Aku sangat suka travelling. Salah satu kebahagiaanku berada di negara Eropa ini adalah karena aku punya kesempatan untuk melihat negara-negara di Eropa, bukan hanya Belanda. Tapi tentu saja biayanya pun cukup mahal. Untungnya, dengan status sebagai PhD student sekaligus bekerja, suamiku selalu mendapatkan uang liburan setiap tahunnya. Jumlahnya bagi kami cukup lumayan, bisa untuk membayar biaya lengkap nglencer ke salah satu negara di luar Belanda. Banyak sekali negara-negara cantik di luar Belanda yang ingin aku kunjungi. Kata suamiku, travellling melihat dunia luar itu membuat wawasan dan cara berpikir kita tak lagi sempit. Aku pun sepakat dengannya. ‘Travelling is an enemy for a judge minded people’ begitu kata-kata indah yang pernah aku temukan mengenai travelling.
Sekolah Anak-anak
Kami tiba di Groningen saat musim panas baru saja menjelang. Musim ini adalah musim yang ditunggu-tunggu kebanyakan orang yang tinggal di negara empat musim. Saatnya berlibur, dan tentu saja, saatnya pula berjemur di bawah terik matahari bagi orang-orang berkulit bulai itu. Liburan sekolah berlangsung dari awal bulan Juli hingga akhir Agustus. Jadi, anak-anakku belum mulai sekolah waktu itu.
Kehidupan yang individual di negara ini membuat anak-anakku hanya bermain di rumah saja. Sesekali kami memang bermain di taman-taman yang ada hampir di setiap komplek, tapi tetap saja tak ada tetangga orang Belanda yang menjadi kawan. Bahkan dengan tetangga flat pun kami hanya saling senyum atau mengucap salam. Hubungan yang hangat antar tetangga seperti di Indonesia tak pernah kami temukan. Beruntung anak-anakku tak pernah bosan bermain di rumah. Ada saja permainan yang mereka lakukan. Tapi tentu saja, rumah jadi sering berantakan akibatnya.
Transportasi di Groningen
Groningen dikenal sebagai kota sepeda (fietsstad). Sepeda rasanya menjadi barang wajib bagi setiap orang. Selain sehat, bersepeda di Groningen tentu saja mengirit ongkos dan waktu. Tapi tentu saja bersepeda menjadi sangat tidak nyaman saat musim gugur dan musim dingin tiba. Menjelang musim dingin, angin sering bertiup kencang. Tidak heran bila negara ini disebut negara kincir angin, karena angin kencang memang kerap bertiup sepanjang tahun.
Saat angin kencang itu datang dari arah yang berlawanan, kadang aku harus berhenti mengayuh sepeda lantaran tak kuat lagi melawan arusnya. Tapi, saat angin datang searah, laju sepedaku mendadak kencang bagaikan terbang. Keduanya sama-sama bikin kesal. Pernah sepedaku oleng dan nyaris terjatuh saking kencangnya angin yang datang. Belum lagi debu dan kotoran yang sering menampar muka dan memedihkan mata, semua sungguh tak nyaman. Bahkan anakku yang sedang berjalan menuju halte bis pernah melayang jatuh terdorong angin hingga beberapa meter saat angin luar biasa kencang menerpa. Peristiwa itu terjadi di awal Januari, ketika musim dingin baru saja menjelang. Untungnya dia baik-baik saja, hanya luka sedikit di telapak tangannya.
Deteksi Dini dan Penanganan Anak Berbakat
Pikiran Rakyat, 10 Juli 2005
Klik di sini
Ini Versi aslinya, di PR banyak yang di edit tampaknya karena terlalu panjang.
Setiap anak adalah unik. Namun, apakah setiap anak pada dasarnya cerdas, jenius atau berbakat seperti yang sering digembar gemborkan belakangan ini? Apa Sebetulnya yang dimaksud dengan anak berbakat? Bagaimana ciri-cirinya, dan bagaimana pula mendeteksi serta menanganinya? Dalam Seminar Online We R Mommies Indonesia yang ke-3 pertengahan Juni lalu, permasalahan anak berbakat ini dikupas secara mendalam. Selama 6 hari, peserta menyimak uraian dari nara sumber, melakukan tanya jawab, dan saling berdiskusi diantara sesama peserta secara online dari komputer masing-masing. Tiga orang nara sumber yang terdiri dari ibu Ike R. Sugianto Psi., dr. Waldi Nurhamzah SpA., dan juga ibu Dr.drg. Julia VanTiel, Ms, mendapatkan �banjir� pertanyaan dari para peserta.We R Mommies Indonesia sendiri merupakan sebuah mailing list yang didirikan untuk berbagi informasi, pengetahuan dan ketrampilan seputar kehidupan ibu, calon ibu dan wanita umumnya. Kali ini, WRM menyelenggarakan seminar online dengan topik �Deteksi Dini dan Penanganan Anak Berbakat�. Topik ini tampaknya begitu diminati masyarakat, terbukti dengan jumlah peserta seminar online yang mencapai 509 orang. Sebagian besar peserta berasal dari Jakarta. Sisanya adalah masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru dunia seperti Amerika Serikat, Belanda, Hongkong, Singapura, Jepang, Jerman, Myanmar, Malaysia dan Australia.
Continue reading “Deteksi Dini dan Penanganan Anak Berbakat”