Apel 4 x 1/2 kg = 2 euro

Apel Fuji adalah apel favorit keluarga kami. Merah, renyah, dan yang penting, muanis sekali. Biasanya aku beli di toko buah setiap aku mau pulang ke rumah. Akhir-akhir ini harganya menjadi cukup mahal. 2 kg harganya 3 euro. Sejak saat itu, aku tidak lagi beli di toko, tapi di pasar. Tiap hari Selasa, Jum’at dan Sabtu ada pasar di Vismarkt.

Setiap barang yang dijuwal di pasar itu dikasih papan harga. Ini memudahkan kita untuk melihat barang tanpa perlu bertanya dulu. Kita bisa banding-bandingkan harganya dari satu kios ke kios yang lain. Jangan menawar ya, di sini bukan tempatnya.

Suatu hari, kulihat ada apel Fuji. Tertulis di papan di sampingnya 4kg x 1/2 (ditulis agak kecil) 2 euro. Wah, gile, 4 kg harganya cuma 2 euro, pikirku. Aku langsung beli 2 euro. Penjuwalnya mengambil dan menimbangnya. Lho kok cuma 2 kg, pikirku. Tapi itu apel yang manis. Lalu aku tambah lagi 2 kg. Jadi semuanya 4 kg, 4 euro.

Setelah kubayar, aku mbatin, “kreatif banget penjuwalnya. Musti pake ilmu matematika dulu untuk tahu harganya.”

Resep Sambel Goreng Kol

Bahan :
– kol putih
– tahu digoreng setengah mateng
– udang kupas
– telor rebus
– santan
Bumbu:
– cabe merah/paprika buang bijinya
– bawang putih secukupnya
– garam
– bawang bombay, ditumis

Cara membuat :
– Uleg cabe, bwg putih dan garam
– tumis bersama bawang bombay dan udang, hingga betul-betul matang, dan wangi
– beri sedikit air
– masukkan telor dan tahu
– setelah mendidih beri santan
– beri gula secukupnya.
– masukkan kol

GULAI DAUN SINGKONG TERI ASIN

Bahan:
2 ikat daun singkong, siangi
800 ml santan dari 1 1/2 butir kelapa
1 batang kecombrang, iris serong
2 cm lengkuas, memarkan
2 cm jahe, memarkan
1 lembar daun kunyit
3 lembar daun jeruk
2 sdt Royco bumbu pelezat serbaguna rasa terasi
5 tomat sayur, iris
12 cabai rawit merah
100 gram ikan teri asin, goreng

Haluskan:
8 Siung bawang merah
5 siung bawang putih
5 cabai merah besar
5 cabai rawit merah
5 cm kunyit, bakar
1 sdt garam

Cara Membuat:
1. Daun singkong, rebus matang, angkat, peras dan iris.
2. Masak santan bersama bumbu halus, kecombrang, lengkuas, jahe, daun kunyit dan daun jeruk hingga mendidih.
3. Masukkan daun singkong, aduk rata, tambahkan bumbu pelezat serbaguna rasa terasi, masak hingga bumbu menyatu. Masukkan tomat sayur dan cabai rawit merah, masak sebentar, angkat.
4. Siapkan pinggan, tuangkan gulai dan taburi dengan teri asin goreng. Sajikan.

sayur daun singkong bumbu putih

KLIK – Detail

bahan:

200 gram daun singkong, direbus

500 gram nangka muda, dipotong-potong, rebus matang

250 gram daging sapi, dipotong kotak 2 cm

1.500 ml air

500 ml santan dari 1 butir kelapa

2 lembar daun salam

2 cm lengkuas, dimemarkan

bahan halus:

8 butir bawang merah

3 siung bawang putih

2 sendok teh ketumbar

1/4 sendok teh jintan

2 sendok makan garam

2 sendok teh gula merah

cara membuat:

1. Rebus air, bumbu halus, daging, daun salam, dan lengkuas sampai mendidih.

2. Masukkan daun singkong dan nangka. Aduk-aduk sebentar.

3. Tuang santan lalu masak lagi hingga kuah mengental.

Resep Pempek2nya Echa:

Pempek
Bahan:
1 kg ikan (di Jerman, Bunda biasa pakai ikan beku: Rotbarsch, Hokki, etc, atau Fillet ikan ‘segar’: Victoriabarsch, Rotbarsch)
300 gr tepung tapioka
50 gr tepung terigu
2 sdm garam (sesuai selera)
100 cc air es/es batu
Air untuk merebus

Cara Mengolah:
1. Haluskan ikan. Tambahkan garam dan air es. Aduk rata.
2. Tambahkan terigu dan tapioka. Uleni hingga terbentuk adonan yang tidak lengket.
3. Bentuk pempek sesuai selera.
3.a. Pempek Telur/Tahu/Ebi/Tumisan pepaya muda parut
3.a.1. Siapkan telur yang dikocok lepas/tahu yang dipotong dadu/Ebi halus/tumisan pepaya parut.
3.a.2. Ambil sedikit adonan pempek, bulatkan, buat seperti mangkuk. Isikan telur/tahu/ebi/tumisan pepaya secukupnya, lalu tutup.
3.b. Pempek Lenjer
3.b.1 Ambil sedikit adonan pempek, bentuk silinder pepat.
4. Rebus Pempek. Bubuhi air rebusan dengan sedikit garam dan minyak goreng. Setelah pempek mengapung biarkan sebentar lalu angkat.
5. Pempek sudah bisa dimakan bila suka, atau digoreng. Goreng Pempek sebentar dalam minyak banyak dan panas hingga kuning kecoklatan.

Cuko
Bahan:
250 gram gula aren/gula merah
50 gram Asam jawa dan/atau cuka masak
500 cc air
1 buku bawang putih
50 gram cabe rawit (sesuai selera)
1 sdt garam

Cara Mengolah:
1. Haluskan cabe dan bawang putih.
2. Rebus gula dan asam jawa hingga gula larut. Saring. Jerang kembali.
3. Masukkan bumbu halus, masak dengan api kecil hingga mendidih.
4. Perciki dengan perasan air jeruk nipis.

Pelengkap:
25 gram ebi, cuci, sangrai, haluskan
cacahan timun
tongcai

Ketupat Sayur Betawi

Bahan :
2 sdm minyak goreng
500 gram pepaya muda, kupas, potong bentuk korek api
10 batang kacang panjang, potong 3 cm
3 sdm ebi kering
1 ½ liter santan
2 batang serai, memarkan
3 cm lengkuas, memarkan
2 lembar daun salam
1 sdm kaldu bubuk rasa ayam

Haluskan :
7 cabai merah besar
8 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 sdt terasi goreng
1/2 sdt merica bubuk
1 sdt garam

Pelengkap : ketupat, bawang goreng dan kerupuk

Cara membuat :
Panaskan minyak goreng, tumis bumbu yang dihaluskan hingga harum,
masukkan
ebi, santan, serai, lengkuas, daun salam, didihkan. Setelah mendidih
masukkan pepaya muda, masak hingga lunak, tambahkan kacang panjang, dan
kaldu bubuk rasa ayam. Masak sebentar, angkat. Siapkan mangkuk isi
dengan
ketupat sayur lodeh, taburi dengan bawang goreng dan kerupuk.Sajikan
hangat.

Belajar Jujur

Bercelana pendek dan hanya berkaus singlet, diterpa sepoi angin musim panas, Aik berdiri di atas bangku kecil berwarna merah, kuning dan biru sore tadi. Dengan riangnya berkali-kali ia melempar sesuatu dari dinding teras lantai 2 flat rumah kami ke arah bawah. Kepuasan selalu tampak diwajahnya, saat melihat benda yang dilemparnya melayang di udara lalu mendarat di atas tanah. Lala, kakak perempuannya, tiba-tiba datang menghampiri, dan mereka pun asyik bercengkrama, tertawa bersama. Hingga akhirnya ayah mereka datang menghentikan sejenak keceriaan mereka.

“Siapa ya yang sudah mengeluarkan baju-baju kotor ini dan mengambil keranjangnya?” tanya ayah sambil menunjuk ke arah baju-baju kotor yang berserakan di lantai.

“Aik!” sahut Lala.

“Mbak Lala!” Aik tak mau kalah.

“Aik yah, betul-betul Aik” wajah Lala meyakinkan ayahnya.

“Ayo, ayah mau anak ayah jujur, kalo nggak ada yang ngaku begini kan ayah bingung. Yang sudah berbuat harus bertanggungjawab beresin lagi. Siapa tadi yang ngeluarin baju-baju kotor ini dari tempatnya?”

“Mbak Lala!”

“Aik!”

“Mbak Lala!”

“Aik!”

Suara mereka nyaring terdengar saling menyalahkan tak ada hentinya.

Ayah mereka segera bertindak. “Eh, Allah itu maha tau lho. Walaupun ayah tadi nggak lihat siapa yang melakukan, tapi Allah tau. Allah akan sangat sayang sama anak yang jujur. Ayo Aik, siapa tadi yang ngeluarin baju dari keranjang?”

“Mbak Lala!” kata Aik meyakinkan.

“Bukan mbak Lala! Aik yah, Aik itu bohong!” si kakak mulai meradang.

Dengan polosnya Aik berbohong. Aik memang cerdik. Dia sebenarnya sedang tidak mau mengembalikan baju-baju kotor itu. Pertanyaan ayahnya tampaknya dia pertimbangkan benar. Dia tahu, kalau dia bilang iya, artinya dia harus mengembalikan baju-baju itu ketempatnya. Karena dia sedang tidak mau, berbohonglah ia sebagai jalan yang paling mudah. Anak seumur itu memang lagi umurnya sa’enak-e dewe, masa sulit dan masanya untuk belajar yang seharusnya tentu.

“Aik, Aik boleh bilang gitu, tapi Allah itu maha tau lho,” kata ayah menatap Aik.

“Kenapa Allah maha tau yah?” si kakak mulai penasaran.

“Karena Allah yang menciptakan kita. Jadi Allah tau semuanya,” jawab ayahnya.

“Ik heb en idee! (aku dapat ide!)” kata si kakak tiba-tiba. “Karena Allah ada dalam hati, jadi Allah bisa dengerin kita yah.”

“Ha..ha..ha.. pinter Lala!” seru ayah. “Iya betul, Allah ada dalam hati kita jadi Dia tahu.” Ayah membatin kagum, “Hebat betul Lala, bisa memberi penjelasan yang lebih mudah dimengerti anak-anak!”

“Sekarang pejemin mata, baca bismillah, terus tanya sama Allah yang ada di dalam hati yah,” mata Lala berbinar-binar melanjutkan idenya.

“Ya, bagus sekali idenya La.” puji ayahnya. “Jadi siapa yang berantakin?”

“Mbak Lala!” jawab Aik.

“Betul mbak Lala?” tanya ayah.

“Iya, tadi Aik liat Allah bilang mbak Lala” kata Aik dengan tampang tak berdosa.

“Siapa mbak Lala?”Ayah nya ganti bertanya.

“Aik yah! Aik itu bohong! Allah bilang itu Aik” sahut si kakak yakin.

Ayah tahu, Aik memang sedang tak mau membereskan baju kotor. Jadi, dia tidak mau mengerjakannya sendiri. “Ayah cuma pingin tau koq siapa yang berantakin baju, nanti beresinnya dibantu sama ayah. Siapa Ik yang tadi ngambilin baju-baju kotor ini?”

“Aik.” Akhirnya keluar juga nama itu dari mulut mungilnya. Singkat, tapi tetap dengan wajah tak berdosa hehe.

“Wah ayah seneng sekali sama anak yang jujur. Sini, Aik dikasih hadiah peluk sama ayah.” Kata ayah sambil memeluk jagoan kecilnya.

Lalu mereka berdua membereskan baju yang berserakan itu. Tapi…O…O… Aik hanya mau mengembalikan baju bunda. “Karena Aik sayang bunda,” kata Aik memberi alasan. Sisanya tentu saja ayah yang harus mengerjakan. Hmm…Aik memang pintar cari alasan deh :-).

Kejujuran memang mahal. Tapi bagaimanapun, kejujuran adalah bekal berharga yang harus dimiliki anak-anak. Dengan kejujuran lah kelak mereka bisa menjadi manusia yang sesungguhnya. Manusia berderajat tinggi di mata sesama dan juga Tuhannya.

Batuk Pilek tak Perlu Antibiotik

Pikiran Rakyat, Minggu, 12 Juni 2005

Klik di sini

“Apa memang penyakit batuk-pilek anak saya memerlukan antibiotik, dok?” Seorang pasien yang kritis mencoba bertanya pada dokter yang ia kunjungi. Dengan entengnya sang dokter menjawab “Lho, yang dokter itu siapa, kamu atau saya? Sudah, tak usah banyak tanya deh, yang penting anakmu sembuh kan?”

Bila mengalami kejadian seperti itu, pasien yang tidak paham kadang malah ‘memaksa’ dokter untuk memberikan antibiotik. “Kenapa anak saya tak diberi antibiotik, dok? Nanti kalau nggak sembuh-sembuh bagaimana?” Akhirnya, lantaran khawatir ‘ditinggal’ pasien-pasiennya, sang dokter pun meresepkan antibiotik yang sebenarnya tidak perlu.
KENYATAAN tersebut masih kerap terjadi di negara kita. Hanya segelintir dokter yang telah menganut konsep partnership atau kemitraan dengan pasiennya. Masih banyak dokter yang pelit waktu, untuk memberikan pennjelasan kepada pasien, atau malah menganggap pasien tidak perlu tahu apa-apa. Alhasil, dokter bahkan tidak senang dengan pasien yang kritis dan ceriwis. Padahal konsumen kesehatan memiliki hak untuk memeroleh penjelasan yang benar dan objektif. Lagipula di zaman modern seperti sekarang ini, sudah saatnya konsumen kesehatan bersifat proaktif. Informasi tentang kesehatan yang benar pun sangat mudah diperoleh melalui berbagai media. Pasien yang kritis dan terpelajar, bisa saja datang dengan sebundel artikel yang diambilnya dari situs-situs kesehatan terpercaya di internet misalnya.
Continue reading “Batuk Pilek tak Perlu Antibiotik”