Listen a lot, Memanusiakan Anak dan Bermimpi

Read a lot, listen a lot, and write a lot,” tips penting dari Natalie Goldberg dalam bukunya ‘ Writing Down the Bones’ itu kucatat dan kurekam baik-baik dalam memoriku.Seorang yang ingin menulis atau menjadi penulis, tidak bisa menganggap sepele ‘listen a lot,’ with all of  your body. Sering kita ngobrol ngalor ngidul dengan siapapun atau jalan-jalan ke suatu tempat, tapi kalau kita tak berusaha mendengar dengan seluruh indra kita, banyak hal yang kemudian terabaikan dan terlupa.

Continue reading “Listen a lot, Memanusiakan Anak dan Bermimpi”

Being ‘Alien’

Aku tak pernah menyangka bila akhirnya perjalanan hidup membuatku harus mencicipi rasanya keterasingan, menjadi orang asing, menjadi sosok aneh yang tak lazim. Kadang, mereka memandangku sebelah mata, mentatap lama-lama, dan menganggapku sebagai manusia penebar murka. Meski memang tak semua, namun awalnya berat juga. Aku bahkan sempat menitikkan air mata.

Suatu kali ketika aku sedang berbelanja di pasar tradisional ala Eropa, aku telah menunggu dengan lama dan berusaha bertanya. Namun sang penjual tak mau menyapaku juga. Meski akhirnya aku dilayaninya, namun dipandangnya aku dengan mata tak suka. Kali lain, ketika aku dekat dengan anak-anak balita Belanda lantaran kerap menjaga mereka saat jam istirahat sekolah, orangtua-orangtua mereka sering menghunjamkan matanya padaku lama-lama. Pernah, anak bule ganteng berumur 5 tahun bernama Boaz, ketika papanya menjemput, dipamerkannya aku pada papanya dan disapanya aku dengan mesra. Ayahnya yang semula menatapku sekilas lalu segera membalikkan badannya. Dipandanginya aku dari ujung kaki sampai ujung kepala, hingga kemudian ia berlalu bersama anaknya. Sreet! Hatiku tergores seketika. Betapa hina aku dimatanya, hingga ia harus memelototi aku sedemikian rupa. Ah, sudahlah biarkan saja, tak kenal maka tak sayang begitu kan kata orang, hiburku mencoba menghapus goresan luka.
Continue reading “Being ‘Alien’”

Nikmat mana lagi yang Kudustakan

Semalam, ada yang sesak dalam dadaku, ketika kupeluk semua cintaku. Aku begitu terharu. Nikmat mana lagi yang kudustakan? Sepulang dari sekolah malam hari, (karena aku dan suamiku harus bertemu dengan gurunya anak-anak), mereka tetap menagih acara ‘pesta’ untukku. What a surprise! Belum pernah ada pesta ulang tahun untukku selama ini. Mungkin karena dulu anak-anak masih kecil. Tapi sekarang mereka beranjak besar. Dari beberapa hari lalu, aku memang mendengar mereka kasak-kusuk dengan ayahnya, untuk merencanakan acara spesial buatku. Hmm…aku tak menyangka, ternyata mereka serius!.
Continue reading “Nikmat mana lagi yang Kudustakan”

Usia Baru Fase Baru

Kemarin hari ulang tahunku.
Sudah tua rasanya aku.
Begitu cepat hari berlalu,
tiba-tiba saja, anak-anakku sudah bisa merencanakan acara seru.
Aku begitu terharu.
Duh Tuhanku, betapa kufurnya aku kalau tak mensyukuri semua nikmatMu.

Salah satu tahun tersulit dalam hidupku adalah tahun lalu.
Lahir dan batinku rasanya diadu-adu.
Air mataku sering meluncur tak menentu.
Tapi janji Allah tak pernah palsu,
sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, aku sangat yakin itu.
Dan setelah semua berlalu,
ada keindahan, kenikmatan, yang tak terbilang,
bersemayam dalam relung hatiku.
Kadang aku kerap merindukan rasa itu.
Rasa yang munculnya, aneh, selalu ketika hari-hariku sedang kelabu.
Ya, sebetulnya tidak aneh,
bukankah Tuhan beserta orang-orang yang remuk hatinya, kata temanku.
Ya, aku sangat setuju.
Karena pengalamanku juga berbicara begitu.

Kini, tiga bulan berlalu, setelah lewat tahun baru.
Usai semua kejadian itu, aku benar-benar mengalami fase baru.
Kota tempat tinggalku, rumahku, kegiatanku, semua baru.
Dan aku sangat menikmati itu.
Terimakasih Tuhan, janjiMu memang tak pernah palsu
Semoga fase baru ini semakin membuatku bermutu dimataMu