Lagi-lagi Hoofddoek

Belakangan ini hari-hariku sedang padat banget. Suamiku sedang conference ke Canary Island. Sementara jadwal kerjaku seminggu full dari pagi sampe sore pulak. Mana kerjaanku, kerja pakai otot. Pulang-pulang aku harus jemput anak-anak sekolah lalu sampe rumah masih harus masak buat anak kos. Kadang aku juga harus antar jemput anak-anak berenang, sepak bola, les piano. Wuah pokoknya fully booked, hari seperti berlari rasanya. Tapi cerita ini nggak ingin kulewatkan, jadi aku sempatkan menuliskannya sebagai catatan hati. Continue reading “Lagi-lagi Hoofddoek”

Penaklukan Arogansi Intelektual

Ada fase baru dalam hidupku kini. Studi suamiku hampir usai sudah. Menjelang pulang sama dengan pembengkakan. Ya, apalagi kalau bukan pembengkakan uang. Belum lagi mimpi-mimpiku masih melambai tak mau terbang. Aku ini doyan jalan. Turki, Maroko, Umroh, duh sungguh sayang kalau tempat-tempat itu dilewatkan. Impianku untuk sekolah lagi pun masih terbayang, tentu saja uang pun dibutuhkan. Ongkos pesawat Amsterdam-Jakarta mahalnya bukan kepalang. Apalagi biaya sekolah.Terlepas akan kemanakah Allah hendak membawa kami menetap nantinya, tetap saja kami harus sejenak pulang. Sejak tiba di negeri ini pertengahan tahun 2004, kami belum pernah sekali pun pulang. Continue reading “Penaklukan Arogansi Intelektual”

Dimanakah Kebenaran?

Terinspirasi dari postingan tulisan-tulisan Adian Husaini Vs Jalaludin Rahmat yang lagi hot di beberapa milis. Masing-masing berkata dengan dalil Al Qur’an. Ketika semua pendapat berkata bahwa apa yang dikatakannya berdasarkan AlQuran, Si A bilang si B sesat, si B bilang si A harus diluruskan. Si A antipati pada si B dan juga sebaliknya. Si A bilang si B memlintir ayat, demikian juga sebaliknya. Lalu siapakah yang bisa dipercaya? Ini seperti cerita lama, cerita saat aku mahasiswa. Tak henti aku mencari, aku tetap limbung dan bingung. Mengapa dunia sekitarku isinya hanya perdebatan saja? Aku lelah! Dimana kedamaian itu? Dimana Islam yang rahmatanlil’alamin itu? Mana yang harus kupilih dan dimanakah kebenaran itu sesungguhnya?

Kini, satu hal yang kuyakini, bahasa-bahasa yang menebarkan kebencian, bahasa-bahasa yang menjadikan pikiran dan logika sebagai raja, tak bisa masuk ke hatiku. Aku tak lagi bingung dan limbung seperti dulu. Mengapa? Karena aku yakin, rajanya manusia adalah hati bukan pikiran atau logika. Dalam hati manusia lah ‘rumah’ Allah berada. Islam adalah kedamaian, rasa Allah itu damai, nikmat, sejuk, indah…bukan rasa siksa, bukan rasa benci dan rasa-rasa negatif lainnya.

Puisi ini hanya nasehat untuk diriku sendiri, hasil renunganku, dan sebagai pengingat, dari perjalanan spiritual yang aku alami. Karena setiap orang punya perjalanan diri masing-masing, sangat mungkin bila puisi ini tak akan berlaku buat orang lain. Pencarian kebenaran adalah pencarian yang tak berujung, hingga maut memisahkan. Dan aku pun ingin terus berjalan.Wallahualam bisawab.
Continue reading “Dimanakah Kebenaran?”