Aku pun segera bertindak. Kukabari sekretaris KIT, kutanyakan padanya, mungkinkah aku membatalkan diri untuk masuk bulan Maret dan masuk bulan September saja, itu pun kalau pengajuan beasiswaku tidak diterima oleh Erasmus mundus. Untungnya, si sekretaris menjawab,’No problem’. Aku tenang, karena kalau pun aku tak diterima oleh Erasmus mundus, aku masih punya cadangan. Dan itu artinya, suamiku masih punya tambahan waktu untuk mencari uang. Aku lalu memulai petualangan, petualangan menaklukan beasiswa!
Continue reading “Scholarship, Ketika Si Pungguk Akhirnya Memeluk Rembulan, part II”
Scholarship, Ketika Si Pungguk Akhirnya Memeluk Rembulan, part I
“Aku tidak pintar, tapi aku ingin sekolah. Mengapa hanya anak pintar yang bisa sekolah?” Membaca kalimat-kalimat ini dari seorang anak pemulung yang ingin sekolah di sebuah berita waktu itu, mataku basah. Aku pernah merasakan hal yang sama dengannya, ketika aku sedang mencari-cari sekolah, ingin melanjutkan studiku. Tentu saja, nasib anak itu lebih parah, ia hanya ingin melanjutkan studi ke sekolah menengah, sementara aku sudah melewati semua itu, bahkan S1.
Continue reading “Scholarship, Ketika Si Pungguk Akhirnya Memeluk Rembulan, part I”
Hujan dan Ujian Kehidupan
Selain memang lagi bokek (yang ga habis-habis hehe), ada rasa malas ketika mendapatkan tawaran untuk mengikuti ESQ Parenting perdana di Delft, tanggal 6 Juni kemarin. Namun, sebagai seorang yang peduli terhadap dunia parenting (ehm…) dan punya mimpi untuk berbuat sesuatu di area child health and wellbeing, aku lalu mengompori suamiku untuk memutuskan ikut. Selain itu, motivasi terbesar lainnya adalah lantaran masih ada satu obstacle terhadap anak-anakku dalam diriku yang aku rasa kerap mengganggu. Aku belum bisa seperti suamiku yang sungguh bisa menerima anak-anakku apa adanya sepenuhnya, sehingga tidak terganggu dengan pandangan orang lain atau komentar negatif tentang mereka. Aku berharap ESQ parenting bisa memberikan pencerahan spiritual untuk menghilangkan obstacle tersebut. Dengan dua alasan itu, maka akhirnya di hari minggu pagi lalu, kami bergegas menyiapkan diri untuk pergi ke Delft, juga bersama anak-anak.
Continue reading “Hujan dan Ujian Kehidupan”
Kotak Pandora
Kalau hatiku lagi ga enak atau aku lagi terpuruk, biasanya aku akan mohon ke Allah supaya Dia lapangkan hatiku. Setelah itu, segala cara bisa mendadak datang sehingga kegalauan hatiku hilang. Bisa lewat anak-anakku yang bertingkah lucu-lucu, bisa karena meditas aka dzikir, bisa karena jalan-jalan keluar, bisa karena dipeluk dan ngobrol sama suamiku. Tapi yang lebih seringnya adalah, aku terus browsing-browsing dan lalu menemukan tulisan-tulisan atau quote yang tiba-tiba bikin hatiku melting. Petikan quote dan tulisan-tulisan itu selalu kucatat untuk mengingatkan aku lagi suatu saat.