Negeri Oranye

Orang Belanda itu sangat gila bola! Virus bola menyebar dimana-mana, ga anak-anak ga dewasa. Bayangin aja, waktu ada pertandingan bola Belanda lawan Denmark yang berlangsung pas hari kerja, Senin jam 13.30, ga di tempat kerja, ga di sekolahan, semua pada nonton bareng rame-rame. Anak-anakku sekolah cuma setengah hari. Ruangan hall di tengah sekolah di hias oranye dan merah putih biru dimana-mana, pake balon, kertas krep dan hiasan oranye untuk nonton bola bareng satu sekolah. Ga cuma di sekolah anakku, tapi semua sekolah di Belanda! Hari itu, anak-anak diminta pake baju orange dan bawa pernak-pernik serba oranye atau bendera Belanda. Ada yang bawa topi oranye lucu-lucu, bawa vuvuzula oranye, bawa bendera, bawa syal, bondu, kacamata, segala macem deh pokoknya. Malik dengan patuhnya pake baju bola oranye Belanda, plus kaca mata oranye, plus topi bebek oranye dan syal binatang oranye juga. Lala Cuma pake baju oranye aja, bondu oranye dan bendera belandanya ga dipake.
Continue reading “Negeri Oranye”

GGD, Pos Yandu-nya Anak Besar

Kemarin adalah kali terakhir Lala pergi ke GGD, tempat ini semacam posyandu komplit untuk anak usia 4 tahun hingga remaja. Biasanya, setiap tahun ada panggilan dari GGD untuk tiap anak. Anak-anak ini akan diperiksa pertumbuhan berat badan-tinggi badannya apakah masih dalam batas normal atau tidak, imunisasinya lengkap atau tidak, ada keluhan mata atau tidak, bagaimana pola makannya, olahraga, dan juga orangtuanya akan ditanya ada kesulitan ga dalam mengasuhnya. Kalau ada masalah, akan dibuatkan janjian khusus atau dirujuk khusus ke tempat yang diperlukan.
Continue reading “GGD, Pos Yandu-nya Anak Besar”

Moeder Dag

Pagi-pagi sekali, hari minggu tanggal 9 Mei, kami harus buru-buru naik kereta api menuju Efteling park di S’hertogenbosh. Tapi meski buru-buru, Lala dan Malik tetap menyempatkan ngambil kado yang sudah sejak beberapa hari sebelumnya di sembunyikan di atas lemari. “Vijne moeder dag bunda!” (selamat hari ibu Bunda!”. Diberinya serangkai bunga, terdiri dari tiga tangkai bunga tulip dari kertas warna warni yang dibungkus plastik rapi. Bunga ini memang dibuat disekolah khusus untuk para mama di hari moederdag dari  tiap anak-anak kelas grup 7, kelasnya mba lala di SintPetrus School. Di dekat plastik itu terjepit selembar kertas mungil seukuran 2×4 cm, ucapan pake bahasa Inggris lho, isinya bagian depan gini:

Continue reading “Moeder Dag”

Listen a lot, Memanusiakan Anak dan Bermimpi

Read a lot, listen a lot, and write a lot,” tips penting dari Natalie Goldberg dalam bukunya ‘ Writing Down the Bones’ itu kucatat dan kurekam baik-baik dalam memoriku.Seorang yang ingin menulis atau menjadi penulis, tidak bisa menganggap sepele ‘listen a lot,’ with all of  your body. Sering kita ngobrol ngalor ngidul dengan siapapun atau jalan-jalan ke suatu tempat, tapi kalau kita tak berusaha mendengar dengan seluruh indra kita, banyak hal yang kemudian terabaikan dan terlupa.

Continue reading “Listen a lot, Memanusiakan Anak dan Bermimpi”