First Exam

Pulang kuliah hari senen lalu, aku dan beberapa orang temenku sengaja ke mall refreshing karena kami baru aja selesai ujian pertama. Dan ya ampuuun asli, aku ga bisa menikmati blas acara refreshing itu yang ada aku kepikiran melulu sama hasil ujian. Kebeneran aku nyasar jadi misah sama temen-temenku, saat itu karena hatiku ga karuan rasanya, aku mutusin untuk duduk di kursi yang disediakan buat istirahat di antara jejeran tas-tas dan sepatu-sepatu di Karstadt shopping mall di Zoologish Garten. Hatiku campur aduk ya bete ya sedih, ketambahan memang lagi PMS juga, ya akhirnya aku Cuma bisa tenger-tenger di kursi sambil melongin hape, sms suamiku. “Yah, help me..aku down banget, perasaan aku udah belajar mati-matian, ga pernah dugem, pulang sekolah belajar, weekend juga belajar, hidupku cuma buat belajar dan belajar tapi koq ujianku hasilnya kacau balau sih hiks hiks.”
Continue reading “First Exam”

Lagi-lagi Nyaris

Phfuih…betul-betul perjalanan yang menegangkan dan melelahkan!

Diantar anak-anak dan suamiku, aku berangkat jam 15.16 dari stasiun kereta Amsterdam ke Paris noord alias Gare du Noord, tadi. Anak-anak sekolah setengah hari karena ingin mengantarkan ibunya ke stasiun kereta, dan kami semua tetap happy-happy saja. Kami masih sempat bermain-main di stasiun menunggu di spoor 15, dan mencari line 20 tempat gerbong keretaku akan parkir nanti. Hingga akhirnya kereta TGV dari Amsterdam menuju Paris pun tiba. Suamiku membantu mengangkat dua koperku yang super berat. Anak-anak juga ikut masuk ke dalam kereta, bahkan kami sempat berfoto-foto sejenak. Tapi tentu saja mereka tak bisa berlama-lama di dalam karena pukul 15.16 kereta akan segera berangkat. Kupeluk erat dan kucium Malik dan Lala. Meski sebelumnya aku merasa happy-happy saja, tapi kini aku tak kuasa, pertahananku akhirnya bobol juga. Air mataku jatuh berlinangan. Aku bahkan sesenggukan. Malik yang melihat ibunya menangis langsung ikut menangis. Namun adegan perpisahan itu harus segera berakhir, mereka harus segera turun dari kereta. Dari dalam kereta, aku melongok keluar jendela. Kulihat Malik memeluk ayahnya sambil berderai-derai air mata. Lala pun kemudian memanggil-manggil aku,”Bundaa..”sambil juga menangis. Hatiku tambah ciut, airmataku semakin tak terbendung. Tit..tit..tuiiit…. Peluit kereta sudah ditiup, kereta melaju perlahan. Mataku terpaku melihat keluar jendela. Hiks..hiks..hiks…hatiku tergores-gores, ketika kulihat Lala melambai-lambai sambil berlari-lari mengejar keretaku dan melihat Suamiku yang juga melambai sambil memeluk Malik yang masih menangis dan tak mau melihat kearahku. Ya Allah…akhirnya tiba juga saatnya meninggalkan belahan hatiku dan permata-permataku. Sejenak, hatiku melayang, separuh jiwaku rasanya hilang, dan di dalam kereta yang semakin melaju kencang, aku pun menahan deraian air mata yang sulit kuhentikan.
Continue reading “Lagi-lagi Nyaris”

Scholarship, Ketika Si Pungguk Akhirnya Memeluk Rembulan, part III

Hmm..apalagi yang belum? Oya, tinggal menulis motivation letter. Duh harus ditulis tangan pulak, padahal sejak dulu tulisan tanganku terkenal sebagai tulisan yang paling amburadul diantara teman-teman. Tantangannya kali ini, isi nya harus padat berisi tidak boleh lebih dari 1 halaman, tapi motivasi personal harus tersampaikan. Phf…siap-siap cari kursi dan meja. Setelah aku konsep terlebih dulu isi surat di dalam file komputer, aku pun lantas menyalinnya ke selembar kertas. Srat…sret..srat..sret…selesai. Aku baca ulang isinya, ternyata ya ampuun…ada dua kata salah tulis. Sreet! Terpaksa kuremas kertas pertama, dan kucemplungkan dalam tempat sampah. Tulis lagi…”Waduh pinggir kanannya koq zigzag seperti alur Zebra begini.” Sreet…kertas kedua masuk tempat sampah lagi. Lanjut kertas ketiga, perfect! “Lho…lho tapi setelah dipikir-pikir harusnya bagian ini ga usah ditulis kali ya, ga terlalu nyambung, jadi kepanjangan suratnya.” Sreet….kertas ketiga pun meluncur ke tempat sampah. Lanjut Maang! Adaaa… saja salah-salah kecil yang kubuat sehingga aku harus bolak balik menulis lagi dan lagi mungkin hingga sepuluh kali. Wadaw! Tapi demi sempurnanya surat lamaran beasiswa, ya harus dijabanin lah.
Continue reading “Scholarship, Ketika Si Pungguk Akhirnya Memeluk Rembulan, part III”