah pohon jiwa.

Pupuk membuat pohon berbuah manis, begitu pula adanya permata. Permata bukanlah barang yang bisa dibeli dengan tangan hampa. Ada harga yang harus dibayar dari sebuah permata. Luka-lah bayarannya.

Terima semua luka, syukuri keberadaannya, ikhlaskan dia, karena dengannya bathin ini menjadi kaya, permata menghampirinya.

“Aku terima semua luka ini ya Allah, sebagai pupuk bagi jiwa. Kuatkan aku menerimanya. Semoga, kugenggam juga sang permata, suatu hari nanti…”

5 Replies to “Luka Membawa Permata”

  1. merasakan luka dalam keikhlasan membuat luka terasa lebih indah walau tetap saja pedih, perih, sakit dan penuh airmata..

    tulisan yang buatku teramat indah dan penuh makna, semoga tulisan selanjutnya akan tetap memiliki arti yang berguna bagi kehidupan.

    salam
    inne

  2. Kadang muncul pertanyaan: kenapa hanya muncul hiburan untuk mereka yang luka? Karena sedang meradang, lagu berdendang terasa seperti nina bobo, atau hanya candu penenang agar tidak mengerang-erang. Tidak sedikit luka yang dibiarkan bernanah akhirnya tidak dapat dipulihkan seperti sedia kala. Sudah terlanjur membusuk atau meninggalkan gurat yang membekas. Seperti garis warisan masa kanak-kanak saat jari terjepit misalnya.

    Ternyata mereka yang sedang luka memang perlu dijadikan sempurna ujiannya. Yaitu dengan ketenangan — agar bunga yang bersemi tersebut tidak hancur berantakan terkena amuk yang menggelegak.

  3. Selalu mencari kemudian ku punguti dan kusimpan rapat setiap hikmah yang kudapati dari tulisanmu. Selalu kujadikan oleh-oleh berharga buat kedua buah hatiku dirumah. Selalu ada semangat dan harapan baru yang kudapat, karena layaknya manusia kadang aku merasa menjadi ibu dan istri yang lelah tak berdaya. Perjalananku kali ini, Allah mengiringku kesini. Subhanallah apa yang kau tuangkan begitu dalam. Kemarin aku sempat iri padamu… betapa sempurnanya hidupmu. Kini aku menyadari kesempurnaan hanya milik Allah,.. tidak seorangpun yang tidak mengalami badai dan terluka dalam hidupnya. Semoga luka ku kali ini merupakan pupuk bagi jiwaku agar aku menjadi sosok yang lebih kuat dan tegar.

    salam sono
    ita

Comments are closed.