Kemarin adalah kali terakhir Lala pergi ke GGD, tempat ini semacam posyandu komplit untuk anak usia 4 tahun hingga remaja. Biasanya, setiap tahun ada panggilan dari GGD untuk tiap anak. Anak-anak ini akan diperiksa pertumbuhan berat badan-tinggi badannya apakah masih dalam batas normal atau tidak, imunisasinya lengkap atau tidak, ada keluhan mata atau tidak, bagaimana pola makannya, olahraga, dan juga orangtuanya akan ditanya ada kesulitan ga dalam mengasuhnya. Kalau ada masalah, akan dibuatkan janjian khusus atau dirujuk khusus ke tempat yang diperlukan.
Continue reading “GGD, Pos Yandu-nya Anak Besar”
Hujan dan Ujian Kehidupan
Selain memang lagi bokek (yang ga habis-habis hehe), ada rasa malas ketika mendapatkan tawaran untuk mengikuti ESQ Parenting perdana di Delft, tanggal 6 Juni kemarin. Namun, sebagai seorang yang peduli terhadap dunia parenting (ehm…) dan punya mimpi untuk berbuat sesuatu di area child health and wellbeing, aku lalu mengompori suamiku untuk memutuskan ikut. Selain itu, motivasi terbesar lainnya adalah lantaran masih ada satu obstacle terhadap anak-anakku dalam diriku yang aku rasa kerap mengganggu. Aku belum bisa seperti suamiku yang sungguh bisa menerima anak-anakku apa adanya sepenuhnya, sehingga tidak terganggu dengan pandangan orang lain atau komentar negatif tentang mereka. Aku berharap ESQ parenting bisa memberikan pencerahan spiritual untuk menghilangkan obstacle tersebut. Dengan dua alasan itu, maka akhirnya di hari minggu pagi lalu, kami bergegas menyiapkan diri untuk pergi ke Delft, juga bersama anak-anak.
Continue reading “Hujan dan Ujian Kehidupan”
Moeder Dag
Pagi-pagi sekali, hari minggu tanggal 9 Mei, kami harus buru-buru naik kereta api menuju Efteling park di S’hertogenbosh. Tapi meski buru-buru, Lala dan Malik tetap menyempatkan ngambil kado yang sudah sejak beberapa hari sebelumnya di sembunyikan di atas lemari. “Vijne moeder dag bunda!” (selamat hari ibu Bunda!”. Diberinya serangkai bunga, terdiri dari tiga tangkai bunga tulip dari kertas warna warni yang dibungkus plastik rapi. Bunga ini memang dibuat disekolah khusus untuk para mama di hari moederdag dari tiap anak-anak kelas grup 7, kelasnya mba lala di SintPetrus School. Di dekat plastik itu terjepit selembar kertas mungil seukuran 2×4 cm, ucapan pake bahasa Inggris lho, isinya bagian depan gini:
Ketika Anak Kepergok nonton film ‘Serem’
“Ma, sini Ma!” panggil suamiku. Aku yang masih ngos-ngosan setelah lompat-lompat ngikutin program sport di VCD, ogah-ogahan.”Duuh ntar deh Yah, masih cape banget nih.” Eh tapi tumben-tumbennya suamiku keukeuh.”Ma, harus kesini, this is important!” Tegasnya. Waduuw, ga berani nolak deh kalo suamiku udah ngomong begitu. Meski nafas masih ga keruan, aku segera turun tangga.
“Look what your son just watched!” tegas suamiku lagi. Deg! Irama jantungku mulai berdegup tambah kenceng.”What? Film porno? Oh No!..my 8 year old Son’s, yang masih imut dan lucu dan menggemaskan itu?! Yang masih demen maen boneka binatang itu?!” Aku mulai panik.
Continue reading “Ketika Anak Kepergok nonton film ‘Serem’”