Diary bukan sekedar tempat curhat. Kalau dibiasakan sejak kecil, menulis diary ternyata bisa meningkatkan kecerdasan intrapersonal. Begitu kata buku ‘Menjadi 7 Kali Lebih Cerdas’ yang aku baca. Lantaran cukup terkesima dengan dampak menulis diary itulah aku dan suamiku sepakat untuk mulai membiasakannya pada anak-anak kami.
Awal Maret lalu, aku belikan mereka buku tulis tebal berwarna pink dan biru. Hari-hari pertama, aku selalu rajin meminta mereka untuk menulis diary. Tentu saja aku atau suamiku yang menuliskannya. Tapi kalau kami kelelahan, acara menulis diary jadi sering terlewat. Kadang-kadang, Malik dan Lala pun hanya menulis satu baris kalimat saja dalam diarynya jika mereka sedang malas atau capek.
Wah…wah… kalau semangatnya hanya di awal saja, bisa berabe nih. Untuk mengantisipasinya, ayah membuat kertas reward yang ditempelkan di dinding. Setiap anak yang mau sholat, berdoa dan menulis buku harian akan mendapatkan 1 bintang. Eh… ndilalah anak-anak antusias, kellihatannya mereka jadi bersemangat menulis diary, ikut sholat dan berdoa. Kecuali…siapa lagi kalau bukan Malik. Dia sih ‘suka-suka gw deh bun, kalo lagi pengen sholat ya sholat. Kalo enggak ya enggak. Bodo amat ama bintang’ hehe begitu barangkali pendapat Aik. Tapi ternyata… SURPRISE! Di pagi buta jam 4.00 menjelang subuh, tiba-tiba dia berkata “Hari ini Aik belum nulis diary bun…”
Aik terbangun karena ingin pipis, juga ingin minum susu. Hidungnya yang tersumbat juga membuatnya gelisah dan terbangun barangkali. Aik memang batuk dan pilek sejak kemarin. Badannya pun sedikit hangat sore tadi. Setelah pipis dan minum susu selesai, sepertinya Aik tak bisa tidur lagi. Lha koq ternyata Aik malah ingin menulis diary. “Hari ini Aik ke museum” kata Aik melanjutkan ucapannya. “Oh, Aik mau tulis diary sekarang? bunda ambilin bukunya ya” aku bertanya sambil mata masih mengantuk. “Iya bun, Aik tunggu sini” jawab Aik yakin. Dan… mengalirlah cerita Aik dari mulut mungilnya di pagi buta. Hmm Aik bisa tulis panjang lho. Biasanya kan hanya sebaris-dua baris. Memang sih sedikit dipancing-pancing sama bunda. Tapi, hebat deh dia bisa cerita panjang begitu. Simak diary Aik yuk…
Hari ini Aik ke museum. Terus Aik mau naik Lift. Terus Aik liat di komputer ada Aik yang lagi ke museum sama ayah, bunda sama mbak Lala. (Tiba-tiba Aik memotong ceritanya ‘Itu belum pake M bun’ –maksudnya Aik mau namanya ditulis Malik bukan Aik hehe) Malik senang ke museum. Nanti kalo udah pagi Malik mau ke museum lagi, soalnya Malik mau ke museum 3 (3 kali maksud Aik)
Itu bukan museum permainan. Itu isinya museum aja. Isinya baju tapi ditutup pake kaca. Tapi Malik liat di komputer ada Malik nulis (di museum juga ada komputer dan Aik sempat asyik mengotak-ngatiknya) Tadi pensilnya dipinjem sama tante, buat gambar. “Tante siapa bun?” Dipinjemi sama tante Sharon. Malik gambar MALIK (nulis nama MALIK maksudnya)
Malik udah ke Lift, ayah telat, terus ada bumi. Kalo lampunya dimatiin banyak Aik takut gelap (Bunda tanya ‘Apa yang membuat Aik merasa nggak senang di museum?”) Ismail Fahmi itu ayah. (he he Aik masih jaka sembung)
Habis dari museum Malik makan dulu di restaurant. Malik mau ke restaurant 3, karena Malik 3 tahun. Malik makan terus ngantuk, ngrok…gitu di kursi bunda (Aik ngomong gini sambil mencontohkannya –berbaring di tempat tidur) Terus Malik marah karena nggak ada makanan. Waktu makanannya udah dateng Malik happy. Tapi Malik nggak mau, Malik bilang “Ilek!” (Kata ini sering dipakai oleh Aik dan Lala yang artinya jijay –makanannya salad tuna, Aik nggak suka hehe) Terus Malik ngantuk.
Habis makan Malik main serodotan. Serodotannya jauh. Serodotannya di atas salju, pake plastik. Kemarin Malik pegang terus lepas tangannya. Tapi Malik nggak nangis. Malik jatoh tapi Malik nggak nangis.
Mbak Lala marah karena dia takut, takut jatoh. (bunda tanya tentang mbak Lala sama Aik) Kalo dihibur ayah, terus serodotan. Tadi Malik bilang “bunda, bunda liat itu lucu, kita foto yuk” Mbak Lala ditarik sama ayah –yang lucu ditarik sama ayah.
Malik dipinjemin kereta luncur terbuat dari kayu. Tapi ada giniannya. Buat pegangan kuat. Malik nggak jatoh.
Habis serodotan Malik pulang. Malik udah gelap, terus Malik tidur. Malik sakit, sakit batuk pilek, nggak enak. Kalo Malik sakit terus, Malik nggak mau. Kalo sakit Malik tidur. Supaya sembuh diobatin. Berdoa. “Ya Allah biarkan Aik sembuh sama mbak Lala” Udah gitu aja bun…
He he he…Aik…Aik… lutju deh kamu…