‘Aku’ yang Enggan juga Pergi

Kebenaran hanya milik Allah. Tapi manusia kerap merasa menjadi orang yang paling benar. Semua orang memiliki ke’aku’an yang memang menjadi sifat dasar manusia. Sanggupkan keegoisan dalam diri itu luntur dan akhirnya sirna oleh tempaan kehidupan? Padahal, bila ia pergi, ‘pertemuannya’ dengan Tuhan hanya sejengkal lagi. Sulit. Sungguh sulit memang. Tentu saja butuh pengorbanan. Tenaga, pikiran, dan air mata mesti terkuras untuk melenyapkannya. Tapi ia–keegoisan dalam diri–tetap tak mau juga pergi.

Mengapa ia membandel? Mengapa ia suka sekali berdiam dalam jiwa manusia? Mengapa begitu sulit? Setelah badai bertubi-tubi datang, menghempas dan memporak-porandakan hati, tetap saja ia enggan pergi. Terkikis mungkin, tapi sedikit sekali. Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali. Karena masih banyak lagi, ribuan bahkan jutaan manusia yang tetap mengeras seperti batu karang. Bahkan untuk sekedar menyadari bahwa ia memang ada pun sungguh sulit bagi manusia seperti ini.Bila ia telah pergi, apapun yang datang, manusia tentu tak kan lagi terpengaruhi . Cintanya betul-betul cinta mati. Cacian menjadi sama indahnya dengan pujian. Sakit sama rasanya dengan sehat. Bahagia bergandengan sama mesranya dengan duka. Semua menjadi tiada, tak lagi terombang-ambing kesana kemari, karena di ‘dalam’ sana ada kedamaian yang luar biasa, begitu indahnya.

KB IUD

Pertanyaan :
Assalamualaikum…
Bunda, Aku kenal bunda dari Salamaa, aku suka baca-baca emailnya anggota Salamaa, kita memang belum pernah ketemu, aku tau sedikit aja tentang bunda, mungkin juga aku sudah bikin banyak salah..(maaf ya, lancang nebak-nebak) dan nanya-nanya. Bunda Agnes ini kalau gak salah yang ibu dokter kan ya? Aku boleh tanya tentang anti konsepsie gak?

Bagaimana menurut bunda tentang spiraal?, apa itu dosa jika di pasang di tubuh wanita? Atau risikonya terlalu besar?, karena aku baca brochurenya spiral (jenis mirena= ada dua jenis kalau gak salah (mirena yang modernnya, satunya lagi yang klasik yang tiap bulannya masih datang menstruasi)–namanya begitu kalo gak salah) ini jika di pakai harus dalam 5 tahun, dan dalam masa itu tidak datang masa menstruasi? bagaimana ya? apa itu sama sekali tidak baik untuk kesehatan?atau memakai anti konsepsie itu dosa? Makasih banyak atas adviesnya, kalau aku salah tebak (bahwa bunda Agnes adalah seorang Dokter), maafkan aku ya..juga maaf sudah merepotkan bunda..

Wassalam,
A di DenHaagJawab :

Assalamu’alaikum mbak…
Salam kenal yaa, maaf nih baru bisa bales emailnya. Saya sekarang lagi jadi FTM mbak A, dulu sebelum ikut suami kesini memang sempat kerja jadi dokter di klinik 4 tahun. Jadi ya sekarang sebetulnya bukan dokter kali ya, FTM mantan
dokter hehe. Tapi nanti kalo pulang ke Indo insya Allah pingin sekolah lagi ambil spesialis, doain aja lancar yaa…

Saya coba jawab ya pertanyaannya… Kontrasepsi spiral itu sebetulnya istilah medisnya IUD (intra uterine device), yaitu kontrasepsi dengan memasukkan alat yg terbuat dari tembaga ke dalam rahim. Bentuknya ada yg spt huruf T ada jg yg seperti spiral, jd akhirnya ada yg sebut kontrasepsi spiral.

Tapi ada jg kontrasepsi sejenis,biasa disebut hormonal IUD atau IUS (intra uterine system). Bedanya kalo yang ini alatnya terbuat dari non tembaga. Bedanya lg, biasanya untuk IUS ada tambahan hormon progesteronnya.

Nah, mirena ini termasuk yg ke dalam jenis IUS, jd ada hormonnya. Mirena salah satu efek sampingnya bisa jd nggak dapat menstruasi, tp nggak semua kasus (20 % kasus katanya). Bisa juga mensnya jd sedikit. Bagi sebagian wanita, nggak dapat menstruasi ini malah keuntungan buat mereka.

Masing-masing kontrasepsi ada kelebihan dan kekurangannya mbak. Macem-macem, tp yang paling sering sih bercak darah. Kalo pake IUD biasanya pemakai mengeluh darah mens jd banyak, haid nggak teratur. Efek samping
lainnya baik untuk IUD maupun IUS bisa infeksi, kehamilan di luar kandungan juga. Tapi kasusnya jarang banget.

Kalau masalah boleh atau tidaknya, sebetulnya kontrasepsi apapun masih kontroversi ya mbak, tergantung Islamnya pake mazhab apa hehe. Tapi kalo secara medis, cara kerja kontrasepsi IUDnya sbb: waktu alat masuk ke dinding rahim, dinding rahimnya akan bereaksi mengeluarkan sejumlah sel yg dapat mematikan sperma. Jadi belum ada proses pembuahan, sel sperma udah mati duluan. Kalo menurutku, yang seperti ini diperbolehkan. Yang meragukan itu kalo reaksi terjadi setelah pembuahan terjadi, ada yg bilang ini sama dengan membunuh janin.

Kalo mirena lain lagi, karena pake hormon, jadi hormonnya dikeluarkan sedikit2, shg mengganggu keadaan dinding rahim, telur (hasil pertemuan sel sperma dan sel telur ) yang sudah terbentuk jd nggak bisa nempel ke dinding
rahim. Nah kalau yg ini saya ragu mbak boleh atau tidaknya, ya tergantung mazhab tadi. Tapi kalo secara teori, reaksinya baru bekerja setelah terjadi pembuahan ( pertemuan antara sel telur dan sperma). Ini yang bikin ragu.

Jadi mbak kesimpulannya, masing2 punya keuntungan dan kerugian. Kalo mau aman scr agama, menurut saya lebih baik pake IUD, apalagi kalo bingung masalah boleh nggak mens atau tidak. Tapi memang para dokter sih lebih
menganjurkan pake mirena krn efek sampingnya lebih sedikit. Jd kekurangan mirena itu secara syariat, tapi kalo IUD, scr efek samping. Gitu mbak kira2…

Wah, jd panjang, mudah2an nggak bingung ya mbak. Menurut saya sih kalo khawatir masalah syariat, coba aja dulu pake IUD (non hormonal/klasik-istilah mbak A). Kalo ternyata cocok, diterusin, tapi kalo ternyata banyak keluhan baru dipikirkan lagi untuk ganti ke mirena.

Gitu dulu ya mbak, semoga membantu.

Wassalam hangat,

Agnes

Sudah Besar Koq Masih Ngompol!

Pikiran Rakyat, Minggu, 12 Maret 2005

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/13/hikmah/lain04.htm

“IH, sudah besar kok masih ngompol!” Begitu ucapan yang sering terdengar untuk mengolok-ngolok anak besar yang masih suka ngompol. Orang tua kerap bingung menghadapi permasalahan ini. Akhirnya membiarkan saja keluhan tersebut. Sebagian besar kasus, ngompol pada anak dapat sembuh dengan sendirinya ketika usia anak mencapai 10 – 15 tahun. Hanya sekira 1 dari 100 anak yang masih tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Bila diabaikan, hal ini akan berpengaruh bagi anak. Biasanya, anak menjadi tak percaya diri, rendah diri, malu, dan hubungan sosial dengan teman-temannya pun terganggu.Dalam dunia kedokteran, ngompol-tidak dapat menahan keluarnya air kencing-dikenal dengan istilah enuresis. Lebih khusus lagi, ngompol yang terjadi ketika tidur pada malam hari biasa disebut nocturnal enuresis. Ngompol masih dianggap normal bila terjadi pada anak balita. Namun, jika anak di atas usia 5 atau 6 tahun masih ngompol, setidaknya 2 kali dalam sebulan, hal ini perlu mendapat perhatian khusus.
Continue reading “Sudah Besar Koq Masih Ngompol!”