Membaca dan Menulis

Aku membaca resensi dan beberapa artikel lepas dari mizan learning center. Aku mendapatkan lagi semangat baru, dan aku akan mengikatnya. Membaca dan menulis bagaikan saudara kembar, keping mata uang yang tak dapat dipisahkan. Banyak membaca buku, tetapi tidak mengikatnya, hanya akan membuat apa yang telah dibaca kabur tak tentu rimba. Karena itu, setelah membaca buku, ikatlah, tulislah bagian-bagian penting secara ngemil. Jangan lupa, sebelum membaca buku, agar buku bagaikan makanan yang nikmat untuk diserap, ingatlah AMBAK ( Apa manfaat membaca buku bagiku). Pikirkan secara detail, apa yang ingin diketahui dari sebuah buku, apa menariknya sebuah buku, sehingga ketika membaca, banyak gizi yang bisa diserap.

Apa pentingnya menulis? Ternyata, menurut Fatima Mernissi seorang penulis terkenal asal Maroko, menulis dapat menyehatkan kulit alias awet muda. Asyik kan! Selain itu, menulis juga dapat menghilangkan trauma dan menyehatkan otak. Tulislah apapun yang ingin ditulis, dan menulis buku harian dapat menjadi kegiatan yang melatih keprigelan menulis. Ingat juga kata mas Tomi, menulis itu tak perlu bakat, tapi yang diperlukan adalah keuletan dan semangat. Itulah kenapa saat ini aku semangat untuk belajar menulis buku. Buku bisa menjadi amal jariah yang tak kan hilang walaupun manusia mati. Aku ingin menulis sebuah buku, suatu hari nanti, entah buku apa. Oya dari konsultasi dengan mas Hernowo, aku juga mendapat jawaban tentang cara praktis menulis buku. Caranya mudah saja, meniru. Ya, meniru adalah proses belajar termudah dan bukan berarti menghambat kreatifitas. Bila aku ingin menulis buku seperti Torey Harden, tirulah, dan aku ingin melakukannya. Someday…I will…

Malik dan TV

Kemarin sore, malik ngantuk, belum tidur siang. Batas nonton TV sudah lewat, karena aku dan anak-anak sudah bikin kesepakatan, hanya boleh nonton TV 2 jam sehari. Jam 5 lewat 5 menit, mereka belum juga matiin TV. Akhhirnya aku bilang, “Kalau aik sama mbak lala kelamaan nonton TV, bunda khawatir kalian jadi anak yang nggak pinter. TV itu bikin otak jadi pasif. Kesepakatannya kan jam 5, TV harus mati, matiin yuk TVnya.” Lala sih pinter dia mau langsung matiin, tapi Aik, langsung lari dan nyalain si TV itu lagi. Sampe beberapa kali dimatiin sama lala, aik terus nyalain lagi. Akhirnya bunda bilang “kalau aik nggak mau matiin TV, TV nya sama ayah disimpen di gudang nanti ya.” Eh dia cuek aja.

Bunda gregetan juga jadinya, soalnya dia udah lebih dari 2 jam nonton kalo ditambah sama pagi. Akhirnya bunda cabut aja kabelnya. Eeh dia nangis ngoar-ngoar. Uring-uringan pingin nancepin kabel sendiri, tapi nggak bisa, nagiiis sampe lama. Akhirnya dia bilang “Aik sayang sama bunda, huaa… aik mau dipeluk…huaaa.” Setelah dipeluk, sambil sesenggukan dia ngomong ” bunda… aik mau…hiks…aik mau…kabelnya ditancepin sama bunda…hiks…habis itu bunda nyalain TV…hiks, trus TVnya dimatiin sama Aik” gitu katanya, wah pinter deh kalo gitu. Akhirnya bunda bikin perjanjian lagi. “Oke ik, kita bikin kesepakatan lagi ya, bunda pasangin kabel, bunda nyalain TV, Aik yang matiin, tapi nggak boleh dinyalain lagi ya”…”Iya katanya sambil masih nahan tangis. Akhirnya… ya itulah yang bunda dan malik lakukan. Habis itu diem deh dia langsung sambil minta dipeluuuk terus.

Berhenti nangis sebentar, nangis lagi karena rebutan tempat mainan pink sama mbak lala. Baru diem setelah si tempat mainan sebesar itu dia pegang di tangan kanan, sambil dipeluk bunda dan harus dikursi sofa, terus tangan kiri sambil pegang plastik isi coklat. Dah ayem, nggak lama, langsung deh dia pules…lesss….

Cerita Favorit Anak-anak, ‘Nenek dan Tulang’

lala-serem.jpg malik-serem.jpg

Kekuatan ‘story telling’ tak diragukan lagi manfaatnya bagi anak. Malik dan Lala pun sangat senang mendengarkan cerita. Beberapa minggu terakhir ini, karena kelelahan dengan berbagai masalah, aku dan suamiku menjadi lebih sering bercerita daripada membacakan buku, alasannya sederhana, supaya bisa melakukannya sambil berbaring. Aku mulai sering menceritakan dongeng rakyat Indonesia kepada mereka. Biasanya aku bercerita tentang Malinkundang, Bawang Merah dan Bawang Putih, Kilip dan Putri Bulan, serta beberapa cerita lainnya. Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih sempat menjadi hits beberapa hari bagi mereka. Namun, setelah ayah menceritakan kisah ‘Nenek dan Tulang’ mmm mereka jadi gandrung sekali pada cerita itu.

Sudah seminggu ini tak henti-hentinya mereka meminta diceritakan cerita tersebut. Ceritanya memang cukup seru dan sedikit menyeramkan. Tapi pesan cerita itu sangat jelas,” jangan mengambil barang yang bukan milikmu”. Karena mereka sangat senang, meminta lagi dan lagi, akhirnya ayah membuat cerita part 1, 2,3 dan 4. Semoga saja pengarang cerita ini tidak protes, karena ceritanya menjadi sedikit berubah he he. Cerita ini berasal dari Inggris dengan judul asli ‘Kecil Mungil’. Ayah memulai kisahnya…Alkisah, di sebuah desa ada sebuah rumah yang kecil mungil. Di dalamnya tinggal lah seorang nenek yang juga kecil mungil. Semua perabotan rumah si nenek mulai dari peralatan masak, tempat tidur sampai lemari makan, semuanya juga kecil mungil. Si nenek mempunyai seekor anjing yang tentu saja kecil mungil.

“Nama anjingnya siapa yah? tanya Lala

“Mmm siapa ya, menurut Lala siapa?

“Ik heb idee, hondtje…”

“Oh iya betul, hond kan bahasa belanda artinya anjing, tje itu kecil, jadi artinya anjing kecil. Wah bagus sekali namanya, oke kalo gitu kita kasih dia nama si hondtje yaa…”

Lalu ayah melanjutkan ceritanya. Suatu hari si nenek kecil mungil berjalan-jalan bersama anjingnya, si hondtje, yang kecil mungil. Mereka menyusuri sepanjang jalan yang dipenuhi bunga-bunga indah. Mereka juga melewati sebuah kuburan. Ketika melewati kuburan, si nenek melihat benda putih di atas gundukan tanah. Karena penasaran, berbelok lah si nenek dan anjingnya ke kuburan itu. “Oh, ternyata ini tulang, hondtje, kita bawa pulang saja ya untuk tambahan makananmu di rumah” ujar si nenek kepada anjingnya.

Sesampainya di rumah, disimpannya tulang itu dilemari. Malamnya dia bermimpi, ada hujan badai di luar rumah, petir menggelegar. “Gelegar….” Tiba-tiba…ada sebuah suara dari arah kuburan, “Tok…tok…tok…” suara itu begitu keras dan menyeramkan.
“Aaah…” setiap sampai di bagian ini, Lala dan Malik selalu menjerit ketakutan dan bersembunyi di balik selimut.
“Suara siapa itu yah?” tanya Lala

“Suara siapa ya, nggak tau suara siapa la”

“Suara tengkorak yah”

“Oya suara tengkorak kali ya…”

Nah, lalu, suara itu berbunyi dengan lebih menyeramkan lagi “Kem-ba-li-kan tu-lang-kuuu… Kem-ba-li-kan tu-lang-kuuu….” Ayah menirukan suara itu dengan mata melotot sambil meluruskan tangan ke depan dan meloncat-loncat seperti vampir. Tentu saja anak-anak menjerit-jerit ketakutan melihatnya.

ayah-serem.jpg

Suara itu makin lama semakin dekat mendekati si nenek. Si nenek sangat ketakutan mendengarnya. Tiba-tiba ada sesuatu hendak menerkam si nenek. Hup. Si nenek tersentak kaget sekali, dan terbangun. Oh…ternyata… dia hanya bermimpi, dan sesuatu yang hendak menerkamnya itu ternyata adalah si hondtje yang melompat ke tubuhnya.

Hmmh si nenek legaaa sekali karena dia hanya bermimpi. Lalu dia berkata pada si hondtje “Hondtje, kita harus mengembalikan tulang itu. Tulang itu bukan milik kita, kita tidak boleh mengambil milik orang lain hondtje, semalam nenek bermimpi buruk karenanya.”

Akhirnya, nenek kecil mungil bersama si hondtje mengembalikan tulang itu ke kuburan. Begitu ceritanya.

Tapi esoknya, Lala dan Aik protes, mereka tidak mau tidur sebelum cerita itu dilanjutkan lagi. “Mau lagi yah…mau lagi bagian ke dua yah…”. Hmm…ayah berpikir sejenak. Lalu ayah terpaksa mengarang cerita bagian kedua.

Setelah tulangnya dikembalikan, si nenek langsung pulang ke rumahnya. Ternyata, malamnya suara itu datang lagi dan hendak menerkam si nenek lagi.
“Aik mau jadi tengkoraknya yah…” kata Aik. Lalu Aik menirukan ayah menjadi tengkorak. Dia berjalan dari arah pintu dengan tangan kedepan seperti vampir. Lalu bibir mungilnya mengeluarkan suara yang dibuat sedikit membesar agar tampak seram.

“Kembalikan tulangkuuu…kembalikan tulangku…”

“Aaaah…. takut…takut…!” Ayah, bunda dan mbak Lala semua berteriak pura-pura ketakutan, dan vampir Aik langsung tersenyum dan bergumam sambil malu-malu “Ini cuma Aik…” katanya. Hi hi hi…ayah dan bunda geli sekali melihat tingkahnya. Selanjutnya mbak Lala juga tak mau ketinggalan ingin menjadi vampir seperti Aik. Setelah mereka puas bergantian menjadi vampir, barulah ayah melanjutkan cerita.

Oo rupanya, ada satu tulang lagi yang tertinggal, si nenek lupa. Kemarin dia mengambil 2 buah tulang, tulang lengan dan jari. Tulang jarinya belum dikembalikan. Besok paginya langsung si nenek mengembalikan tulang itu lagi ke kuburan.

Hari ketiga, Lala dan Malik tetap belum puas dengan cerita bagian ke 2. “Mau lagi bagian 3 yah…” begitu kata mereka. Wah ayah terpaksa mengarang cerita lagi supaya mereka mau tidur.

Setelah mengembalikan tulang jari itu, mereka langsung pulang juga. Malamnya karena takut bermimpi lagi, si nenek tak lupa berdoa sebelum tidur “Bismika Allahumma ahya wabismika amut”. Eh… ternyata malamnya dia tetap bermimpi lagi, ada suara yang mendatanginya lagi “Ne-nek….ne-nek…terimakasih nek…” Hup si nenek kaget dan terbangun karena ada sesuatu melompat ke badannya. Wow ketika bangun si nenek mencium bau wangiii sekali. Ternyata di pangkuannya, tergeletak sekuntum bunga yang sangat indah. Siapa ya yang memberikan bunga ini? Mungkin suara dalam mimpiku tadi, kata si nenek. “Ya, kalau kita mengembalikan barang yang kita temukan, pasti si empunya barang akan sangat senang dan berterimakasih pada kita hondtje” begitu kata si nenek kepada anjingnya.

“Sekarang bobo yaa… ceritanya udah selesai, tamat sampe bagian 3” kata ayah.

Eh tak taunya, terdengar suara aik merengek “Aik belum yah… aik juga mau diceritain bob, diceritain nenek dan tulang buat aik, tadi buat mbak lala ceritanya…”

Wah ayah kebingungan jadinya. Bisa-bisa Malik iri kepada Lala. Terpaksa ayah mengarang cerita lagi.

Setelah itu besoknya, Wendy yang sedang berjalan-jalan di dekat kuburan menelpon Bob the Builder “Bob, kau harus segera kesini bersama scoop, muck dan dizzy bob. Ada 2 buah tulang yang harus dikembalikan ke dalam kuburan bob”

“Oya wendy aku akan segera kesana” jawab bob

Akhirnya, bob beserta wendy dibantu mobil-mobilnya segera memasukkan tulang-tulang itu kembali ke dalam kuburan.” Beres, selesai tugas kita, dag…” kata bob dan teman-temannya.

“Semua udah kebagian cerita, sekarang harus bobo ya…”

Hi hi hi… aku hanya tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita ayah yang setiap hari bosan harus menceritakan cerita yang sama berulang-ulang. Tapi itulah dunia anak, penuh imajinasi. Aku dan suamiku tidak ingin mematikan imajinasi mereka.

Salju Pertama

Hari ini, selasa, tanggal 28 Desember 2004, adalah hari pertama turunnya salju tebal di Groningen. Kemarin salju sudah mulai turun tapi masih tipis-tipis. Begitu bangun pagi hari, bunda langsung mengajak anak-anak melihat salju diluar. Wah indah sekali, semua jalan, atap rumah dan mobil berwarna putih. “Wah, hari ini tak boleh kita lewatkan begitu saja,kita harus keluar karena belum tentu besok-besok ada salju setebal ini” begitu kata ayah. Akhirnya, sekira jam 2 siang, kami keluar rumah berjalan kaki, ingin menikmati salju pertama, juga sekaligus berbelanja ke Aldi.

Continue reading “Salju Pertama”