Luka Membawa Permata

“Setangguh apapun seseorang membentengi dirinya dengan waspada dan kehati-hatian, sesekali luka pasti datang berkunjung, entah fisik maupun psikis. Tapi sesungguhnya, luka membawa permata, bila manusia bisa menemukannya.” begitu tutur Gede Prama dalam sebuah bukunya.

Bukan hidup namanya kalau tak berpelangi. Selagi senyum tersungging di pintu dapur, sang tangis telah menanti di kamar tidur. Saat duka kian melanda di ruang tamu, bahagia telah menunggu di ujung ruang lainnya.

Hidupku pun dipenuhi pelangi. Bahagia selalu ada, duka pun tak bisa kutolak. Sekuat apapun aku berusaha menghindar, luka tetap datang menghampiriku. Bisakah aku menemukan permata? Luka selalu membawa tangis dan air mata, yang tak kunjung sirna. Luka begitu pedih, perih, nyeri, dan sakit sekali. Namun semua luka adalah pupuk bagi jiwa. Pupuk tak pernah indah, kotoran pembuatnya. Semakin sering diberi pupuk, kian suburlah pohon jiwa.

Pupuk membuat pohon berbuah manis, begitu pula adanya permata. Permata bukanlah barang yang bisa dibeli dengan tangan hampa. Ada harga yang harus dibayar dari sebuah permata. Luka-lah bayarannya.

Terima semua luka, syukuri keberadaannya, ikhlaskan dia, karena dengannya bathin ini menjadi kaya, permata menghampirinya.

“Aku terima semua luka ini ya Allah, sebagai pupuk bagi jiwa. Kuatkan aku menerimanya. Semoga, kugenggam juga sang permata, suatu hari nanti…”

Doa Malik dan Lala buat Bunda

Waktu aku sedang ‘dying’ kemarin, aku iseng-iseng ‘curhat’ sama Lala “La, bunda nggak bisa napas, hidung bunda mampet, bunda napasnya jadi lewat mulut, nggak enak banget rasanya La…gimana ya La ?” Eh, tak tahunya dia menjawab “berdoa bun, biar sembuh”. He he pinter tuh anak. “Wah iya ya, kalo gitu Lala doain bunda dong nanti ya…” pintaku. Lala cuma mengangguk.

Malam sebelum tidur tadi, aku mengeluhkan hal yang sama padanya. Hidungku mampet lagi. Aku ingat tentang percakapan tentang berdoa ini, lalu aku mengingatkan Lala “La, katanya mau doain bunda, gimana berdoanya?”“Morgen (besok) bun ”

“Oke deh kalo gitu”

Tapi ternyata dia langsung mengangkat tangannya dan berdoa “Ya Allah, sembuhkanlah bundaku, supaya besok bisa jalan-jalan lagi, amin”

“Wah, bagus sekali doanya, makasih ya sayang… Aik juga berdoa dong buat bunda…” Iseng-iseng aku ‘memaksa’ Aik yang berbaring disebelahku untuk mendoakan aku hehe. Rupanya, manjur! Tanpa acara mengangkat tangan kayak Lala, Aik berdoa,

“Ya Allah, biarkanlah bunda sembuh, biar…biar…biar…mmm…biar bunda bisa cerita lagi, amin”

Hi hi hi anak-anakku, lucu-lucu dan pada pinter berdoa deh sekarang, walaupun doanya karena dipaksa bunda hehe. Makasih ya sayang…

Tiada Daya Kecuali Kekuatan DariMu…

Aku sedang sakit. Kedua hidungku tersumbat, tak bisa bernapas sama sekali. Aku mengidap rhinitis alergi sejak 10 tahun yang lalu. Setiap hari dalam kondisi sehat pun aku tidak pernah bernapas dengan normal, selalu mampet. Apalagi dalam kondisi terserang flu begini. Aku hanya bisa bernapas lewat mulut, tersiksa sekali rasanya ya Allah. Obat yang kupakai pun sudah tak mempan lagi. Baru diberi sakit seperti ini saja rasanya sudah tak karuan, bagaimana dengan orang yang diberi sakit luar biasa.
Tubuhku lemas sekali, aku menggigil kedinginan. Ketika itu Aik minta dibacakan buku. Aku tak bisa bicara, suaraku bindeng setengah mati. Dia nangis karena suaraku tak jelas. Aku berusaha untuk menenangkannya, dan tetap membalik-balik buku. Dia semakin mengamuk. Aku tak sanggup. Aik nangis sejadi-jadinya. Aku tak bisa menenangkannya, untuk bangkit pun rasanya tak bisa, apalagi aku tak bisa bernapas. Bernapas lewat mulut sungguh tak nyaman.

Aik menangis semakin keras. Ya Allah, kuatkan aku tolong aku. Aku tak berdaya. Aku hanya bisa diam melihatnya menangis sejadi-jadinya. Ya Allah, tubuh dan rasa ini milikMu ya Allah, beri aku kekuatan, bicara pun aku tak sanggup. Aku hanya bisa membelai-belai rambutnya. AKu coba telpon ayah, tapi hp ayah ketinggalan. Hiks…sedih rasanya, dalam kondisi seperti ini tak ada siapapun yang bisa aku mintai tolong. Ya Allah beri aku kekuatan… La haula walaquwata illabillah.

Aik tak berhenti juga menangis. Aku pun ikut menangis. Kami berpelukan sambil sama-sama menangis. Hiks…maafin bunda Ik…bunda lagi sakit…hiks… Aku dan Aik sama-sama menangis keras. Ya Allah beri aku kekuatan ya Allah… hanya itu yang bisa terucap dari hatiku.

Dalam kondisi seperti inilah aku benar-benar tersadar. Aku manusia yang tak kuasa apa-apa, tak punya apa-apa. Diriku hanya wadah, tempat dititipkannya segala rasa, penyakit dan semua hal yang ada ditubuhku ini. Ya Allah, aku betul-betul bukan apa-apa dan tak bisa apa-apa. Aku hanya mohon Kau beri keukuatan ya Allah…

Akhirnya… tangisku berhenti, Aik juga. Lama-lama dia tertidur… Alhamdulillah… Hanya Engkaulah sumber dari segala sumber kekuatan ya Robb…

Doa Malik untuk Scoop dan Cucuh

Ah… ternyata teori itu betul, anak-anak memang makhluk spiritual. Aku sebagai orangtua hanya tinggal memfasilitasi. Aku ingin menanamkan kecintaan pada Allah dalam diri anak-anakku. Aku mencoba teori bab I buku Spiritual parenting. Dalam hal ini, aku dan suamiku memang sepakat dengan buku itu, bahwa Tuhan ada di dalam hati. Ajarkan anak-anak untuk menggali dan merasakan betul kehadiran Tuhan. Bukan mengajarkan siapa Tuhan yang penting, tapi apa yang dilakukan Tuhan, itulah yang lebih berharga. Tuhan bukan sosok yang menyeramkan, yang suka menghukum dan memasukkan manusia ke neraka. Tapi Allah ada dalam hati mereka. Allah sangat sayang kepada mereka. Mereka boleh meminta dan bicara apapun kepada Allah dan Allah akan menjawab. Aku ingin, mereka bisa menjadi pencinta Tuhan. Ya aku hanya berusaha, semoga…Setelah ritual tidur selesai, seperti biasa anak-anak membaca doa sebelum tidur. Lalu aku menyuruh Aik untuk berdoa lagi “Ik, Aik berdoa dong sama Allah yang ada dalam hatinya Aik”. Aku tak menyangka, tiba-tiba dia langsung berdoa “Ya Allah semoga Scoop dan Cucuh cepet sembuh. Soalnya scoop sama cucuh rusak, ngg…nanti mau diplester biar sembuh. Amin” Wow, aku takjub mendengar dia bisa berdoa seperti itu. Doa terpanjang pertama yang keluar dari mulutnya. Scoop adalah mobil pengeruk Bob kesayangannya, dan cucuh adalah boneka beruang kecil yang lucu. Anak-anak memang memberi istilah cucuh untuk lucu. Lala sebetulnya yang menciptakan kata ini.

Tak lama kemudian aku berkata lagi pada Aik “Ik, coba deh dengerin, Allah yang ada dalam hati Aik bilang apa sama Aik?” Eh dia langsung nyaut lagi ” Ng…boleh, tapi nanti nggak boleh dirusakin lagi, nggak boleh disiram pake air lagi. Kalo mau nyiram harus di panci” begitu kata Allah menurut Aik. “Wah Aik piinter sekali berdoanya, bagus sekali! dan Aik udah bisa bicara dan mendengar jawaban Allah, uh Aik hebat!” Langsung kupeluk dan kupuji dia habis-habisan.

Seminggu yang lalu, aku pernah menanyakan hal yang sama. Doanya masih kutuntun, doa supaya Aik tak mimpi buruk. Sewaktu kutanya, “Allah jawab apa ik?” Dia menjawab “Aik jangan suka marah, gitu kataNya”… Aku cukup terkejut karena dia bisa menjawab, tak hanya diam. Anak-anak memang luar biasa, lebih spiritual dari orang dewasa.