Mengatasi Negativistik Aik (Salah kostum)

Malik-saltum.jpg

Sewaktu hendak ke Roden yang gagal hari Sabtu sore itu, Aik bersikukuh tak ingin memakai celana panjang. Bukan itu saja, dia juga keukeuh ingin pakai sepatu sandal. Padahal di luar angin bertiup kencang luar biasa, dan suhu udara pun sekitar 3 sampai 5 derajat C. Dicoba dengan teknik KPA (Komunikasi Pengasuhan Anak-red) ‘Pesan Anda’, tetap saja gagal, padahal waktu itu kami sudah diburu waktu karena sudah hampir pukul 3 sore. Akhirnya, oke Aik boleh memakai kostum yang Aik inginkan, dengan catatan kalau Aik kedinginan, harus ganti yaa… Pergilah kami dengan Aik yang tetap pede memakai kostumnya itu. Bagian atas memakai jacket tebal, tp bagian bawah hanya memakai mailot dan celana pendek. Tak hanya itu saja, sepatu sandal yang dia pakai pun terbalik! Tapi dasar Aik, tetap aja keukeuh surekeuh sumadireukeuh he he… Bagaimana cerita lengkapnya??Sejak akan berangkat, Malik sudah memilih baju sendiri.
“Aik mau pake baju bola” katanya sambil memilih baju dilemari.
“Tapi didobel pake celana panjang ya ik”
“Nggak mau, Aik nggak mau didobel, Aik mau pake celana ini ajah”
“Di luar dingin sayang, nanti Aik kedinginan”
“Hmh Aik marah sama bunda! Aik mau pake ini aja!” katanya sambil mengacak pinggang, mulut manyun kedepan, mata nyureng. Khas marahnya Aik he he.
“Oke, kalo gitu Aik harus pake mailot ya”
“Iya” jawab Aik

Setelah semua siap, Aik ternyata tak mau memakai sepatu boot nya. Dia lebih memilih sepatu sandal. Hmm aku dan ayah cuma geleng-geleng kepala.

“Aik pake boot ya sayang, diluar dingin nak”
“Nggak mau! Aik mau pake ini aja!”
“Bunda khawatir Aik sakit kalo Aik pake sepatu sendal terus nggak mau pake celana panjang”
“Enggak! Aik mau pake ini aja!” Jawabnya galak sambil mulut mulai manyun.
“Oke kalo gitu, tapi nanti kalo Aik kedinginan Aik harus mau ganti ya”
“Iya” katanya lagi

Dengan pedenya Aik memakai sepatu sandal itu sendiri. Ternyata… terbalik hi hi aku geli melihatnya. Tapi seperti biasa, dia keukeuh bahwa sepatu sandalnya itu tak terbalik.

“Ik, menurut Aik, Aik pake sepatunya kebalik nggak?”
“Enggak”
“Kalo menurut bunda itu kebalik ik”
“Enggak bun!”
“Oh enggak ya. Oke deh, tapi kalo dipakenya nanti nggak enak, sama Aik dibalik ya. Enak nggak dipakenya ik?”
“Enak” jawabnya ringan.

Hi hi, aku dan ayah cuma bisa senyum-senyum melihat tingkahnya.
“Aik udah siap bun” katanya lucu.
Ha ha, ayah dan bunda geli sekali melihat Aik. Bagian atas kostumnya tebal dan besar, tapi bagian bawah tipis-tipis, sepatunya terbalik pula. Tapi ya sudahlah, demi menghargai pilihannya, oke ik…oke. Tentu saja aku tak lupa membawa celana dan sepatu ganti untuknya, karena di luar pasti udara dingin sekali.

Ketika hendak berjalan ke halte bis, angin bertiup kencang luar biasa, dingin pun menggigit tulang. Aku membujuk Aik untuk mengganti sepatu dan celananya. Tapi dia masih tetap bertahan dengan pilihannya, jalannya pun pelan-pelan akibat memakai sepatu yang terbalik. “Ik, sepatunya enak nggak dipakenya, Aik nggak mau dibalik?” tanyaku. “Enggak bun, enak” jawabnya.

Sesampainya di halte, baru Aik menangis kedinginan. “Aik ganti celana dan sepatu ya” pintaku. “Hua iya bun… Aik kedinginan…huaa”…
Setelah tangisnya reda, aku berkata padanya “Kalo lain kali pergi lagi, Aik pake celana panjang dan boot ya, biar Aik nggak kedinginan. Aik tau kan resikonya kalo Aik pake sepatu dan nggak mau pake celana panjang, Aik jadi kedinginan.”
Aik cuma mengangguk sambil menahan kantuk, dan tertidurlah Aik di pangkuanku. Hi hi Aik…Aik, ada ada saja tingkahnya. Tapi dengan menghargai pilihannya seperti ini, semoga dia bisa jadi anak yang percaya diri nantinya. Semoga juga dia bisa belajar dari kesalahan yang telah dia lakukan. Ya…beginilah jadi orangtua, hanya bisa berusaha dan berusaha, kendati dalam hati tetap ketar-ketir dan geli juga melihat ulahnya.

Comments are closed.